Showing posts with label narrative. Show all posts
Showing posts with label narrative. Show all posts

Saturday, December 9, 2017

Pada Akhirnya Engkau Kembali

Suatu hari raja melewati gubuk milik seorang pengemis dimana si pengemis itu terlihat senang dengan kedatangannya. Bukan senang karena yang datang adalah seorang raja melainkan kegembiraannya dikarenakan oleh hiasan, pakaian dan uang yang banyak yang raja miliki.
Si pengemis dengan mengharap kedermawanan dari raja, ia menyodorkan mangkuk kosong dengan maksud diberikan sodaqoh beras yang cukup buat makan untuk dirinya. Si pengemis berlari ke arah raja sambil lantang mengucapkan pujian kepada raja dan keluarganya.
Raja mendekat dan bertanya padanya, “ Siapakah engkau gerangan laki-laki tua?
“Saya adalah kaum jelata yang kurang beruntung nasibnya, kemiskinan dan kelaparan menjadi sahabat sehari-harinya. Bahkan saya belum makan sejak emarin siang.”
“Hei, kamu tidak mendapatkan apa2 dariku selain ejekan atas penderitaanmu,” kata raja.
“Berikan sesuatu untukku dari yang yang kau punya!” sambil mengarahkan tangannya kepada pengemis yang malang tersebut.
Si pengemis kaget bercampur heran, secara perlahan dan penuh hati-hati ia mengambil 5 butir beras dari mangkuknya dan kemudian meletakkannya di telapak tangan sang raja.
Raja langsung  pergi meninggalkan pengemis sendirian. Merasa dibohongi dan dikecewakan oleh raja, ia marah-marah dan memaki-maki serta mengumpat diiringi sumpah serapah sepanjang jalan menuju rumah.
Singkat cerita, setibanya di gubuknya,  tampak sekarung penuh berisi beras berada di di depan pintu. Ia berpikir bahwa telah ada orang yang berhati mulia yang memberinya sekarung beras. Lebih tersentak lagi, manakala ia menemukan sebatang emas di dalam karung tersebut. Dengan gugup namun pasti, ia menumpahkan beras ke lantai tanah dengan tujuan mengosongkan karung, dia meyakini masih ada batang emas lainnya. Ternyata dugaan si pengemis ittu benar, dia menemukan 5 batang emas. Yaps, 5 batang emas sebagai ganti rugi dari 5 butir beras yang diberikan kepada raja. Pesan moral cerita ini adalah apa yang sejatinya kita lakukan dengan hati pasrah, ikhlas penuh ketulusan jika itu benar maka imbalan dan keuntungan yang tidak disangjka-sangka akan menghampiri kita. Berperilaku kepada siapapun layaknya bertindak seperti menyayangi diri sendiri tanpa melihat pangkat, kedudukan, golongan maupun jabatan. Karena sesungguhnya kebaikan tetaplah kebaikan, meski itu kepada orang yang kita benci dan kebaikan tetap dihargai sebagai kebaikan yang pada akhirnya akan kembali pada diri kita sendiri.
The Miserly Beggar
The king was to pass by a beggar’s hut and the man was beside himself with excitement, not because he was about to see the king but because the king was known to part with esxpensive jewels and huge sums of money when moved by compassion.
He saw the king’s chariot  just as a kindly man was filling his begging bowl with uncooked rice. Pushing the man aside, he ran into the street, shouting praises of the king and the royal family.
The chariot stopped and king beckoned to the beggar.
“Who are you?” he asked.
“One of the most unfortunate of your subjects,” said the beggar. “Poverty sits on my doorstep and follows me about like a dog. I haven’t eaten since yesterday afternoon!”
“Have you got nothing for your king, except a tale of woe?” said the ruler, putting out his hand. “Give something.”
The miserly beggar, astonished, carefully picked up 5 grains of rice from his bowl and laid them on the king’s outstretched palm.
The king drove away. The beggar’s disappointment was great. He raved and ranted, and cursed the king again and again for his miserliness finally, his anger spent, he went on his rounds.
When he returned home in the evening, he found a bag of rice on the floor.
“Some generous soul has been here, he thought and took out a handful of rice from the bag. To his astonshment there was a small piece of gold in it. He realized then that the bag had been sent by the king. He emptied the rice on the floor, feeling sure there would be more gold pieces in it, and he was right. He found 5, one for each grain of rice he had given the king.

