Saturday, October 28, 2017

Unduh Annabelle: Creation (2017) Bluray

Pengen ngetes keberanian dengan nonton annabelle creation ini? Bisa jadi bagi fans cerita horor, tayangan ini kurang spooky. Annabelle yang berkisah tentang keluarga pengrajin boneka yang anak putrinya tewas tertabrak kendaraan yang saat itu usianya 7 tahun. Nah, ketegangan ini berawal ketika biarawati dan beberapa anak panti asuhan tinggal untuk diadopsi. Arwah  si gadis kecil yang tentunya bukan lagi ruh asli si anak, tetapi perwujudan lain dari iblis yang ingin tinggal di boneka. Konsep jalan cerita yang disajikan cukup berhasil, perwujudan hantu di awal adegan dilakukan bertahap untuk mendapatkan tensi yang semakin naik. Hingga akhirnya kemunculan syetan dari annabelle lebih vulgar dan agresive. Bahkan Sam, si ayah dari gadis kecil itu, diserang hingga tewas mengenaskan. Benar-benar membuat bulu kuduk berdiri dan tentunya rasa ingin tahu yang besar akan akhir cerita dari film ini. Hanya saja memang film ini secara spiritual dillihat dari sudut pandang ajaran bibel, dimana cara mengusir hingga melawan roh jahat dilakukan berdasarkan keimanan terhadap ajaran gereja. Jika tertantang ingin melihat film secara keseluruhan hingga selesai, jangan menonton sendiri dan jangan dilakukan sebelum tidur di malam hari karena dikhawatirkan terbawa hingga mimpi buruk dialami. Unduh filmnya dengan klik link berikut ini:

