Showing posts with label lazy. Show all posts
Showing posts with label lazy. Show all posts

Monday, September 25, 2017

Pemalas, Malang Betul Nasibmu

Jadilah pemalas maka kemalangan demi kemalangan akan menghampiri kamu. Bagaimana tidak, kemalasan yang ada menghasilkan kemunduran dan kekosongan. Jangankan dapat bersaing dengan orang lain, melawan kemalasannya sendiri saja tidak mampu. Kesendirian yang tidak terkontrol bisa berujung kemalasan. Biasanya anak pemalas cenderung sendirian di kamar, nonton tv, tiduran, tidak bergairah melakukan aktivitas apapun kecuali makan dan nonton TV mungkin.
Kemalangan yang nyata adalah tidak memiliki prestasi apapun, dimarahin guru, sering diomeli orangtua, pekerjaan menumpuk karena tidak diselesaikan sesuai tenggat waktu, dan jika diteruskan ia menjadi pengangguran kelas berat. Meskipun tidak semua para pengangguran malas bekerja.  Sifat dan sikap malas akan menghambat terselesaikannya tugas-tugas yang ada. Bahkan menjadi salah satu penyebab kegagalan. Kesulitan bersaing dalam bisnis dan mengembangkan usahanya. Jika ia seorang pelajar, maka jelaslah kemalasan itu mempengaruhi nilai akademiknya. Seorang mahasiswa yang malas mengerjakan tugas akhir ataupun skripsi maka keterlambatan lulus jelas akan didapatkannya. Siswa yang malas mengerjakan PR, bisa jadi akan mendapat hukuman dari guru dan pengetahuannya tidak berkembang. Yang seharusnya dia belajar memperdalam materi dengan menyelesaikan PR dan tugas rumah lainnya, berhubung malas menyelesaikannya ia tidak mendapat pemahaman dalam materi tersebut.
Penyebab Kemalasan
Sebab yang terkadang menjadi pemicu rasa malas antara lain: kelelahan/ letih, kurangnya istirahat, pola aktivitas yang kurang bervariasi alias monoton, pekerjaan yang terlanjur menumpuk, tujuan yang kurang jelas, lingkungan dan teman yang kurang kondusif. Bahkan malas itu bisa menjadi penyakit menular lho, jika kita kurang komitmen terhadap tujuan hidup. Sesungguhnya tujuan hidup yang jelas akan memudahkan seseorang dalam melangkah, ketika bekerjapun semakin semangat, ia mengetahui reward yang akan diperoleh jika pekerjaannya tepat waktu. Prinsip AMBAK, apa manfaat bagiku, sangat menolong para pemalas untuk keluar dari lingkaran setan yang membuat kita menjadi malas. Memunculkan gairah belajar, memunculkan daya dobrak dalam bekerja bisa diperoleh melalui sebuah niat, keyakinan, iman yang tinggi bahwa yang ia lakukan sudah benar dan mendatangkan imbalan besar di kemudian hari. Dengan kata lain orang pemalas itu bisa diibaratkan pelancong yang tidak memiliki tempat persinggahan yang jelas, tidak punya tujuan hidup yang pasti. Perlu digaris bawahi bahwasanya rasa malas yang menghinggapi diri ada yang bersifat sementara (temporer) dan ada yang sudah menjadi watak atau ciri khas (permanen). Jika rasa malas yang dirasakan karena kepenatan, kecapean, kelelahan bekerja maka malas tersebut obatnya cukup dengan istirahat yang teratur atau refreshing maka setelah itu gairah bekerja akan hadir kembali. Namun jika malas itu sudah menjadi tabiat khusus maka penanganannya juga perlu terapi tersendiri.
Ibrah: Cerita Penjual Roti & Anaknya Yang Pemalas
Ada cerita tentang hilangnya kemalasan pada anak yang sudah dicap sebagai pemalas. Kisahnya sebagai berikut; ada seorang anak bernama Tom yang terkenal dengan sikap malasnya. Hingga ayahnya mengeluhkan akan perilaku anaknya yang satu ini, sepanjang hari Tom tidak melakukan kontribusi apapun dalam membantu ayahnya bekerja. Bahkan faktanya ia sepulang sekolah langsung masuk kamar, tiduran, tugas-tugasnya tidak dikerjakan sama sekali, keluar kamar jika lapar, hingga menjelang malam yang dilakukan hanya bermalas-malasan. Ayahnya yang bernama Tn. Jones adalah seorang penjual roti, ia memiliki toko roti sederhana di pasar. Ia dalam menjalankan bisnis rotinya tersebut dibantu oleh sang istri yaitu Ny. Jones dan anak pertamanya, Bob. Setiap hari mereka bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan segalanya dari memanggang roti, membungkus, mengepak hingga mengantarkan roti ke para pelanggan. Aktivitas tersebut dilakukan rutin setiap hari, tanpa Tom ikut terlibat didalamnya. Berkali-kali sang ayah menyuruhnya membantu apa yang bisa ia lakukan untuk bisnis roti mereka namun berkali-kali pula nasehat itu tidak didengarkan oleh Tom.