Saturday, October 21, 2017

Sapi Yang Berharga, Kematianmu Membawa Kebahagiaan

Alkisah seorang lelaki yang memelihara seekor sapi yang tiap tahunnya melahirkan anak sapi, sehingga ia sungguh mencintai sapi tersebut dari apapun bahkan anaknya sendiri. Nah, suatu hari ia meminta anak laki-laki yang tertua untuk membawa sapi tersebut ke padang rumput agar bisa makan sepuasnya. Selesai dengan tugasnya si tertua membawa sapi pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ayahnya penasaran dan bertanya pada sapi tersebut sudahkah ia diberi makan dan minum yang cukup. Si sapi menjawab belum, ia bahkan berkata bahwa anak laki-laki tertuanya hanya tiduran dan membiarkan dirinya terikat di pohon.
Sang ayah mendengar keluhan si sapi sangat marah, lalu mengusir anak tertuanya itu. Anak laki-lakinya pergi berkelana sampai ia tiba di sebuah ladang milik seorang petani yang dikemudian hari ia banyak belajar bercocok tanam darinya.
Di hari yang berbeda, sang ayah memerintahkan anak laki-laki yang kedua untuk membawa sapinya ke padang rumput agar ia dimandikan dan diberi makanan berupa rumput yang segar. Sang anakpun menuruti perintah ayahnya, ia memandikan sapi dan memberinya makanan berupa hamparan rumput yang hijau lagi segar. Ia mengikatkan sapi tersebut di sebuah pohon sambil menunggu kering setelah dimandikan, ia berteduh di bawah pohon tidak jauh dari tempat dimana sapi ditambatkan.
Sang ayah datang untuk mengecek tugas anak keduanya, begitu melihat anaknya lagi tiduran langsung ia mencambuk dan mengejar anaknya hingga sang anak lari menjauh meninggalkan rumah. Anak keduanya itu terus berjalan berhari-hari hingga sampailah ia di rumah seorang pandai besi. Dari pandai tersebut ia bercerita tentang kejadian yang dialaminya, sang pandai besi merasa iba padanya. Ia berharap suatu hari nanti bisa membantu si anak untuk menyadarkan ayahnya. Ia juga mengajari si anak cara membuat cangkul, sabit dan alat-alat dari logam.
Tinggalah sang ayah dengan anak terakhirnya dan si sapi. Ia pun minta anak terakhirnya untuk membawa sapinya mencari makan dan memandikan sapi tersebut. Anak ketiga menuruti perintah sang ayah, dan berharap tidak mengecewakan ayahnya. Sang anak membawa sapi ke tempat dimana terhampar padang rumput yang hijau dengan terdapat sebuah kubangan air yang cukup dalam untuk memandikan sapi tersebut.
Sesampainya di rumah, setelah tugasnya selesai sang anak ditanya ayahnya apakah tugasnya berhasil, sang anak menjawab bahwa tugasnya telah dilaksanakan dengan baik. Seperti biasanya sang ayah mengecek dengan bertanya pada si sapi. Si sapi menjawab bahwa anak ketiganya itu tidak ada bedanya dengan kedua kakaknya, ia tidak dimandikan dan diberikan makan rumput yang cukup. Sang ayah sangat kecewa terhadap anak ketiganya, ia pun mengusir anak ketiganya itu agar pergi dari rumah sejauh-jauhnya. Maka melihat kemarahan sang ayah, anak ketiga itu pergi jauh hingga ia bertemu dengan seorang yang berilmu, yang pandai membaca dan menulis serta memiliki ilmu yang luas. Laki-laki tersebut dengan bijaksana menasehati anak ketiga, bahkan mengajarinya membaca dan menulis. Siapa tahu dengan bantuannya itu, anak ketiga bisa menyadarkan ayahnya yang telah salah jalan dimana sang ayah lebih mau mendengarkan sapi ketimbang anak-anaknya.
Tinggalah sang laki-laki sendirian hanya dengan sapi miliknya. Maka ia sendiri yang harus membawa sapi untuk mencari makan di padang rumput, setelah beberapa waktu lamanya sapi dibiarkan melahap rerumputan yang segar, ia beristirahat sebentar di bawah pohon. Saat bangun dari tidurnya, ia menghampiri si sapi dan bertanya apakah ia sudah kenyang dengan makan rumput yang banyak. Jawaban si sapi sungguh mengejutkan dirinya, bukan kenyang tapi si sapi malahan berkata bahwa laki-laki itu munafik dan sangat buruk seperti anak-anaknya. Sang laki-laki tersebut sangat marah dan baru sadar selama ini ia tertipu dengan sapi yang dianggapnya membawa keberuntungan. Sebaliknya selama ini ia mengabaikan penjelasan dari ketiga anaknya, rasa cintanya terhadap sapi telah membutakan dirinya terhadap kebenaran. Laki-laki itu mengikat si sapi dibiarkannya hingga mati.
Sang laki-laki tersebut kini merana, ia pun mengembara, mencari ketiga anaknya, mengunjungi kampung, berpindah dari satu desa ke desa lain. Di akhir pencariannya itu ia letih dan memutuskan kembali ke rumah. Selang beberapa tahun kemudian di hari yang ramai untuk pergi ke pasar, ia hendak membeli kebutuhan sehari-hari. Belum sampai di pasar, ia jatuh pingsan di jalan, kerumunan orang membantu dirinya. Setelah tersadar dari pingsannya, ia mendapati sang anak tertua yang kebetulan menjual hasil pertanian, ada anak keduanya juga yang menjual perlengkapan bercocok tanam, tidak ketinggalan anak ketiganya yang sedang menemani gurunya pergi ke pasar untuk membeli makanan. Dari situlah ketiga anak bertemu dengan ayah mereka, keluarga akhirnya berkumpul kembali. Sang laki-laki menangis bercampur haru, ia tidak hanya sadarkan diri dari pingsan tapi juga benar-benar sadar bahwa ketiga anaknya tersebut lebih berharga daripada sekedar seekor sapi yang pernah ia miliki. Sang ayah meminta maaf atas apa yang telah diperbuatnya kepada mereka selama ini dan meminta ketiga anaknya untuk pulang bersama-sama. Akhirnya ayah dan ketiga anak laki-lakinya tersebut mengakhiri cerita dengan bahagia.
Butuh Kesadaran Diri Agar Kondisi Lebih Baik
Dari cerita sapi yang membutakan seorang laki-laki dari kebaikan putranya, ada hal yang bisa kita garis bawahi, salah satunya adalah sikap mau instropeksi diri. Mengevaluasi diri menumbuhkan kesadaran apakah selama ini yang diperbuat itu sudah benar atau masih salah jalan. Jangan sampai kesalahan itu dilakukan gara-gara kita bodoh tidak mau belajar, tidak mau mengambil pelajaran dari setiap musibah, ujian, ataupun semua peristiwa yang kita alami. Terkadang kebanyakan dari kita adalah tipe menunggu teguran yang keras dari Tuhan agar benar-benar tersadar jika selama ini telah salah langkah. Teguran keras itu bisa berupa musibah yang berat, misalnya kecelakaan, kehilangan harta, bangkrut usahanya hingga jatuh miskin, mendapat malapetaka yang merenggut orang-orang yang kita sayangi dsb. Hingga jiwa kita tergoncang, butuh pelarian, butuh tempat mengadu, dan ternyata itu semua adalah bentuk teguran dari Tuhan karena kita lalai, jauh dari ajarannya, atau bahkan terlalu banyak maksiat dan dosa yang kita lakukan. Bisa jadi banyak orang yang teraniaya karena kesalahan yang selama ini sudah kita perbuat. Maka setelah sadar akan teguran keras tersebut, sambangi orang-orang yang pernah kita lukai dan minta maaflah pada mereka. Kesalahan dan dosa pada Tuhan akan terhapus dengan taubatan nasuha, namun kesalahan pada orang yang kita aniaya dan kita sakiti hanya akan terhapus bila orang-orang tersebut memaafkannya. Jika tidak dilakukan, maka ada kesempatan tersendiri bagi orang-orang tadi untuk meminta pertanggungjawaban kita di akhirat. Percayakah dengan akhirat? Muslim harusnya percaya sama akhirat. So, kawan semua tindak-tanduk kita sering-seringlah dievaluasi. Kapan mengevaluasinya? Saran terbaik adalah setiap hari menjelang tidur, karena bisa jadi aktivitas seharian sejak pagi hingga malam ada yang bersinggungan dengan orang lain.