Saturday, October 21, 2017

Sapi Yang Berharga, Kematianmu Membawa Kebahagiaan

Alkisah seorang lelaki yang memelihara seekor sapi yang tiap tahunnya melahirkan anak sapi, sehingga ia sungguh mencintai sapi tersebut dari apapun bahkan anaknya sendiri. Nah, suatu hari ia meminta anak laki-laki yang tertua untuk membawa sapi tersebut ke padang rumput agar bisa makan sepuasnya. Selesai dengan tugasnya si tertua membawa sapi pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ayahnya penasaran dan bertanya pada sapi tersebut sudahkah ia diberi makan dan minum yang cukup. Si sapi menjawab belum, ia bahkan berkata bahwa anak laki-laki tertuanya hanya tiduran dan membiarkan dirinya terikat di pohon.
Sang ayah mendengar keluhan si sapi sangat marah, lalu mengusir anak tertuanya itu. Anak laki-lakinya pergi berkelana sampai ia tiba di sebuah ladang milik seorang petani yang dikemudian hari ia banyak belajar bercocok tanam darinya.
Di hari yang berbeda, sang ayah memerintahkan anak laki-laki yang kedua untuk membawa sapinya ke padang rumput agar ia dimandikan dan diberi makanan berupa rumput yang segar. Sang anakpun menuruti perintah ayahnya, ia memandikan sapi dan memberinya makanan berupa hamparan rumput yang hijau lagi segar. Ia mengikatkan sapi tersebut di sebuah pohon sambil menunggu kering setelah dimandikan, ia berteduh di bawah pohon tidak jauh dari tempat dimana sapi ditambatkan.
Sang ayah datang untuk mengecek tugas anak keduanya, begitu melihat anaknya lagi tiduran langsung ia mencambuk dan mengejar anaknya hingga sang anak lari menjauh meninggalkan rumah. Anak keduanya itu terus berjalan berhari-hari hingga sampailah ia di rumah seorang pandai besi. Dari pandai tersebut ia bercerita tentang kejadian yang dialaminya, sang pandai besi merasa iba padanya. Ia berharap suatu hari nanti bisa membantu si anak untuk menyadarkan ayahnya. Ia juga mengajari si anak cara membuat cangkul, sabit dan alat-alat dari logam.
Tinggalah sang ayah dengan anak terakhirnya dan si sapi. Ia pun minta anak terakhirnya untuk membawa sapinya mencari makan dan memandikan sapi tersebut. Anak ketiga menuruti perintah sang ayah, dan berharap tidak mengecewakan ayahnya. Sang anak membawa sapi ke tempat dimana terhampar padang rumput yang hijau dengan terdapat sebuah kubangan air yang cukup dalam untuk memandikan sapi tersebut.
Sesampainya di rumah, setelah tugasnya selesai sang anak ditanya ayahnya apakah tugasnya berhasil, sang anak menjawab bahwa tugasnya telah dilaksanakan dengan baik. Seperti biasanya sang ayah mengecek dengan bertanya pada si sapi. Si sapi menjawab bahwa anak ketiganya itu tidak ada bedanya dengan kedua kakaknya, ia tidak dimandikan dan diberikan makan rumput yang cukup. Sang ayah sangat kecewa terhadap anak ketiganya, ia pun mengusir anak ketiganya itu agar pergi dari rumah sejauh-jauhnya. Maka melihat kemarahan sang ayah, anak ketiga itu pergi jauh hingga ia bertemu dengan seorang yang berilmu, yang pandai membaca dan menulis serta memiliki ilmu yang luas. Laki-laki tersebut dengan bijaksana menasehati anak ketiga, bahkan mengajarinya membaca dan menulis. Siapa tahu dengan bantuannya itu, anak ketiga bisa menyadarkan ayahnya yang telah salah jalan dimana sang ayah lebih mau mendengarkan sapi ketimbang anak-anaknya.
Tinggalah sang laki-laki sendirian hanya dengan sapi miliknya. Maka ia sendiri yang harus membawa sapi untuk mencari makan di padang rumput, setelah beberapa waktu lamanya sapi dibiarkan melahap rerumputan yang segar, ia beristirahat sebentar di bawah pohon. Saat bangun dari tidurnya, ia menghampiri si sapi dan bertanya apakah ia sudah kenyang dengan makan rumput yang banyak. Jawaban si sapi sungguh mengejutkan dirinya, bukan kenyang tapi si sapi malahan berkata bahwa laki-laki itu munafik dan sangat buruk seperti anak-anaknya. Sang laki-laki tersebut sangat marah dan baru sadar selama ini ia tertipu dengan sapi yang dianggapnya membawa keberuntungan. Sebaliknya selama ini ia mengabaikan penjelasan dari ketiga anaknya, rasa cintanya terhadap sapi telah membutakan dirinya terhadap kebenaran. Laki-laki itu mengikat si sapi dibiarkannya hingga mati.
Sang laki-laki tersebut kini merana, ia pun mengembara, mencari ketiga anaknya, mengunjungi kampung, berpindah dari satu desa ke desa lain. Di akhir pencariannya itu ia letih dan memutuskan kembali ke rumah. Selang beberapa tahun kemudian di hari yang ramai untuk pergi ke pasar, ia hendak membeli kebutuhan sehari-hari. Belum sampai di pasar, ia jatuh pingsan di jalan, kerumunan orang membantu dirinya. Setelah tersadar dari pingsannya, ia mendapati sang anak tertua yang kebetulan menjual hasil pertanian, ada anak keduanya juga yang menjual perlengkapan bercocok tanam, tidak ketinggalan anak ketiganya yang sedang menemani gurunya pergi ke pasar untuk membeli makanan. Dari situlah ketiga anak bertemu dengan ayah mereka, keluarga akhirnya berkumpul kembali. Sang laki-laki menangis bercampur haru, ia tidak hanya sadarkan diri dari pingsan tapi juga benar-benar sadar bahwa ketiga anaknya tersebut lebih berharga daripada sekedar seekor sapi yang pernah ia miliki. Sang ayah meminta maaf atas apa yang telah diperbuatnya kepada mereka selama ini dan meminta ketiga anaknya untuk pulang bersama-sama. Akhirnya ayah dan ketiga anak laki-lakinya tersebut mengakhiri cerita dengan bahagia.