Ny. Jones menyadari perilaku Tom, anaknya itu, karena ia sudah terbiasa dipanggil sebagai anak pemalas sehingga Tom pun terbiasa akrab dengan julukan pemalas yang ditujukkan padanya. Beberapa hari kemudian Tn. Jones jatuh sakit, tubuhnya demam, panas dingin, dan dokter berpesan agar Tn. Jones beristirahat selama seminggu. Sejujurnya ia tidak ingin beristirahat total, tapi kondisi fisiknya memang lemah sehingga ia harus menuruti nasehat dari dokter.
Sengsara Membawa Nikmat
Jatuh sakitnya Tn. Jones membawa dampak terhadap kurangnya personel dalam keluarga itu untuk menjalankan roda bisnis toko rotinya. Maka Ny. Jones membagi-bagi tugas, Tom yang biasanya dibiarkan tidak terlibat maka dengan kondisi sang ayah yang sakit dipaksa untuk bekerja.
Ny. Jones memasak dan merapikan rumah serta merawat Tn. Jones selagi suaminya itu dalam masa perawatan dan penyembuhan, Bob bertugas membuat roti dan memanggangnya, sedangkan Tom mau tidak mau mendapat jatah tugas untuk mengantarkan roti kepada para pelanggan. Jelas Tom menolak dengan tugas barunya tersebut, dengan alasan ia malas bangun pagi. Bob berkata bahwa ia akan membantu membangunkan setiap paginya.
Bob benar-benar mebangunkan Tom setiap pagi meski Tom enggan, tetap dipaksa, hingga Tom jalan juga untuk mengantarkan roti ke rumah pelanggan.
Tentunya pelanggan yang kebanyakan juga tetangga dekatnya sangat terkejut karena tidak biasanya Tom mengantarkan roti, mereka bertanya penasaran, Tom hanya menjawab datar bahwa ia melakukan pekerjaan tersebut karena ayahnya sedang sakit dan ia akan melakukan pekerjaan ini selama ayahnya belum sembuh. Reaksi pelanggan kagum pada Tom setelah mendengar penjelasan sederhana Tom dan melihat perubahan dalam diri Tom yang sudah mau membantu orangtuanya. Bahkan tidak sedikit pelanggan tersebut memuji dan menyanjung Tom. Ternyata sanjungan dan pujian membawa dampak positif, rasa dihargai oleh orang lain atas apa yang ia lakukan membawa kepuasan tersendiri baginya. Dan ternyata cukup menyenangkan juga bisa bekerja dan membantu meringankan pekerjaan orangtuanya. Sejak saat itu watak pemalas hilang sama sekali dari diri Tom.
Kekuatan Pujian & Dukungan
Pujian dengan porsi yang tepat mampu menguatkan integritas kepribadian seseorang. Keeksistensian dirinya diakui, karyanya dihargai, orang lain pun segan terhadap kita. Dukungan positif dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh, dari semua pelanggan yang memuji Tom, terkumpul energi positif yang menggerakan Tom lebih semangat lagi dalam membantu orangtuanya. Sebaliknya celaan dan hinaan akan melemahkan semangat, bahkan mematikan potensi baik yang ada dalam diri seseorang. Tom tahu reward yang ia peroleh setelah menjadi anak rajin yaitu tetangganya menghargai sekaligus memuji dirinya.
Bagi orang dewasa, pujian ini bisa berupa penghargaan dari rekan kerja, bos, ataupun pimpinan perusahaan, sehingga ia mendapatkan promosi jabatan ataupun kenaikan gaji. Inilah motivasi yang jelas, yang bisa digunakan seseorang bergairah dalam bekerja.