Jangan Terbuai Dengan Harta Dunia
Hanya dengan melahirkan anak sapi setiap tahunnya, sang laki-laki sudah cinta buta terhadap sapi. Yaps, terbuai dengan harta benda dunia, termasuk di dalamnya hewan ternak yang dipelihara. Jika itu lebih membanggakan bagi kita, maka kekecewaan akan didapat di kemudian hari. Karena apa? Tentunya karena alasan bahwa harta benda tersebut sesuatu yang tidak kekal, akan benar-benar membawa manfaat jika ada nilai kebaikan dari harta yang dimiliki tadi. Namun sebaliknya jika sekedar dikumpulkan saja, dinikmati sendiri untuk hura-hura, jauh dari jalan Tuhan, atau tidak pernah digunakan untuk membantu orang dan lainnya maka harta melimpah namun secara bobot nilai diakhirat itu nol. Sekali lagi percayakah dengan akhirat? Muslim harusnya mengimaninya. Awalnya mungkin tidak terlalu terbuai dengan harta dunia, namun begitu merasakan kenikmatan dan kemudahan dari harta dimiliki semakin banyak semakin nikmat, maka lupa semua dengan ajaran kebajikan untuk dibelanjakan di jalan Tuhan, membantu fakir miskin, membantu anak-anak yatim piatu, memberi makan orang-orang gelandangan, memberikan lapangan pekerjaan kepada orang-orang Indonesia yang saat ini kebanyakan menganggur tanpa kerja, bahkan bisa jadi tanpa penghasilan, atau punya penghasilan namun masih kekurangan. Ya, rakyat Indonesia yang belum sejahtera di tahun 2017 itu masih cukup banyak, jadi presiden di tahun 2017 sangat bertanggungjawab atas rakyatnya yang kelaparan, bukannya tidak mau menjadi rakyat yang mandiri, tapi sesuai amanat undang-undang berbunyi, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 34 ayat 1 UUD ’45).” Emang fakir miskin itu bisa kelaparan? Emang anak-anak terlantar enggak bisa nyari makan sendiri? Bagi kawan semua yang sudah pernah lulus Sekolah Dasar, pastilah tahu jika orang miskin & anak terlantar bisa kelaparan, peluangnya lebih besar ketimbang kita yang tidak miskin dan juga tidak terlantar. Kalo enggak bisa menjalankan amanat undang-undang, ya presiden diganti aja, orang cina yang bos yang sudah kaya, cukong-cukong cina yang mengeruk bahkan yang termasuk koruptor kelas kakap, harta mereka itu cukup untuk memberikan makan para kaum dhuafa di tanah air ini. Tangkap dan penjarakan mereka, bukan kyai dan ulama serta orang-orang yang lantang berteriak kejujuran dan keadilan menentang rezim pemimpin zalim.
Jangan dipilih lagi ya presiden di tahun 2017, presiden di tahun ini enggak cocok untuk NKRI di tahun 2019-2024. Memberi saran adalah bentuk kritikan positif agar pemimpin yang ada di ibu pertiwi ini benar-benar yang cinta rakyatnya, bukan cinta antek asing, yang sayang sama pribumi bukan cukong penggagas reklamasi. Say goodbye untuk kodok dan kroni-kroninya. Berpikir positif itu adalah merenungkan masa depan NKRI ditangan pemimpin yang lebih bijaksana, adil dan amanah. 
The Precious Cow
There was a man with three sons and a precious cow. The man was very proud of his cow because she gave birth to a healthy calf every year. One day, the man asked his eldest son to take the cow grazing. The son took the cow to the fields where green grass grew and then to the water-hole for a nice long drink.
Later, the man asked the cow, “Cow, did you have enough to eat?”
“Hmm,” the cow replied. “Your wicked son took me the wilderness where no grass grows. Then he tied me up and went to sleep.”
The man was angry with his eldest son and sent him away from home.
The eldest son wandered through green meadows, parched lands and waded across little ponds until he arrived at farmhouse. There he met a kind farmer who taught him how to farm in both dry and wet seasons.
The farmer told the boy, “One day I will have to send you back to your father, so you can teach him how to farm. Then he can depend less on that wicked cow.”
Meanwhile, the boy’s father had called his second son. “Go and graze the cow. She must be well fed and washed.” The second son took the cow to the green fields where she grazed. Then he gave her a bath and tied her to a tree to dry. As he waited for the cow to dry, he dozed off.
The father came by to see how his cow was doing. “Have you eaten?” the man asked the cow.
“Hmm,” the cow replied. “Your wicked son took me to the wilderness where no grass grows. Then he tied me up and went to sleep.”
The man was again very angry. He grabbed a big stick and woke his son up. Then he chased him away.
The second son wandered for days until he came upon the house of a blacksmith. The blacksmith taught him how to make hoes and machetes for farming as well as bows and arrows for hunting. The blcksmith told the boy, “One day, I will have to send you back to your father so you can teach him how to make these tools. The he can depend less on that wicked cow.”
The father had now called his third and favorite son. “Go and graze the cow. Be sure to take good care of her for it will break my heart to send you away like your brothers,” he warned his son.
The son took the cow to the green fields where she grazed and bathed. Then he tied her to a tree to dry. Just then the father arrived.
“Cow,” he asked. “Did you have enough to eat?”
“Hmm,” the cow replied. “Your favorite son is just as wicked as his brothers. He took to the wilderness where no grass grows. Then he tied me up here to die.”
The man was very sad to hear this but he wouldn’t his listen to his son’s please. He sent him away just like his brothers before him.
The third son wandered for many days until he reached the house of a great scholar. Then he learned to read and write.
The father who was now alone took the cow grazing. He took the cow to a pasture where she ate plenty of lush grass and drank plenty of water while the man dozed under a tree. When the man woke up, he asked the cow, “Are you full?!”
The cow laughed. “You’re hypocrite like your sons. You took me into the wilderness. You gave me no food and no water. Then you ask me if I’m full?!”
The man couldn’t believe what he heard. “Ahh, you’ve lying to me all along,” he wailed. “I sent my sons away because of your lies.” He beat the cow with a stick then he tied her up to a tree and left to die.
The man wandered from village to village looking for his sons, but with no luck. After many years, he returned home a sad and tired oldman.
One market day, he decided  to go to the market to buy himself some food. When he got to the edge of the market, he was tired and slumped and fainted. People ran to help him. The noise attracted everyone. Everyone, including the eldest son who had come to sell some of his farm products, the second son who had cpme to sell the tools he made and the third son who had accompanied his teacher to the market to buy some food. The boy noticed that the person who had fainted was their father and at the same time, they found one another. They were overjoyed.
When the old man was revived, he wept with joy at seeing his sons once again. He asked for their forgiveness and pleaded with them to come back home. “My eyes were opened long ago. You are more precious to me than a cow.”
Related Posts:

Monday, September 25, 2017

Pemalas, Malang Betul Nasibmu

Jadilah pemalas maka kemalangan demi kemalangan akan menghampiri kamu. Bagaimana tidak, kemalasan yang ada menghasilkan kemunduran dan kekosongan. Jangankan dapat bersaing dengan orang lain, melawan kemalasannya sendiri saja tidak mampu. Kesendirian yang tidak terkontrol bisa berujung kemalasan. Biasanya anak pemalas cenderung sendirian di kamar, nonton tv, tiduran, tidak bergairah melakukan aktivitas apapun kecuali makan dan nonton TV mungkin.
Kemalangan yang nyata adalah tidak memiliki prestasi apapun, dimarahin guru, sering diomeli orangtua, pekerjaan menumpuk karena tidak diselesaikan sesuai tenggat waktu, dan jika diteruskan ia menjadi pengangguran kelas berat. Meskipun tidak semua para pengangguran malas bekerja.  Sifat dan sikap malas akan menghambat terselesaikannya tugas-tugas yang ada. Bahkan menjadi salah satu penyebab kegagalan. Kesulitan bersaing dalam bisnis dan mengembangkan usahanya. Jika ia seorang pelajar, maka jelaslah kemalasan itu mempengaruhi nilai akademiknya. Seorang mahasiswa yang malas mengerjakan tugas akhir ataupun skripsi maka keterlambatan lulus jelas akan didapatkannya. Siswa yang malas mengerjakan PR, bisa jadi akan mendapat hukuman dari guru dan pengetahuannya tidak berkembang. Yang seharusnya dia belajar memperdalam materi dengan menyelesaikan PR dan tugas rumah lainnya, berhubung malas menyelesaikannya ia tidak mendapat pemahaman dalam materi tersebut.
Penyebab Kemalasan
Sebab yang terkadang menjadi pemicu rasa malas antara lain: kelelahan/ letih, kurangnya istirahat, pola aktivitas yang kurang bervariasi alias monoton, pekerjaan yang terlanjur menumpuk, tujuan yang kurang jelas, lingkungan dan teman yang kurang kondusif. Bahkan malas itu bisa menjadi penyakit menular lho, jika kita kurang komitmen terhadap tujuan hidup. Sesungguhnya tujuan hidup yang jelas akan memudahkan seseorang dalam melangkah, ketika bekerjapun semakin semangat, ia mengetahui reward yang akan diperoleh jika pekerjaannya tepat waktu. Prinsip AMBAK, apa manfaat bagiku, sangat menolong para pemalas untuk keluar dari lingkaran setan yang membuat kita menjadi malas. Memunculkan gairah belajar, memunculkan daya dobrak dalam bekerja bisa diperoleh melalui sebuah niat, keyakinan, iman yang tinggi bahwa yang ia lakukan sudah benar dan mendatangkan imbalan besar di kemudian hari. Dengan kata lain orang pemalas itu bisa diibaratkan pelancong yang tidak memiliki tempat persinggahan yang jelas, tidak punya tujuan hidup yang pasti. Perlu digaris bawahi bahwasanya rasa malas yang menghinggapi diri ada yang bersifat sementara (temporer) dan ada yang sudah menjadi watak atau ciri khas (permanen). Jika rasa malas yang dirasakan karena kepenatan, kecapean, kelelahan bekerja maka malas tersebut obatnya cukup dengan istirahat yang teratur atau refreshing maka setelah itu gairah bekerja akan hadir kembali. Namun jika malas itu sudah menjadi tabiat khusus maka penanganannya juga perlu terapi tersendiri.
Ibrah: Cerita Penjual Roti & Anaknya Yang Pemalas
Ada cerita tentang hilangnya kemalasan pada anak yang sudah dicap sebagai pemalas. Kisahnya sebagai berikut; ada seorang anak bernama Tom yang terkenal dengan sikap malasnya. Hingga ayahnya mengeluhkan akan perilaku anaknya yang satu ini, sepanjang hari Tom tidak melakukan kontribusi apapun dalam membantu ayahnya bekerja. Bahkan faktanya ia sepulang sekolah langsung masuk kamar, tiduran, tugas-tugasnya tidak dikerjakan sama sekali, keluar kamar jika lapar, hingga menjelang malam yang dilakukan hanya bermalas-malasan. Ayahnya yang bernama Tn. Jones adalah seorang penjual roti, ia memiliki toko roti sederhana di pasar. Ia dalam menjalankan bisnis rotinya tersebut dibantu oleh sang istri yaitu Ny. Jones dan anak pertamanya, Bob. Setiap hari mereka bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan segalanya dari memanggang roti, membungkus, mengepak hingga mengantarkan roti ke para pelanggan. Aktivitas tersebut dilakukan rutin setiap hari, tanpa Tom ikut terlibat didalamnya. Berkali-kali sang ayah menyuruhnya membantu apa yang bisa ia lakukan untuk bisnis roti mereka namun berkali-kali pula nasehat itu tidak didengarkan oleh Tom.
Ny. Jones menyadari perilaku Tom, anaknya itu, karena ia sudah terbiasa dipanggil sebagai anak pemalas sehingga Tom pun terbiasa akrab dengan julukan pemalas yang ditujukkan padanya. Beberapa hari kemudian Tn. Jones jatuh sakit, tubuhnya demam, panas dingin, dan dokter berpesan agar Tn. Jones beristirahat selama seminggu. Sejujurnya ia tidak ingin beristirahat total, tapi kondisi fisiknya memang lemah sehingga ia harus menuruti nasehat dari dokter.
Sengsara Membawa Nikmat
Jatuh sakitnya Tn. Jones membawa dampak terhadap kurangnya personel dalam keluarga itu untuk menjalankan roda bisnis toko rotinya. Maka Ny. Jones membagi-bagi tugas, Tom yang biasanya dibiarkan tidak terlibat maka dengan kondisi sang ayah yang sakit dipaksa untuk bekerja.
Ny. Jones memasak dan merapikan rumah serta merawat Tn. Jones selagi suaminya itu dalam masa perawatan dan penyembuhan, Bob bertugas membuat roti dan memanggangnya, sedangkan Tom mau tidak mau mendapat jatah tugas untuk mengantarkan roti kepada para pelanggan. Jelas Tom menolak dengan tugas barunya tersebut, dengan alasan ia malas bangun pagi. Bob berkata bahwa ia akan membantu membangunkan setiap paginya.
Bob benar-benar mebangunkan Tom setiap pagi meski Tom enggan, tetap dipaksa, hingga Tom jalan juga untuk mengantarkan roti ke rumah pelanggan.
Tentunya pelanggan yang kebanyakan juga tetangga dekatnya sangat terkejut karena tidak biasanya Tom mengantarkan roti, mereka bertanya penasaran, Tom hanya menjawab datar bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut karena ayahnya sedang sakit dan ia akan melakukan pekerjaan ini selama ayahnya belum sembuh. Reaksi pelanggan kagum pada Tom setelah mendengar penjelasan sederhana Tom dan melihat perubahan dalam diri Tom yang sudah mau membantu orangtuanya. Bahkan tidak sedikit pelanggan tersebut memuji dan menyanjung Tom. Ternyata sanjungan dan pujian membawa dampak positif, rasa dihargai oleh orang lain atas apa yang ia lakukan membawa kepuasan tersendiri baginya. Dan ternyata cukup menyenangkan juga bisa bekerja dan membantu meringankan pekerjaan orangtuanya. Sejak saat itu watak pemalas hilang sama sekali dari diri Tom.
Kekuatan Pujian & Dukungan
Pujian dengan porsi yang tepat mampu menguatkan integritas kepribadian seseorang. Keeksistensian dirinya diakui, karyanya dihargai, orang lain pun segan terhadap kita. Dukungan positif dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh, dari semua pelanggan yang memuji Tom, terkumpul energi positif yang menggerakan Tom lebih semangat lagi dalam membantu orangtuanya. Sebaliknya celaan dan hinaan akan melemahkan semangat, bahkan mematikan potensi baik yang ada dalam diri seseorang. Tom tahu reward yang ia peroleh setelah menjadi anak rajin yaitu tetangganya menghargai sekaligus memuji dirinya.
Bagi orang dewasa, pujian ini bisa berupa penghargaan dari rekan kerja, bos, ataupun pimpinan perusahaan, sehingga ia mendapatkan promosi jabatan ataupun kenaikan gaji. Inilah motivasi yang jelas, yang bisa digunakan seseorang bergairah dalam bekerja.
Namun di dunia ini tidak semua hal baik yang dikerjakan langsung bisa mendatangkan pujian, uang, gaji banyak, promosi jabatan, dsb. Adakalanya, kita akan menjumpai perbuatan baik, aktivitas kebaikan kita, karya, prestasi yang dilakukan, tidak dianggap oleh orang-orang hingga akhirnya semangat kendor dan malas hinggap dalam diri. Maka orientasi niat jangan melulu karena dunia, harta, jabatan, gaji, karena jika sewaktu-waktu hal tersebut tidak kita peroleh maka akan kecewa dan berkeluh kesah. Milikilah orientasi niat karena Allah swt. Segala aktivitas dan perbuatan baik buruk akan diberi ganjaran semuanya. Miliki iman yang teguh, seyakin-yakinnya akan hal itu. So, motivasi abadi seorang muslim harus selalu karena Allah swt.