Butuh Kesadaran Diri Agar Kondisi Lebih Baik
Dari cerita sapi yang membutakan seorang laki-laki dari kebaikan putranya, ada hal yang bisa kita garis bawahi, salah satunya adalah sikap mau instropeksi diri. Mengevaluasi diri menumbuhkan kesadaran apakah selama ini yang diperbuat itu sudah benar atau masih salah jalan. Jangan sampai kesalahan itu dilakukan gara-gara kita bodoh tidak mau belajar, tidak mau mengambil pelajaran dari setiap musibah, ujian, ataupun semua peristiwa yang kita alami. Terkadang kebanyakan dari kita adalah tipe menunggu teguran yang keras dari Tuhan agar benar-benar tersadar jika selama ini telah salah langkah. Teguran keras itu bisa berupa musibah yang berat, misalnya kecelakaan, kehilangan harta, bangkrut usahanya hingga jatuh miskin, mendapat malapetaka yang merenggut orang-orang yang kita sayangi dsb. Hingga jiwa kita tergoncang, butuh pelarian, butuh tempat mengadu, dan ternyata itu semua adalah bentuk teguran dari Tuhan karena kita lalai, jauh dari ajarannya, atau bahkan terlalu banyak maksiat dan dosa yang kita lakukan. Bisa jadi banyak orang yang teraniaya karena kesalahan yang selama ini sudah kita perbuat. Maka setelah sadar akan teguran keras tersebut, sambangi orang-orang yang pernah kita lukai dan minta maaflah pada mereka. Kesalahan dan dosa pada Tuhan akan terhapus dengan taubatan nasuha, namun kesalahan pada orang yang kita aniaya dan kita sakiti hanya akan terhapus bila orang-orang tersebut memaafkannya. Jika tidak dilakukan, maka ada kesempatan tersendiri bagi orang-orang tadi untuk meminta pertanggungjawaban kita di akhirat. Percayakah dengan akhirat? Muslim harusnya percaya sama akhirat. So, kawan semua tindak-tanduk kita sering-seringlah dievaluasi. Kapan mengevaluasinya? Saran terbaik adalah setiap hari menjelang tidur, karena bisa jadi aktivitas seharian sejak pagi hingga malam ada yang bersinggungan dengan orang lain.
Jangan Terbuai Dengan Harta Dunia
Hanya dengan melahirkan anak sapi setiap tahunnya, sang laki-laki sudah cinta buta terhadap sapi. Yaps, terbuai dengan harta benda dunia, termasuk di dalamnya hewan ternak yang dipelihara. Jika itu lebih membanggakan bagi kita, maka kekecewaan akan didapat di kemudian hari. Karena apa? Tentunya karena alasan bahwa harta benda tersebut sesuatu yang tidak kekal, akan benar-benar membawa manfaat jika ada nilai kebaikan dari harta yang dimiliki tadi. Namun sebaliknya jika sekedar dikumpulkan saja, dinikmati sendiri untuk hura-hura, jauh dari jalan Tuhan, atau tidak pernah digunakan untuk membantu orang dan lainnya maka harta melimpah namun secara bobot nilai diakhirat itu nol. Sekali lagi percayakah dengan akhirat? Muslim harusnya mengimaninya. Awalnya mungkin tidak terlalu terbuai dengan harta dunia, namun begitu merasakan kenikmatan dan kemudahan dari harta dimiliki semakin banyak semakin nikmat, maka lupa semua dengan ajaran kebajikan untuk dibelanjakan di jalan Tuhan, membantu fakir miskin, membantu anak-anak yatim piatu, memberi makan orang-orang gelandangan, memberikan lapangan pekerjaan kepada orang-orang Indonesia yang saat ini kebanyakan menganggur tanpa kerja, bahkan bisa jadi tanpa penghasilan, atau punya penghasilan namun masih kekurangan. Ya, rakyat Indonesia yang belum sejahtera di tahun 2017 itu masih cukup banyak, jadi presiden di tahun 2017 sangat bertanggungjawab atas rakyatnya yang kelaparan, bukannya tidak mau menjadi rakyat yang mandiri, tapi sesuai amanat undang-undang berbunyi, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 34 ayat 1 UUD ’45).” Emang fakir miskin itu bisa kelaparan? Emang anak-anak terlantar enggak bisa nyari makan sendiri? Bagi kawan semua yang sudah pernah lulus Sekolah Dasar, pastilah tahu jika orang miskin & anak terlantar bisa kelaparan, peluangnya lebih besar ketimbang kita yang tidak miskin dan juga tidak terlantar. Kalo enggak bisa menjalankan amanat undang-undang, ya presiden diganti aja, orang cina yang bos yang sudah kaya, cukong-cukong cina yang mengeruk bahkan yang termasuk koruptor kelas kakap, harta mereka itu cukup untuk memberikan makan para kaum dhuafa di tanah air ini. Tangkap dan penjarakan mereka, bukan kyai dan ulama serta orang-orang yang lantang berteriak kejujuran dan keadilan menentang rezim pemimpin zalim.