Namun di dunia ini tidak semua hal baik yang dikerjakan langsung bisa mendatangkan pujian, uang, gaji banyak, promosi jabatan, dsb. Adakalanya, kita akan menjumpai perbuatan baik, aktivitas kebaikan kita, karya, prestasi yang dilakukan, tidak dianggap oleh orang-orang hingga akhirnya semangat kendor dan malas hinggap dalam diri. Maka orientasi niat jangan melulu karena dunia, harta, jabatan, gaji, karena jika sewaktu-waktu hal tersebut tidak kita peroleh maka akan kecewa dan berkeluh kesah. Milikilah orientasi niat karena Allah swt. Segala aktivitas dan perbuatan baik buruk akan diberi ganjaran semuanya. Miliki iman yang teguh, seyakin-yakinnya akan hal itu. So, motivasi abadi seorang muslim harus selalu karena Allah swt.

Berikut cerita penjual roti versi bahasa inggris, cerita ini termasuk kedalam teks narrative, tentunya dengan moral lesson yang terkandung dari cerita tersebut:
Text 1
When someone is lazy, we often call him “lazybones”. Young Tom was a real lazybones indeed. Right now his father, Mr. Jones, was complaining about him!
“Thst boy!” said Mr. Jones, “He is really lazy. He does nothing but laze about all day.”
It was true. Tom didn’t care to go out and play with friends. He didn’t like to do his homework or any odd jobs round the house either. After school he went straight to his room and lay down. After dinner he lazed about again till it was time for bed. And in the morning his mother had a hard time getting him out of bed. Poor Mr. And Mrs. Jones didn’t know what to do with their lazy son.
Mr. Jones owned a small bakery in town. He had only one helper, Bob; so he had to work very hard. He baked a hundred loaves each morning, and Bob went round on a house-cart to deliver them. Then, Mr. Jones baked biscuits and cakes to put in his shop-window. His cakes were delicious and many people came to buy from him. He was busy all day, but Tom did nothing to help.
One day Mr. Jones told Tom to watch some cakes in the oven. Instead of watching the cakes, Tom fell asleep and the cakes were burnt. Mr. Jones was furious! “Can’t you do anything properly?” he scolded. “Why, you slept all day yesterday. I don’t know how you can sleep any more!”
“Maybe Tom’s just used to being lazy,” Mrs. Jones said. “Everyone says he’s lazy, so he just stays that way.”
Perhaps Mrs. Jones was right. A few days later Mr. Jones had a bad cold. The doctor said that he had to stay in bed for a week. “My goodness, I can’t!” said Mr. Jones. “What will happen to my shop?”
“Don’t worry about the shop,” said Mrs. Jones. “Bob, Tom and I will look after it.”
“Tom?” said Mr. Jones. “As if he would do anything to help!”
Although Mrs. Jones looked cheerful, she felt worried about how she would manage. She could do the baking and tidy the house. Bob could still deliver the bread. But who could cook the meals and look after Mr. Jones?
“I know how to bake,” said Bob. “I’ve often watch Mr. Jones baking. I can do that job. Then, you’ll be free to cook the meals and look after Mr. Jones.”
“But who will deliver the bread?” asked Mrs. Jones.
“Leave that to Tom,” said Bob cheerfully.
Tom stared at Bob. “That’s hard work,” he said.
“And I’ll have to get up very early each morning.”
“Well, somebody has to do it,” said Mrs. Jones firmly.
So, whether Tom liked it or not, Bob woke him up at five every morning. Together the boys loaded the horse-cart with freshly-baked loaves. Then, Tom went round to deliver the bread.
Of course the customers were very surprised to see him. You see, they all knew he was a lazybones. “What happened to Bob?” they asked.
So Tom explained how Bob was baking because Mr. Jones was ill. “And you’re helping too by delivering the bread,” the customers said. “Well done, Tom. I’m sure your parents must be very proud of you.”
As the day passed, more and more people praised Tom. After a while Tom began to feel proud of himself too. Working wasn’t so bad after all.
In fact, it was quite pleasant to help one’s parents and be praised for it. Can you guess what happened? Yes, from that day on, Tom stopped beaing lazybones.
Questions
1. What is the text about?
A. A baker.
B. A lazybones.
C. A cake deliverer.
D. A deLicious cake.
E. A bakery shop.
2. The following are the reasons why Tom was called a lazybones, except ...
A. He didn’t like to d his homework.
B. He did nothing to help his parents.
C. He lazed about after dinner.
D. He just lay down after school.
E. He liked to play outside with his friends.
3. What did Tom do when his father was sick?
A. He delivered the bread.
B. He baked the cakes.
C. He served the customers.
D. He looked after his father.
E. He cooked the meals.
4. “...., and Bob went round on a house-cart to deliver them.” The underlined word refers to...
A. The horses
B. The carts
C. The bread
D. The meals
E. The foods
5. “Mr. Jones was furious!” The underlined word refers to...
A. Curious
B. Anxious
C. Happy
D. Angry
E. Busy