Berikut cerita penjual roti versi bahasa inggris, cerita ini termasuk kedalam teks narrative, tentunya dengan moral lesson yang terkandung dari cerita tersebut:
Text 1
When someone is lazy, we often call him “lazybones”. Young Tom was a real lazybones indeed. Right now his father, Mr. Jones, was complaining about him!
“Thst boy!” said Mr. Jones, “He is really lazy. He does nothing but laze about all day.”
It was true. Tom didn’t care to go out and play with friends. He didn’t like to do his homework or any odd jobs round the house either. After school he went straight to his room and lay down. After dinner he lazed about again till it was time for bed. And in the morning his mother had a hard time getting him out of bed. Poor Mr. And Mrs. Jones didn’t know what to do with their lazy son.
Mr. Jones owned a small bakery in town. He had only one helper, Bob; so he had to work very hard. He baked a hundred loaves each morning, and Bob went round on a house-cart to deliver them. Then, Mr. Jones baked biscuits and cakes to put in his shop-window. His cakes were delicious and many people came to buy from him. He was busy all day, but Tom did nothing to help.
One day Mr. Jones told Tom to watch some cakes in the oven. Instead of watching the cakes, Tom fell asleep and the cakes were burnt. Mr. Jones was furious! “Can’t you do anything properly?” he scolded. “Why, you slept all day yesterday. I don’t know how you can sleep any more!”
“Maybe Tom’s just used to being lazy,” Mrs. Jones said. “Everyone says he’s lazy, so he just stays that way.”
Perhaps Mrs. Jones was right. A few days later Mr. Jones had a bad cold. The doctor said that he had to stay in bed for a week. “My goodness, I can’t!” said Mr. Jones. “What will happen to my shop?”
“Don’t worry about the shop,” said Mrs. Jones. “Bob, Tom and I will look after it.”
“Tom?” said Mr. Jones. “As if he would do anything to help!”
Although Mrs. Jones looked cheerful, she felt worried about how she would manage. She could do the baking and tidy the house. Bob could still deliver the bread. But who could cook the meals and look after Mr. Jones?
“I know how to bake,” said Bob. “I’ve often watch Mr. Jones baking. I can do that job. Then, you’ll be free to cook the meals and look after Mr. Jones.”
“But who will deliver the bread?” asked Mrs. Jones.
“Leave that to Tom,” said Bob cheerfully.
Tom stared at Bob. “That’s hard work,” he said.
“And I’ll have to get up very early each morning.”
“Well, somebody has to do it,” said Mrs. Jones firmly.
So, whether Tom liked it or not, Bob woke him up at five every morning. Together the boys loaded the horse-cart with freshly-baked loaves. Then, Tom went round to deliver the bread.
Of course the customers were very surprised to see him. You see, they all knew he was a lazybones. “What happened to Bob?” they asked.
So Tom explained how Bob was baking because Mr. Jones was ill. “And you’re helping too by delivering the bread,” the customers said. “Well done, Tom. I’m sure your parents must be very proud of you.”
As the day passed, more and more people praised Tom. After a while Tom began to feel proud of himself too. Working wasn’t so bad after all.
In fact, it was quite pleasant to help one’s parents and be praised for it. Can you guess what happened? Yes, from that day on, Tom stopped beaing lazybones.
Questions
1. What is the text about?
A. A baker.
B. A lazybones.
C. A cake deliverer.
D. A deLicious cake.
E. A bakery shop.
2. The following are the reasons why Tom was called a lazybones, except ...
A. He didn’t like to d his homework.
B. He did nothing to help his parents.
C. He lazed about after dinner.
D. He just lay down after school.
E. He liked to play outside with his friends.
3. What did Tom do when his father was sick?
A. He delivered the bread.
B. He baked the cakes.
C. He served the customers.
D. He looked after his father.
E. He cooked the meals.
4. “...., and Bob went round on a house-cart to deliver them.” The underlined word refers to...
A. The horses
B. The carts
C. The bread
D. The meals
E. The foods
5. “Mr. Jones was furious!” The underlined word refers to...
A. Curious
B. Anxious
C. Happy
D. Angry
E. Busy

Sunday, September 17, 2017

Kenapa Kamu Berbeda, Jelaskan Padaku?