Jangan dipilih lagi ya presiden di tahun 2017, presiden di tahun ini enggak cocok untuk NKRI di tahun 2019-2024. Memberi saran adalah bentuk kritikan positif agar pemimpin yang ada di ibu pertiwi ini benar-benar yang cinta rakyatnya, bukan cinta antek asing, yang sayang sama pribumi bukan cukong penggagas reklamasi. Say goodbye untuk kodok dan kroni-kroninya. Berpikir positif itu adalah merenungkan masa depan NKRI ditangan pemimpin yang lebih bijaksana, adil dan amanah. 
The Precious Cow
There was a man with three sons and a precious cow. The man was very proud of his cow because she gave birth to a healthy calf every year. One day, the man asked his eldest son to take the cow grazing. The son took the cow to the fields where green grass grew and then to the water-hole for a nice long drink.
Later, the man asked the cow, “Cow, did you have enough to eat?”
“Hmm,” the cow replied. “Your wicked son took me the wilderness where no grass grows. Then he tied me up and went to sleep.”
The man was angry with his eldest son and sent him away from home.
The eldest son wandered through green meadows, parched lands and waded across little ponds until he arrived at farmhouse. There he met a kind farmer who taught him how to farm in both dry and wet seasons.
The farmer told the boy, “One day I will have to send you back to your father, so you can teach him how to farm. Then he can depend less on that wicked cow.”
Meanwhile, the boy’s father had called his second son. “Go and graze the cow. She must be well fed and washed.” The second son took the cow to the green fields where she grazed. Then he gave her a bath and tied her to a tree to dry. As he waited for the cow to dry, he dozed off.
The father came by to see how his cow was doing. “Have you eaten?” the man asked the cow.
“Hmm,” the cow replied. “Your wicked son took me to the wilderness where no grass grows. Then he tied me up and went to sleep.”
The man was again very angry. He grabbed a big stick and woke his son up. Then he chased him away.
The second son wandered for days until he came upon the house of a blacksmith. The blacksmith taught him how to make hoes and machetes for farming as well as bows and arrows for hunting. The blcksmith told the boy, “One day, I will have to send you back to your father so you can teach him how to make these tools. The he can depend less on that wicked cow.”
The father had now called his third and favorite son. “Go and graze the cow. Be sure to take good care of her for it will break my heart to send you away like your brothers,” he warned his son.
The son took the cow to the green fields where she grazed and bathed. Then he tied her to a tree to dry. Just then the father arrived.
“Cow,” he asked. “Did you have enough to eat?”
“Hmm,” the cow replied. “Your favorite son is just as wicked as his brothers. He took to the wilderness where no grass grows. Then he tied me up here to die.”
The man was very sad to hear this but he wouldn’t his listen to his son’s please. He sent him away just like his brothers before him.
The third son wandered for many days until he reached the house of a great scholar. Then he learned to read and write.
The father who was now alone took the cow grazing. He took the cow to a pasture where she ate plenty of lush grass and drank plenty of water while the man dozed under a tree. When the man woke up, he asked the cow, “Are you full?!”
The cow laughed. “You’re hypocrite like your sons. You took me into the wilderness. You gave me no food and no water. Then you ask me if I’m full?!”
The man couldn’t believe what he heard. “Ahh, you’ve lying to me all along,” he wailed. “I sent my sons away because of your lies.” He beat the cow with a stick then he tied her up to a tree and left to die.
The man wandered from village to village looking for his sons, but with no luck. After many years, he returned home a sad and tired oldman.
One market day, he decided  to go to the market to buy himself some food. When he got to the edge of the market, he was tired and slumped and fainted. People ran to help him. The noise attracted everyone. Everyone, including the eldest son who had come to sell some of his farm products, the second son who had cpme to sell the tools he made and the third son who had accompanied his teacher to the market to buy some food. The boy noticed that the person who had fainted was their father and at the same time, they found one another. They were overjoyed.
When the old man was revived, he wept with joy at seeing his sons once again. He asked for their forgiveness and pleaded with them to come back home. “My eyes were opened long ago. You are more precious to me than a cow.”
Related Posts:

Wednesday, October 18, 2017

Naskah yang Butuh Kisi Kisi, Kunci Yang Terlupakan
















Betapa pusingnya seorang siswa sebuah sekolah jika menjelang ulangan maupun penilaian akhir semester ia tidak memiliki catatan dari mapel yang akan diujikan. Ditambah itu, ia sendiri jarang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, terkadang sakit, ijin bahkan membolos. Ketika ia mendapatkan kisi-kisi ulangan sebuah mapel pun hanya bingung, kecuali ia pinjam catatan teman. Penjelasan guru masih memiliki peranan penting selain buku catatan dan buku paket atau buku penunjang lainnya. Beginilah contoh kisi-kisi bahasa inggris yang bisa jadi tidak dapat dipahami oleh beberapa murid tertentu karena faktor tidak memiliki catatan. Kalopun lengkap catatan dan rajin di kelas, belum tentu ia mampu memahaminya. Terlebih mapel bahasa inggris ini, meskipun kisi-kisi sudah tertulis gamblang dan jelas namun tetap saja bagi sebagian besar siswa menjadi pelajaran yang cukup sulit karena bentuk soalnya dalam bahasa inggris semua, sedangkan kisi-kisinya dalam bahasa indonesia.
Sehingga solusinya adalah berlatih langsung dengan soal yang nyata (konkret). Karena pemahaman materi bahasa inggris cenderung pada kosakata (arti), semakin banyak berlatih soal maka kemungkinan besar akan berdampak positif dalam mengerjakan ulangan/ penilaian akhir semester nantinya. Berikut contoh soal bahasa inggris bisa digunakan untuk memperkaya diri dengan suplemen tambahan soal-soal latihan:



Dalam berlatih bisa berkelompok dengan teman satu kelas, lebih bagus lagi memiliki tutor atau pendamping sehingga ada pengarahan dan panduan yang pas.

































Tidak ada jalan pintas (shortcut) menuju kesuksesan, karena tanpa pengorbanan, usaha, perjuangan maka kesuksesan belajar tidak mampu optimal tercapai.

































Rugi, jika hanya mengandalkan teman ketika proses ulangan berlangsung. Apalagi dengan perbuatan-perbuatan  curang alias sikap pengecut semisal membawa contekan, kamus (teks/online), dsb. Alasan utamanya adalah perbuatan mencontek itu bukan sikap ksatria & jauh dari mencerminkan seorang pemenang sejati.

































Bagaimana jika ada seorang teman menawari bantuan bahkan memberikan contekan kepada kita, respon yang bijak adalah tolak dengan sopan & bilang ke teman kita jika ia sayang & benar-benar ingin membantu masa depan kita yang cerah maka jangan menularkan virus kejahatan dan bakteri kecurangan dengan menyebar ranjau contekan dimana-mana. Jika memang berniat menolong, maka bukan pada saat ujian berlangsung melainkan sebelum hari-H yaitu dengan diskusi, belajar bersama, dan sharing terkait kesulitan belajar ataupun materi-materi yang sulit dipahami.

