Kesamaan dan perbedaan merupakan dua hal yang saling berpasangan seperti baik dan buruk yang selalu ada, seperti halnya juga adanya penjahat pastilah muncul pahlawan. Ketika seorang teman yang memiliki sikap baik dan santun, tiba-tiba suatu hari sikapnya berbeda, ini membuat tanda tanya besar. Yap, pertanyaannya adalah kenapa tiba-tiba bersikap tidak seperti biasanya. Ketika rutinan tiap pekan ketemu di suatu majelis ilmu, kehadirannya rutin, kemudian tiba-tiba menghilang dari peredaran, kenapa kamu berbeda? Yang sebelumnya rajin sholat dhuha berjamaah dipagi hari, tiba-tiba enggan ikut, datangpun sudah siang, sudah termasuk kategori terlambat, kenapa kamu berbeda dari sebelumnya?
Sebelumnya ketika rapat semangat berkobar-kobar, menggebu-gebu, paling kencang berpendapat namun kenapa sekarang loyo, serasa kehilangan energi, kenapa kamu berbeda? Nah, jangan-jangan semua motivasi dari aktivitasmu adalah palsu. Motif yang mudah pudar dan akhirnya hilang. Tidak memiliki niatan lurus. Berbuat baiklah karena memang niat ingin berbuat baik, berkaryalah karena memang benar-benar ingin berkarya dengan segenap jiwa, disiplinlah karena memang melakukan kedisiplinan itu keharusan bukan semata-mata motif palsu. Coba jelaskan, kenapa kamu sekarang bersikap berbeda?
Kenapa kamu berbeda? Sudah tidak ada kepedulian dan enggan untuk menegakkan keadilan, malas membela dan membantu orang-orang yang tertindas, orang-orang yang kehilangan haknya. Penjelasan gamblang dari semua perubahan sikap itu bisa menjauhkan dari rasa curiga dan prasangka buruk. So, jelaskan kejadian yang sebenarnya. Siapa tahu aku menjadi mengerti dan memahaminya.
Wahai teman, perubahan sikap drastis dari sebelumnya peduli menjadi acuh, yang sebelumnya ramah menjadi cuek bahkan bersikap kasar, yang sebelumnya perhatian sekarang tidak mau tahu, semuanya itu harus dijelaskan. Yap, sikap yang baik untuk tetap menyolidkan hubungan antar personel dalam sebuah tim harus melalui komunikasi yang jelas dan dari hati ke hati agar muncul sikap saling mengerti, memahami bahkan saling menghargai satu dengan lainnya.
Bagaimana Engkau Menjelaskannya, Itu Penentu
Kasus renggangnya kesolidan dalam tim, perubahan (perbedaan) sikap antar anggota yang terlihat kurang harmonis, komunikasi yang kurang, kata-kata yang terucapkan bukannya menguatkan namun saling menjatuhkan, maka hal tersebut membahayakan kinerja tim. Jika sadar dan legowo, jelaskan segala sikap yang berbeda dari biasanya, kenapa melakukan hal ini maupun tidak melakukannya, orang lain dengan ketulusan kita dalam menjelaskan, akan dengan mudah menerima dan mengerti posisi kita. Syarat penjelasan yang detil, secara gamblang, kronologi serta penyebabnya dijelaskan runtut sehingga hubungan antar tim kembali cair.
Penentu dari penyatuan anggota tim yang renggang adalah adanya keterbukaan dan kesadaran rasa memiliki terhadap tim tersebut.
Hilangkan Benci dan Dendam
Keterbatasan informasi menyebabkan miskomunikasi yang cenderung merusak kekompakan sebuah tim. Wajar saja jika kebencian itu muncul, karena perilaku yang merendahkan dan juga merugikan kepentingan orang lain. Sahabat dekat bisa menjadi musuh, gara-gara awalnya rasa iri dan dengki yang dipelihara. Menimbun terus dan semakin tinggi sehingga kebencian tersebut menjadi dendam yang tak berkesudahan. Hati-hati juga dengan omongan yang tak dijaga, kita boleh menganggapnya sepele, namun belum tentu sahabat kita menanggapinya dengan kondisi yang sama. Melukai perasaan dan hati orang lain juga bisa menjadi penyebab salah satu adanya dendam dalam sebuah tim (organisasi).
Rasa Tertekan, Semakin Ditekan Semakin memberontak
Terjadinya sikap memberontak dan melawan bisa diakibatkan oleh tekanan kejiwaan. Secara teoripun jika semakin tinggi (kuat) tekanan yang diberikan maka semakin berpeluang untuk memberontak. Ibarat geyser yang airnya muncrat sampai tinggi keatas karena tekanan yang tinggi dari dalam perut bumi. Saluran air yang kecil tersebut mengeluarkan air ke permukaan bumi bahkan tingginya bisa mencapai puluhan meter, hal ini sekali lagi karena efek tekanan udara yang mengembang dan air mendidih yang bersumber pada lapisan inti bumi.
Jangan sampai tindakan seorang pemimpin keliru dalam menyikapi kerenggangan tim, ataupun kelambatan personel dalam bekerja. Jangan sampai peraturan terlalu mengekang dan membebani, sehingga secara psikologis anggota tim tidak nyaman dalam bekerja. Memang aturan tersebut dibuat untuk mendisiplinkan, namun efeknya akan fatal jika terlalu strict, ketatnya peraturan juga harus memiliki fleksibilitas.
Nah, jawaban dari pertanyaan kenapa anggota tim bersikap berbeda dari biasanya, sedikit banyak hampir terjawab. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah adanya kesenjangan yang ada. Perbedaan yang mencolok itulah yang menimbulkan iri, sebaliknya sikap pamer juga akan muncul. Sepandai-pandainya seorang ketua mengambil langkah untuk meminimalisir kesenjangan, perbedaan dalam timnya, tetaplah membutuhkan saran dan nasehat anggota, ketua tidak boleh bersikap otoriter.
Teks Geyser, Explanation text

Penjelasan tentang Geyser bagaimana terbentuk, penyebabnya, kenapa bisa terjadi, dsb adalah terangkum kedalam bacaan yang berjenis explanation. Seperti bahasan perbedaan sikap dalam tim, teks jenis ini juga membutuhkan penjelasan secara runtut. Dan tentunya ada fenomena yang akan dijelaskan, terdapat pernyataan secara umum tentang fenomena yang terjadi. Berikut teks explanation tentang geyser:

Text 1 Explanation
How A Geyser Forms
A geyser field is usually located in an area where there has been recent volcanic activity. There can be hundreds of geysers in a geyser field. Their positions depend on the system of channels underground.
Cold surface water seeps underground. It flows through cracks in nonporous rock (rock that does not soak up water). The water is heated by hot rock, and it begins to expand and boil. Water at the top boils of or spills over. This reduces the pressure and causes deeper water to boil much more violently, creating jets of steam and fountains of hot water.

note:
Explanation text is type of text that functions to explain each step of the process (the how) and to give reasons (the why). It tells how or why something happens.  Such as how something occurs, why something happens, why things are alike or different, how to solve a problem, and how something works. Structure of the text:
General statement: states the phenomenon to be explained.
Sequenced explanation: states a series of steps which explain the phenomena.

Questions
1. Why does jets of steam happen?
2. Mention the structure of explanation text!
3. What is the synonym of channels?
4. What is explanation text?
Text 2 Narrative
Read the text carefully then answer the questions!
                Very long time ago in West Java, there lived a king, named Prabu Sungging Pabangkara. He was good ruler. He liked hunting in the forest very much
                In the forest, there lived she-pig, actually a cursed goddess. One day, she came out of her hiding place looking for water. There she saw a coconut shell filled with water. Expecting it to be a fresh water, she drank it, having no suspicious that it was king’s urine left there the day before when he went hunting.
                The consequence was very strange. She became pregnant. Few months later she gave birth to a very pretty girl. When the king was hunting again in the forest, he saw the girl and was attracted by her beauty. He took her to his place, and then he called her Dayang Sumbi and treated her as his own daughter. Time passed and Dayang Sumbi grew up into a beautiful girl. She was fond of weaving.
                One morning as she was weaving, her weaving spool flew out of the window to the field. Because she was very tired, she mumbled, whoever is willing to help me pick up the spool. I’ll treat her as my sister if she is a girl. If he is a man, I’ll treat him as my husband. These words were heard by a dog, called Tumang, actually cursed god too. He immediately picked up the spool and gave it to Dayang Sumbi. Seeing the dog had helped her, she fainted. The god had decided for her to undergo the fate. She became pregnant and a short time afterwards she gave birth to healthy strong son whom she called Sangkuriang.
                Sangkuriang became a handsome young man, as time went by. Likes his grandfather, he was fond of hunting in the forest and Tumang was faithful friend when roaming the woods. He didn’t realize that Tumang was his father. One day, when the dog didn’t obey him to chase the pig, Sangkuriang was very angry and killed the dog and cut up his flesh into pieces and took it home to his mother. For a moment Dayang Sumbi was speechless and took a spool and flung it at him.
                This left a scar on the spot. Then Dayang Sumbi sent him away. Sangkuriang left and wandered through the woods. He walked for years. Finally he returned to his native place, but did not recognize it any longer. At the end of a vast rice field, he noticed a house and saw a young girl sitting at her weaving-loom. He approached her and was charmed by her beauty. He was unaware that she was his own mother. Dayang Sumbi had been given eternal beauty by the gods which was why she looked young forever. She looked at him and noticing his good looks, she promised to marry him.
QUESTIONS
5. What do you call the text above?
6. What is the generic structure of the text above?
7. What is the purpose of the text above?
8. What is the moral value of the story above?
9. Where does the story take place?
10. Who was Raden Sungging Pabangkara?
11. “...I’ll treat him as my husband.” What is the opposite meaning of the underlined word?
12. Translate 20 underlined words from text 2
13. Change these sentences below into present tense!
a. Joko did not do math task well yesterday.
b. Deddy knew his neighbours from Mr. Rahmat yesterday.
14. Change these sentences below into past tense!
a. Students work very hard in their assignments every month.
b. Mrs. Herman says politely to her mother everyday.
15. Write verses 1 until 5 from surah Al Qomar!

Related Posts:

Thursday, August 10, 2017

Tim Bagus, Tak Perlu Banyak Orang, Tikus dan Sosis

Tim yang bagus memiliki ciri-cirinya yaitu tujuan (misi) berjalan dan tercapai dengan gemilang. Meski terdapat kendala, hambatan dan rintangan, tim tersebut tetap melaju menerjang semua aral (obstacles), menembus batas hingga target diraih. Dalam tataran pelaksanaan, kerja tim membutuhkan sebuah manajemen (pengaturan), disitulah dibutuhkan kecakapan seorang leader (ketua) yang mumpuni. Anggota tim bisa gemuk bisa juga tim yang ramping. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tim yang ramping misalnya, untuk koordinasi antar anggota dapat berjalan efektif dan tidak butuh banyak persamaan persepsi, geraknya juga cepat serta memiliki efisiensi dalam anggaran dan juga efisiensi waktu. Sedangkan tim yang besar memiliki keunggulan beban kerja ringan karena dikerjakan dan dibagi-bagi menjadi tim kecil, memiliki daya saing yang lebih tinggi, peluang disegani lawan karena secara kuantitas lebih banyak. Kelemahan tim yang besar, terkadang adalah munculnya intrik atau konflik internal dalam tim. Masalah personal ini timbul karena dalam koordinasi antar anggota membutuhkan komunikasi yang kompleks, mengatur kesamaan pandangan juga ribet dan gerak langkahnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Tentunya membutuhkan energi ekstra bagi leader tim besar agar anak buahnya memiliki tekad bulat dan suhu berjuang yang sama, agar tim berjalan kompak.
Banyaknya orang atau personel dalam tim seyogyanya disikapi secara khusus, sehingga dalam proses pembentukan tim nantinya lebih cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dan misi yang akan dicapai. Semacam agen intelejen yang geraknya senyap namun keberadaannya nyata dan berpengaruh serta benar-benar produktif dalam mengumpulkan info, mengolah, menganalisa, menyimpulkan hingga mengeksekusi sebuah instruksi atasan (leader).
Kuantitas Yang Rapuh
Terlalu banyaknya orang yang terlibat juga kadang membuat tim itu besar dari luar namun ternyata rapuh bahkan keropos di dalam. Atau perumpamaan buih yang sangat banyak di lautan namun mudah terombang-ambing, tidak memiliki pijakan yang jelas, jika memilikipun mereka tak pandai menjaga prinsip dan komitmen. Walhasil mudahlah dicerai berai, sama halnya peristiwa politik belah bambu ala penjajah yaitu devide et impera, VOC dengan trik adu dombanya mampu menguasai Indonesia dengan trik licik dan kejam, sesama anak bangsa saling bunuh, saling serang, bahkan mau-maunya menjadi pecundang di bawah kaki penjajah.
Jumlah anggota tim yang besar harus disikapi serius, pemberian latihan yang intensif, porsi komunikasi dan evaluasi yang pas dan efektif, perhatian kesejahteraan tim juga harus benar-benar diperhatikan. Karena jika terjadi kecemburuan antar anggota, maka membuat runyam dan intrik internal yang runcing serta sulit diurai untuk diselesaikan.
Jika sebuah misi sudah terlaksana dengan baik, maka lakukanlah evaluasi. Tidak boleh ada anggota yang merasa paling berjasa, karena sikap ujub, sombong dan berbangga diri berlebihan dapat meruntuhkan kerjasama, hingga gagalnya tim yang solid.
Cerita fabel kekompakan tim
Ada kalanya perlu belajar dari cerita fabel agar muncul inspirasi serta kesadaran dalam berinterkasi dan membuat tim yang bagus. Ada kisah menarik antara tikus, burung dan sosis yang tinggal serumah. Ketiganya memiliki jalinan persahabatan yang unik dan solid. Rasa aman, nyaman bahkan adanya ketercukupuan secara materi benar-benar dirasakan dalam rumah tersebut. Masing-masing memiliki job harian. Burung mencari kayu bakar di hutan, tikus menyiapkan air, dan juga mengatur meja serta tungku api. Sedangkan sosis memiliki tugas sebagai juru masak.
Suatu ketika tokoh burung merasa paling berjasa atas segala yang dicapai oleh ketiganya. Dia memiliki tugas yang paling jauh, harus mengambil kayu dari hutan yang letaknya puluhan kilometer dari rumah, sedangkan tikus dan sosis bekerja cukup berada di dalam rumah. Terlebih dia digembosi oleh burung lain bahwa ia hanya diperalat dan dijadikan pesuruh yang melakukan kerja kasar dan melelahkan. Ia disarankan agar kedua temannya rolling atau gantian jenis tugas. Maka si burung tadi menyampaikan kepada temannya tersebut, namun ternyata tikus dan sosis menentang ide gilanya. Meski menentang, tikus dan sosis, tidak bisa berbuat banyak karena burunglah yang selama ini memang melakukan tugas utama dan memiliki peran penting dalam rumah sehingga ia ibarat sebagai pemimpin yang harus ditaati. Akhirnya perputaran jenis pekerjaan pun dilakukan. Sosis yang harus  mencari kayu bakar, sedangkan burung cukup mengambil air dari sumur.
Hasilnya pun sudah bisa diterka, kekacauan mulai terjadi. Awal-awalnya kelihatan lancar namun ternyata tanda-tanda kehancuran tim sudah terlihat jelas. Sosis yang ditugasi mencari kayu sudah lama belum kembali membawa kayu. Burung dan tikus takut sesuatu yang buruk terjadi pada sosis. Rasa menyesal terbersit dalam pikiran si burung. Disisi lain ia juga sudah tidak sabar menyantap hidangan untuk hari itu. Burung pun menyusul sosis, dimana gerangan sosis mencari kayu bakar, kok belum kembali membawa kayu bakar, apakah berhasil atau justru tersesat. Belum lama ia terbang baru beberapa meter, terlihat seekor anjing mengoyak tubuh sosis dan melahapnya dengan tanpa rasa bersalah. Maut menyergap sosis, burung pun tak berkutik. Ia kembali ke rumah. Sebelum kembali ke rumah, ia menyelesaikan tugas sosis mengambil kayu bakar ke hutan.
Sekembalinya dari mencari kayu bakar, burung melakukan persiapan untuk menyiapkan api dan mengambil air. Sedangkan tikus sibuk mempersiapkan makanan. Ternyata si tikus tidak secakap dan semahir sosis dalam memasak. Ia melakukan persis apa yang sosis lakukan, yaitu melompat dan memotong sayuran. Namun sebelum semua sajian selesai, tikus melakukan pekerjaan dengan terburu-buru, disaat meracik sayuran ia tergelincir di meja sajian, kulitnya terkelupas hingga tewas mengenaskan.
Kini tinggalah burung sendirian. Singkat cerita ia sudah keburu lapar, maka ia mencari makanan kesana kemari, dan tak mendapatkan apa-apa. Ia mulai mempersiapkan makanannya sendiri. Ia mulai dengan membuat api di tungku, melempar kayu kesana kemari, kayu berserakan, naasnya kayu yang berceceran tersebut terbakar api. Ia pun bergegas mengambil air ke sumur. Ketika ia hendak ambil air, ember yang digunakannya terjatuh, ia terseret masuk kedalam sumur. Burung mati tenggelam. Ending yang tragis bagi persahabatan 3 hewan tersebut.
Hikmah cerita tikus
Ada beberapa hal yang bisa kita gali hikmahnya dari cerita fabel di atas antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jangan pernah merasa paling berjasa, karena sikap ini bisa menyuburkan keangkuhan, kesombongon hingga akhirnya dapat merusak tim. Hal ini ternyata bisa menyerang hati siapa saja terutama ketua ataupun anggota tim yang memiliki keunggulan/ kemampuan diatas rata-rata dibanding personel lain. Nah, jika mampu meredam sikap merasa paling berperan/ berjasa maka keutuhan tim bisa dijamin hingga kinerja dan misi tim tuntas atau paripurna.
b. Tugas/ pekerjaan harus dibebankan kepada ahlinya, bukan diserahkan kepada sembarangan orang. Jika seseoang melakukan suatu pekerjaan bukan bidangnya, ditakutkan hasilnya kurang optimal ban bisa membuat kacau pekerjaan. Contoh pemerintahan periode saat ini, kacau, yang bukan ahli di bidangnya menjadi menteri ini menteri itu, walhasil deh periode pemerintahan saat ini kesejahteraan rakyatnya kurang terasa, sebut saja model pemerintahan saat ini adalah yang paling umbrus dan nyeleneh terhitung sejak Indonesia merdeka di tahun 1945 hingga tahun 2017. Beda banget pas jaman pak SBY.
c. Rolling tugas/ peran memang suatu saat dibutuhkan sebagai penyegaran/ variasi maupun pengkaderan, hanya saja harus disertai pendampingan. Jika tanpa panduan atau arahan yang terjadi adalah poin nomor 2 diatas. Seandainya burung, tikus, dan sosis memiliki kemampuan yang mahir di semua bidang maka tidak akan terjadi kekacauan. Jika personel tim memiliki spesifikasi keahlian sendiri, namun juga disertai ketrampilan umum yang dikuasainya diatas rata-rata maka predikat multi talenta bisa disandang. Keistimewaan bagi tim yang memiliki anggota  bertalenta lebih dari satu keahlian atau bahkan multi keahlian. Salah satu keuntungannya adalah adanya secondman yang dapat diandalkan, yaitu ketika pemeran utama (ketua aslinya) memiliki halangan atau gangguan.
Cerita burung, tikus dan sosis tersebut tergolong kedalam genre narrative, teks berbahasa inggris ini diambil dari buku paket kelas XII Bahasa Inggris untuk tingkat SMA/ MA terbitan Intan Pariwara kurikulum KTSP. Teks ini bisa digunakan untuk latihan reading comprehension dan memperkaya kosakata atau vocabulary teman-teman semua. Berikut teksnya:

The Mouse, the Bird and the Sausage
Once upon a time a mouse, a bird and a sausage formed a partnership. They kept house together, and for a long time they lived in peace and prosperity, acquiring many possessions. The bird’s task was to fly into the forest every day to fetch wood. The mouse carried water, made the fire, and set the table. The sausage did the cooking.
Whoever is too well off always wants to try something different! Thus one day the bird made another bird, who boasted to him of his own situation. This bird criticized him for working so hard while the other two worked so little. So, the next day, because of his friend’s advice, the bird refused to go to the forest. He said that he had been their servant long enough. He was no longer going to be fool for them. Everyone should try a different task for a change. The mouse and the sausage argued against this, but the bird was the master, and he insisted on giving it a try. The sausage was to fetch wood, the mouse became the cook, and the bird was to carry water.
And what was the result? The sausage walked with heavy steps toward the forest, the bird made the fire, and the mouse put on the pot and waited for the sausage to return with wood for the next day. However, the sausage stayed out so long that the other two feared that something bad had happened. The bird flew off to see if he could find her. A short distance away he saw a dog eating the sausage. The bird was angry because of the dog’s bad attitude, but the dog claimed that he had discovered false letters on the sausage, so she would have to die.
Filled with sorrow, the bird carried the wood home himself and told the mouse what he had seen and heard. They were very sad, but were determined to stay together and make the best of it. The bird set the table while the mouse prepared the food. She jumped into the pot, as the sausage had always done, in order to slither and weave in and about the vegetables and grease them, but before she reached the middle, her hair and skin were scalded off, and she died.
When the bird wanted to eat, no cook was there. Beside himself, he threw the wood this way and that, called out, looked everywhere, but no cook was to be found. Because of his carelessness, the scattered wood caught fire, and the entire house was soon aflame. The bird rushed to fetch water, but the bucket fell into the well, carrying him with it, and he drowned.

Related Posts:
2. Download Koleksi Film SRK Full