Solusi Bagi Slow-Learners
Bukannya menghina ataupun mendeskreditkan beberapa diantara kita yang mengalami kesulitan/ lambat dalam belajar, namun hal ini sebagai renungan serta bahan evaluasi diri. Kira-kira kita itu termasuk dalam kategori murid otak encer, tanpa belajar juga masih cerdas, atau kategori kedua yaitu murid yang sedang-sedang saja (pintar juga tidak, tapi juga tidak bodoh-bodoh amat). Atau termasuk kategori lambat belajar. Masing-masing perlu penyikapan yang berbeda. Jika kategori murid cerdas, maka yang diperbaiki adalah sikap dan sopan santun (etika) pada guru dan terhadap teman, karena biasanya anak pandai terkadang muncul arogansinya alias kesombongannya membabi-buta hingga menghina & mencaci maki teman yang dianggapnya bodoh. Penyikapan kategori kedua bagi murid yang sedang-sedang saja, ini mayoritas dari kita, nah penyikapannya adalah pada jam terbang belajar, perbanyak latihan dan disiplin dalam mengatur waktu untuk belajar harian. Insyaallah, output yang dihasilkan bisa bersaing dengan murid yang berotak encer tadi.
Jika tergolong kategori slow learners, maka carilah guru khusus, atau teman khusus yang benar-benar peduli terhadap kelemahan & kekurangan kita serta ada kemauan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Sikap yang harus dimiliki adalah pantang menyerah, sabar, tahan goncangan, bermental baja, dan berkomitmen keras. Jangan lupa ibadahnya yang tekun, minta sama Tuhan agar dimudahkan dalam menuntut ilmu.

































Banyak Jalan Menuju Kesuksesan
Apakah jika sudah belajar dengan sungguh-sungguh & berdoa akan dijamin sukses? Jaminan mungkin tidak 100%, hanya saja kalo kita bagus dalam persiapan, paling tidak sudah mengantongi 50% kemenangan. Sedangkan sisanya kita hadapi di saat ujian itu berlangsung. Tingkat keseringan (frekuensi) dalam menghadapi jenis soal yang berbobot akan membentuk mental tanding, sehingga sudah terbiasa berpikir, terbiasa memecahkan soal-soal rumit. Pembiasaan ini berdampak pada ketidakterkejutan sewaktu-waktu mendapatkan soal yang berkategori sulit. Apalagi soal yang dihadapi levelnya dibawah yang sudah biasa kita latih untuk belajar, pastilah lebih mudah serta menguntungkan untuk diri pribadi kita.

































Dekat dengan guru juga memiliki keuntungan tersendiri. Perbuatan sopan santun dan beretika baik pada guru mampu menimbulkan hubungan harmonis, sisi kemanusiaan seorang guru pun muncul, perasaan sayang, iba, peduli terhadap murid yang memiliki unggah-ungguh, karena jika seseorang ingin merasa dihormati maka belajarlah menghomati orang lain & bersikaplah santun karena hal tersebut juga mencerminkan karakter seorang yang bertanggungjawab terhadap masa depannya.

































Belajar atau menuntut ilmu adalah sebuah proses dan perjalanan yang panjang, bahkan selepas lulus atau tamat dari jenjang bangku sekolah ataupun perguruan tinggi itu masih ada fase-fase pembelajaran yang sejati yaitu pengamalan dari ilmu yang sudah kita kuasai. Dengan mempraktekkan apa yang kita pahami, diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan menuju sebuah peradaban manusia yang tinggi yang memiliki nilai-nilai luhur.

































Download naskah soal tersebut beserta kunci jawabannya dalam bentuk pdf [unduh] serta kisi-kisinya dalam bentuk pdf yang dapat dikonversi ke ms word dengan word2pdf online [unduh]
Related Posts: