Wednesday, February 28, 2018

Ekskul, Penindasan Berujung Pada Pemberontakan

Film Ekskul tahun 2006 yang diangkat dari kisah nyata tentang kehidupan seorang pelajar yang berakhir dengan bunuh diri. Tokoh Joshua yang digambarkan sebagai remaja dari keluarga yang ayah ibunya super sibuk, si ayah yang bersikap keras dan ditambah lagi ia dibully oleh geng (yang tidak lain temannya sendiri) di sekolahnya. Namun proses pembully-an yang disasarkannya tiap hari padanya ini justru semakin hari semakin membuat Joshua bertambah dendam pada geng tersebut hingga puncaknya ia melakukan  penyekapan terhadap 3 orang cowok yang tidak lain adalah geng yang suka menganiaya dirinya dan ditambah 3 orang cewek. Kejadian tersebut menjadi adegan utama dengan alur flashback maju-mundur-maju, menceritakan penyebab dari tindakan penyekapan tersebut. Dengan keberadaan Joshua yang kebetulan awalnya adalah siswa yang pintar dan bagus di bidang olahraga, kemudian didorong rasa iri, ia dijebak temannya yaitu diadu domba dengan anggota timnya. Ia dituduh melakukan tindakan jahil alias usil karena menaruh bangkai kucing di loker teman setimnya tersebut. Itulah penyebab 3 orang temannya membalas dendam dengan membully Joshua setiap hari. Sejak saat itulah Joshua dibikin malu, dianiaya, dan direndahkan sampai kekerasan fisik di depan murid-murid yang lain. Ini sangat membekas terhadap kejiwaan Joshua, ia tidak merasa nyaman lagi berada di lingkungan sekolah, sedangkan ketika ia pulang ke rumahpun mengalami perlakuan yang sama. Ia sering kena marah oleh ayah, ditambah ibunya yang judes dan kurang pengertian pada Joshua. Sikap ayahnya yang suka melakukan kekerasan fisik berdampak pada mental Joshua, ia menjadi pemurung, pendiam, suka menyendiri dan menutup diri terhadap orang luar.
Proses kejiwaan remajanya di sisi lain juga bergejolak, dari kejadian ia di pelonco habis-habisan di toilet hingga digantung di gerbang sekolah depan banyak siswa sambil diteriaki, disoraki, dan dilecehkan baik fisik maupun mental membuatnya depresi. Puncaknya ia memutuskan untuk bunuh diri dengan membeli sebuah pistol plus sebutir peluru dari seorang kriminal. Sebelum ia berencana bunuh diri, ia melampiaskan kekesalannya kepada teman yang selama ini menindasnya, membully, merendahkan, melecehkan dirinya. Cara yaitu ia membuat panggilan palsu mengatasnamakan guru BK yang ditujukan terhadap target (para korban). Rencana itu sukses dan akhirnya terjadilah penyekapan. Ia melakukan penyekapan atau penyanderaan itu sebetulnya bertjuan ingin memberi pelajaran pada temannya agar jera. Sekaligus memberitahu kepada publik bahwa selama ini terjadi pembully-an di sekolah itu. Ia ingin teman-temannya tadi juga merasakan gimana rasanya ditindas, diperlakukan kasar, disiksa dan dilecehkan. Yap, perilaku Joshua yang aneh ini pun sebagai imbas perlakuan orang lain yang kasar terhadap dirinya. Kejadian penyanderaan itu menjadi liputan media televisi, aparat polisi diterjunkan untuk menangani kejadian ini. Meskipun akhirnya polisi juga menemukan jalan buntu, yang pada endingnya justru Joshua mengarahkan sebutir peluru tersebut ke kepalanya sendiri.
Keluarga Yang Menjadi Benteng Akhir
Film yang diangkat dari kejadian nyata tersebut menggambarkan dampak buruk terhadap mental seorang korban karena diperlakukan semena-mena. Ketidakadilan itu biang masalahnya. Sejatinya masalah tidak akan kronis jika keluarga yang menjadi tempat berlabuh memiliki nuansa nyaman dan menyejukkan hati. Sepulang beraktivitas entah dari sekolah maupun bekerja jika itu orang dewasa, maka jika di rumah suasananya kacau dan cekcok, hawa penuh emosi dan panas, konflik antar anggota keluarga, ayah dengan anak, atau suami dengan istri, dsb maka semakin menambah seseorang merasa terpuruk sehingga mencari pelarian solusi yang terkadang salah arah, kalopun tidak mencari dunia luar maka berdampak pada masalah kejiwaan orang tersebut biasanya tiba-tiba menjadi pendiam, penyendiri, pendendam, merasa paling terhina sendiri dan masalah-masalah mental hingga depresi. Lebih-lebih jika dialami oleh seorang pelajar tingkat SMA yang notabene sedang mengalami masa pubertas, masa remaja sebagai momen pencarian jati diri, gejolak emosi yang belum stabil, butuh pengakuan diri, butuh penghargaan dan cenderung bergaul dengan orang yang bisa menerima keadaannya. Terkadang mencari teman yang senasib yang akhirnya membentuk sebuah geng, jika tidak bisa diarahkan lagi memunculkan perilaku menyimpang menimbulkan keresahan di masyarakat.
Maka menjadi penting manakala rumah atau keluarga tersebut juga ikut membantu mengarahkan sekaligus mendidik putra-putrinya ketika berada di lingkungan keluarga, tidak mengandalkan sekolah ansich. Begitu pentingnya keluarga sehingga jika seorang anak yang tinggal atau berasal dari keluarga yang broken home maka membawa dampak negatif personal terhadap remaja. Ini terus berdampak pada pergaulannya, prestasinya terkadang menurun, hingga pelarian pada drugs dan narkotik bahkan kekerasan seperti berkumpul dengan anak sejenis, senasib, membentuk geng.
Perlunya Mentoring Remaja
Pentingnya mentoring yang diadakan di sekolah-sekolah sejatinya membentuk karakter remaja yang senantiasa dibimbing, diarahkan dan disadarkan tentang jati dirinya sebagai manusia yang memiliki keunggulan dan keistimewaan dibanding makhluk lain. Dengan pendekatan spiritual remaja diarahkan pada penanaman kepribadian dan integritas yang baik,  dihadapkan pada masa depan dan cita-cita luhur sebagai generasi penerus yang memiliki kepribadian tangguh, disiplin, memiliki etos tinggi, daya dobrak dan kreativitas yang memang dibutuhkan untuk membawa bangsa ini maju. Pembinaan secara berkesinambungan sangat dibutuhkan karena secara psikologis remaja juga masih labil. Diskusi ilmiah, aktivitas ekskul di sekolah yang positif agar dioptimalkan untuk mengembangkan talenta para remaja agar tidak terjebak dan terjerumus pada perilaku menyimpang.
Catatan kecil dari film ekskul ini memberi kesimpulan bahwa seseorang yang tertindas berdampak pada sikap mereka yang lambat laun memunculkan dendam yang sewaktu-waktu akan digunakannya untuk membangkang, memberontak, melawan atau jika depresi tingkat tinggi/putus asa itu berujuang pada bunuh diri, sebuah perbuatan yang sangat dicela dalam agama.
Rakyat Yang Tertindas, Bom Waktu Yang Siap Menggulingkan Penguasa Tirani
Di tahun politik ini rakyat mulai belajar dari pengalaman, melihat kinerja pemimpin, kinerja bukan berarti hanya kerja namun juga kualitas dari hal yang dikerjakan oleh pemimpin tersebut. Daripada terbuai dengan pencitraan maka fakta di negeri ini sudah menjadi bukti sejak 2014 hingga bulan februari 2018, seperti apa kinerja pemerintah. Gampang saja dalam demokrasi, rakyat tahu yang mana yang perlu dipertahankan yang mana yang harus ditenggelamkan. Tidak selamanya aib, penipuan, bangkai, bisul, borok itu disembunyikan. Yang benar akan terlihat meski itu ditutup-tutupi, yang jelek akhirnya terbuka juga meski semua media nasional memolesnya agar terkesan hebat. Kejayaan rezim itu ada kuotanya, ada waktunya, dan pastilah sesuatu yang buruk akhirnya hancur, kenapa juga harus dipertahankan, ganti saja dengan yang lain, toh di negara ini masih banyak orang-orang baik yang hebat dan peduli terhadap rakyat, yang bercita-cita luhur menjadikan bangsa ini sejahtera dan bermartabat. Bagaimana rakyatnya memiliki martabat jika terbelit dengan ekonomi yang kacau, utang negara saja tembus 4000 triliun gimana negeri ini mau maju. Selama ini mana kemajuan yang pernah dijanjikan pemimpin yang sekarang berkuasa, kondisi ekonomi rakyat saat ini sungguh terpuruk (fakta bukan penggiringan opini). Enggak mampu memimpin? Pensiun saja jadi pemimpin. Harapan baru untuk presiden baru di tahun 2019. Rakyat golongan tertindas adalah bahan bakar utama yang mudah digerakkan untuk menggulingkan penguasa yang gak becus ngurus ekonomi negara, meskipun disana ada menteri yang hebat namun jika nahkodanya incapabale maka bangsa ini akan tetap jalan di tempat. Gelorakan Gerakan Perubahan!

Related Posts:

Tuesday, February 27, 2018

Hortatory Exposition: Pendidikan Untuk Para Umahat

Tak biasanya seorang ayah seharian momong anaknya, mungkin yang lazim adalah si anak bersama ibu. Apalagi anak di bawah usia 5 tahun seringnya nyaman bersama ibu dan si ibu juga sebaliknya. Nah ketika anak bersama ayahnya, lha ibunya ngapain? Bisa jadi sedang sibuk, ada kegiatan penting dan agenda lainnya yang tidak memungkinkan untuk mengajak anak. Di jaman now sudah wajar jika dalam sebuah keluarga suami dan istri sama-sama kerja. Hal yang cukup aneh malahan ketika suami istri di rumah aja enggak pergi kerja alias sama-sama menganggur.
Adanya kesetaraan hak dalam bekerja, mengasuh anak, hingga menempuh pendidikan diantara pria dan wanita sudah berlangsung cukup lama. Sebelum kemerdekaan, bahkan ketika jaman perjuangan RA Kartini, disana ada gap atau kesenjangan, perbedaan hak antara pria dan wanita. Pemikiran yang notabene beranggapan bahwa wanita tidak penting untuk mengenyam pendidikan tinggi saat ini sudah tidak ada. Justru hambatannya adalah muncul dari dalam personal artinya masing-masing individu itu sendiri tidak melihat jenis kelamin apakah itu pria atau wanita. Secara umum memang wanita lebih telaten dan ulet sehingga beberapa fenomena menunjukkan tingkat kedisplinan misalnya di sebuah sekolah menunjukkan bahwa pelajar putri lebih unggul dibanding pelajar putra bahkan dalam prestasipun mereka diatas rata-rata, rajin dan tingkat kepatuhannya pada guru lebih tinggi sehingga mungkin saja mempengaruhi prestasinya dalam akademik. Di sisi lain secara populasi jumlah perempuan sekarang ini cenderung lebih banyak dibandingkan pria. Maka sekilas kaum hawa ini mendominasi dalam beberapa aspek.
Kesetaraan itu memang membawa dampak positif bagi kemajuan peran dan posisi wanita dalam partisipasinya untuk memajukan masyarakat baik mulai dari keluarga, tingkat desa, kota, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga skala nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Marilah kita sejenak melihat kontestan pilkada di jawa tengah, disana terdapat 2 pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Calon nomor 1 merupakan petahana dan mereka bapak-bapak semua, kemudian nomor urut 2 yaitu pak dirman sebagai calon gubernurnya dan bu ida sebagai calon wakil gubernurnya. Peluang ataupun kesempatan terhadap kaum wanita dalam bidang politik dan pemerintahan adalah sama dengan pria. Tinggal apakah para ibu-ibu di jawa tengah nantinya di bulan juni ketika pemilihan gubernur dan wakil gubernur, mereka akan memilih perwakilan dari perempuan, kita lihat saja. Adanya peluang penyerapan aspirasi akan hak-hak dan kepentingan kaum wanita yang katanya masih ada ketimpangan harusnya disikapi dengan memilih calon yang mengusung perwakilan ibu-ibu sehingga paling tidak nantinya lebih paham ketika ada persoalan maupun permasalahan terkait dengan hak wanita. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan terhadap kaum wanita dan meskipun beberapa kasus diantaranya memang karena si wanitanya tidak bisa menjaga dirinya sendiri alias cukup bodoh memperlakukan dirinya sebagai wanita yang mau ditindas oleh pihak tertentu.
Terkait dengan peranan dan peluang aspirasi yang seimbang antara kepentingan segenap rakyat, maka sebagai warga negara yang bijak dalam menyikapi event pilkada di tahun politik ini adalah harus melek politik dan tidak boleh apatis, belajarlah menjadi pemilih cerdas dan punya integritas. Alasan ataupun pertimbangan yang dijadikan dasar adalah bukan ketampanan maupun kekayaan dari si calon, melainkan integritas, track record, visi misi yang diusung hingga partai politik pendukung pasangan calon. Apakah partai yang mndukung itu dikenal sebagai sarang korupsi, sarang komunis, bahkan penindas rakyat kecil atau bukan. So, cerdaslah dalam memilih terutama wahai para kaum hawa dimana sekarang jamannya kesetaraan sehingga bagi ibu-ibu aspirasi tersebut disalurkan kepada perwakilan pengusung kepentingan para ibu-ibu di jawa tengah, ya tentunya memilih pasangan yang terdapat calon dari kaum wanita. Itulah pemilih yang tepat menyalurkan aspirasinya agar tidak menyesal selama 5 tahun.
Berikut teks hortatory tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi para wanita:
Higher Education for Woman
In this modern era, there are still some parents who are reluctant about sending their daughter to college. Such narrow attitude shown to woman higher education is largerly due to the traditional role of woman in society. A woman is expected just to be a wife and a mother most parents believe that if their daughter gets married and chooses to be a housewife, then the higher education will be a waste. However an educated woman does not only make a better wife but also contribute better thing to the large society.
Nowadays more women are successfully combining their career and marriage. Educated woman are richer both emotinally and financially. They are able to find an outlet for monotonous drugdery their housekeeping. They bring more satisfaction and contentment to their lives.
Depriving girl of higher education is crash discrimination. Time has changed. Modern society  need the talents of its people regardless of gender. Today women work alongside men. In fact, in the last few decades women have made outstanding contributions to society.
Woman should be given the freedom to be educated whether they get married or go to work after finishing their education because it is only through education that a woman will find herself useful and discover what she wants in life. Woman who work is not  an insult to her husband. Conversely, her husband should feel proud of her achievement since marriage is actually an equal partnership. Therefore, parents should not think that girls should receive less education just because they will got marriage one day.

Related Posts:

Sunday, February 25, 2018

Film Coco, Keluarga Sebagai Prioritas

Keluarga menjadi nomor satu dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Lebih  memilih karir, bisnis, hobi bahkan mungkin politik namun jika sudah berbenturan dengan masalah keluarga maka family is number one. Hal itu terdapat dalam pesan film animasi garapan disney dan Pixar berjudul Coco. Nama coco sendiri sebetulnya bukan pemain utama, ia dikarakterkan sebagai seorang nenek yang masa kecilnya di tinggal pergi oleh ayahnya. Tinggal hanya bersama ibu. Alur cerita ini dibawakan oleh tokoh Miguel, seorang bocah laki-laki, cucu dari coco yang hobi dengan musik. Ia mengidolakan pemusik Ernesto dela Cruz, ia becita-cita bermain gitar dan menjadi pemusik hebat seperti tokoh idolanya itu. Keluarganya melarang Miguel untuk bermain musik karena hal tersebut tabu/ di larang dalam keluarga besar mereka. Miguel akhirnya melakukan konfrontasi, tetap pada pendiriannya menjadi musisi hebat. Suatu ketika di desanya akan diselenggarakan perayaan musik sekaligus kontes musik untuk menyaring bakat musisi muda untuk adu ketrampilan menyanyi dan bermain musik. Syarat dalam lomba tersebut adalah peserta membawa alat musik sendiri. Miguel hampir-hampir putus harapan dikarenakan gitar satu-satunya yang dimiliki telah dihancurkan oleh neneknya. Plot selanjutnya dialihkan pada perayaan hari kematian dalam tradisi Mexico dimana orang-orang membawa bunga ke tempat pemakaman serta menghidangkan menu makanan favorit kakek nenek buyut mereka yang sudah meninggal. Sedangkan mereka harus memasang foto leluhur mereka agar para arwah mampu menyeberangi jembatan dunia nyata dan alam arwah, para leluhur akan berhasil jika keluarganya yang hidup di dunia memasang foto seabgai tanda bahwa mereka yang mati masih dikenang dengan baik oleh keluarganya.
Nah, tokoh Miguel ini sangat berjasa dalam mengembalikan foto leluhur keluarga yang hilang. Kakek buyutnya itu tidak lain adalah bernama Hector, sahabat Ernesto dela Cruz, tokoh idolanya tersebut. Silsilah keluarga yang sebetulnya berdarah seniman sebagai pemusik, tetapi karena insiden Hector yang dibunuh dan lagu karangannya dibajak oleh Ernesto dela Cruz. Alur cerita ini disajikan secara bagus bahkan menurut penilaian imdb mendapat skor 8.6, kategori sangat bagus untuk film animasi bergenre petualangan dan komedi. Serta kesuksesan film ini salah satunya yaitu mengangkat latarbelakang tradisi/ budaya masyarakat Mexico yang menjunjung tinggi ikatan keluarga melebihi kepentingan lainnya. Sisi fantasy dunia arwah dan petualangan Miguel dalam menemukan kakek buyutnya di dunia arwah tersebut memberikan khayalan bagi penonton tentang alur perjalanan manusia mulai dari hidup dan setelah mereka mati berdasarkan kepercayaan adat masyarakat Mexico.
Pengembangan Bakat Anak
Bakat anak entah di bidang seni tarik suara, bermain lat musik, menari, olahraga, dll harus tetap diarahkan oleh orang tua agar bakat yang dimiliki anak benar-benar bisa dioptimalkan dan diarahkan pada hal-hal yang memberi manfaat serta kebaikan nantinya di masyarakat.
Bagi orangtua disarankan untuk mengarahkan akan pentingnya nilai/ ajaran berbakti kepada orangtua (birul walidain), agar anak-anak dalam menumbuhkan serta mengembangkan bakatnya tidak menentang apalagi konfrontasi frontal terhadap orangtua atau bahkan durhaka padanya. Pendampingan dalam menonton film kartun ini perlu dilakukan juga dalam mengarahkan tentang kehidupan setelah proses kematian, ajaran yang benar berdasarkan agama Islam sehingga anak-anak akidahnya terjaga alias tidak tercuci otaknya oleh tontonan yang didalamnya terdapat sisipan-sisipan materi perusak akidah. Karena anak usia belia yang gemar menonton kartun, terkadang secara tidak langsung apa yang dilihat secara visual mempengaruhi pemikiran dan imajinasi mereka.
Keluarga Yang Benar Dalam Mendidik Anak
Anak adalah aset yang sangat mahal, bahkan mereka merupakan pewaris peradaban nilai-nilai luhur serta pembawa estafet dakwah Islam. Pendidikan, pengajaran, pendampingan serta pengarahan yang baik dengan cara yang baik pula akan mudah diterima oleh anak. Sebaliknya jika pola bahkan metode yang diterapkan mengandung unsur kekerasan hingga dampak mental/ kejiwaan, misalnya sering dibentak-bentak, bicara selalu nada tinggi, sering dimarahi, dsb maka hal tersebut akan membekas sebagai goresan luka yang akan selalu mereka ingat hingga dewasa. So, penting sekali sebelum mendidikan anak-anak sebetulnya pendidikan dan pemahaman orangtua adalah sangat penting. Bersama-sama membangun generasi cerdas dan juga sholeh merupakan tugas para orangtua, meskipun sudah dititipkan di sekolah-sekolah ataupun madrasah-madrasah  atau kepada guru, tetap saja orangtua harus tahu posisi strategis mereka dalam mendorong tumbuh kembang anak yang sejalan dengan nilai-nilai Islami. Lihatlah sekarang gempuran informasi, teknologi, serta tontonan yang mudah diakses dengan dukungan koneksi internet, bahkan konten game tidak luput dari unsur kekerasan dan pornografi. Hal tersebut sebetulnya menjadi perhatian serius bagi orangtua. Sangat beruntung jika para orangtua sudah mengenal tarbiyah maka akan lebih mudah untuk menanamkan pola pikir yang benar kepada anaknya kelak ketika mereka sudah dewasa, tentunya dengan pendampingan & pengajaran sejak usia dini.
unduh Film Coco
Untuk menambah referensi film yang bagus bagi anak, film coco ini layak ditonton dengan unduh filenya pada link berkut:

Related Posts:

Tuesday, February 20, 2018

Listening Detik 2018

Belajar Bahasa Inggris sesi listening (mendengarkan) butuh keuletan dan keistiqomahan. Cara baca (pronunciation) yang berbeda dengan tulisannya menjadikan sebagian besar siswa di Indonesia mengalami kesulitan beradaptasi. Latihan secara rutin merupakan salah bentuk solusi selain pendampingan dari guru maupun tutor yang handal dan profesional. Karena pengucapan kata bahkan kalimat yang sangat berbeda dengan bahasa ibu (mother language: bahasa Indonesia) maka soal listening di ujian nasional terkadang menjadi momok tersendiri meskipun jumlahnya hanya 15 butir soal. Baik teknis ujian berupa UNBK maupun bukan, soal listening khususnya di ujian nasional perlu penyikapan yang cerdik. Sobat semua yang ingin berlatih listening dengan media buku detik terbitan intan pariwara edisi tahun 2018 ini bisa melengkapinya dengan mengunduh file listening bentuk mp3 tiap paket soalnya. Belajar mandiri yang tidak terpaku di dalam ruang kelas maupun lab. komputer, yakni bisa dimana saja sehingga bisa diputar berulang-ulang pada soal yang dianggap sulit, sekaligus kurang jelas didengarkan. Maka akan menjadi keistimewaan tersendiri jika sobat memiliki file listening. So, unduh audio listening mp3 dalam bentuk folder rar dengan klik link berikut ini:

Tuesday, February 13, 2018

Tiger Zinda Hai, Macan Turun Gunung

Aksi Salman Khan sebagai agen rahasia bernama Tiger sungguh memukau. Seorang agen intelijen pemerintah India yang lama tidak dilibatkan tiba-tiba dipanggil untuk menjalankan misi yang berat sekaligus mulia. Bersama Katrina Kaif sebagai istrinya dalam film "Tiger Zinda Hai" ini bahu membahu bekerjasama menggolkan misi yang diemban. Misinya adalah membebaskan sekitar 40 sandera perawat sebuah rumah sakit di negara Iraq. Hal ini membuat Tiger, nama tokoh yang diperankan Salman Khan, meninggalkan kenyamanan pribadi yang selama ini ia rajut kembali setelah bertahun-tahun menunaikan tugas sebagai agen. Pada awalnya ia menolak tugas tersebut, namun oleh bujukan istrinya yang juga agen maka demi berkontribusi terhadap negara ia rela meninggalkan keluarga untuk turun gunung menjalankan misi. Di lapangan ia juga bekerjasama dengan agen India lainnya dan ternyata juga berkolaborasi dengan agen rahasia negara Pakistan yang notabene selama ini dua negara tersebut saling memata-matai. Memang konflik dan ego pribadi muncul baik dari agen india maupun pakistan, yang menyatukan mereka adalah tujuan yang sama yakni membebaskan sandera. Ke 40 orang perawat tadi beberapa diantaranya berkewarganegaraan Pakistan itulah mengapa 2 agen rahasia yang berbeda terjun berkolaborasi bersama.
Ada hal menarik dalam film ini kaitannya dengan meninggalkan kenyamanan hidup sebagai orang biasa pada umumnya yang tentram, damai, tanpa ancaman, sedikit resiko dibunuh bahkan menguras fisik dan kejiwaan. Tidak banyak orang yang mau untuk meninggalkan zona nyaman ketika ada sebuah panggilan untuk berjuang, berdakwah di masyarakat, berorganisasi, memberikan kontribusi. Kalopun mau melaksanakan pastilah karena imbalan uang yang besar, jarang yang tergerak karena panggilan dari hati ataupun panggilan sosial kemanusiaan. Pekerjaan seperti ini terkadang juga dialami oleh tentara, polisi, relawan, wartawan serta pekerja yang ranahnya pada pelayanan publik dimana sewaktu-waktu mendapat panggilan mendadak. Sebut saja adalah tim SAR, petugas PMI, relawan kemanusiaan PBB dsb.
Kualitas Pribadi Yang Unggul, Sangat dibutuhkan oleh Negara
Pada intinya adalah orang yang memiliki ketrampilan/ skill diatas rata-rata pastilah sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pribadi yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi sangat dibutuhkan oleh negara, lebih-lebih orang cerdas yang memiliki akhlak baik sungguh bangsa ini sangat membutuhkan kontribusi dari orang-orang seperti mereka. Tidak peduli dengan resiko yang akan ditanggung, seorang patriot harus siap gugur demi ibu pertiwi. Untuk menjadi pribadi yang unggul diperlukan latihan dan penempaan yang matang. Tahap seleksi dilakukan dengan ketat, bahkan secara jumlah/kuantitas semakin di seleksi semakin sedikit jumlahnya. Namun yang hanya beberapa gellintir saja itu, ia mewakili kualitas dari 100 orang bahkan lebih. Banggalah jika sobat memiliki karakter yang mampu bertahan dari tempaan ujian-ujian yang datang karena bertahannya kita menjadi pembeda bahwa kita layak menjadi orang hebat.
Sama halnya dengan agen rahasia suatu negara semakin tinggi level agen maka jumlahnya semakin sedikit, maka di beberapa organisasi pun sama.  Ketua bagian, mandor, pengawas, manajer, direktur, mereka itu jumlahnya sedikit dibandingkan karyawan yang ada. Semakin levelnya tinggi maka beban yang ditanggung juga berat apalagi resikonya jelas sangat tinggi. Sungguh aneh jika ada "presiden" takut kritik bahkan baper ketika mendapat kritikan. Jika tidak mau dikritik jangan jadi atasan, cukup menjadi orang biasa aja. Dikritik itu resiko jadi pemimpin, semakin tinggi pohon maka tiupan anginnya semakin kencang. tinggal bagaimana seorang pemimpin tersebut mensikapinya, secara bijak atau sebaliknya menyerang pengkritik tanpa menyelesaikan esensi dari masalah yang ada.
Unduh film Tiger Zindai Hai dengan klik link berikut:

Saturday, February 10, 2018

Balada di Sebuah Peternakan, Awan Tebal Diatas Negeri


Alkisah di sebuah peternakan milik seorang petani kaya raya, tersebutlah seekor tikus yang tinggal di tengah-tengah hiruk pikuk hewan ternak milik pak tani. Suatu hari si tikus melihat pak tani dan istrinya pulang dari pasar membeli sebuah jebakan tikus. Hal ini membuat si tikus khawatir akan keselamatannya, sehingga ia pergi ke teman-temannya untuk mengingatkan adanya bahaya tersebut. Mulailah dengan bertemu si jago, si tikus menceritakan kronologi permasalahannya pada si jago. Dengan iba ia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa atas masalah yang dihadapi oleh si tikus, ia jujur mengatakan bahwa masalah yang dimiliki tikus tidak membawa dampak terhadapnya maka hanya belas kasihan saja yang dapat lakukan padanya. Si tikus kemudian pergi ke tempat sahabat yang kedua yaitu kambing, ia pun sama bahwasanya ikut bersimpati akan musibah dan masalah yang dialami oleh si tikus. Namun ia tidak bisa membantu apapun hanya berdoa akan keselamatan si tikus meski sedikit acuh karena memang itu masalah internal si tikus. Akhirnya dengan lesu, si tikus tetap mencoba bantuan pada sahabat yang ketiga yaitu sapi, yang terakhir ini justru jauh dari harapan. Sikap acuh yang ditunjukkan sapi membuatnya tak berdaya, sapi berkata bahwa ia menyesal tidak bisa membantu dengan permasalahan yang dialami tikus, lebih-lebih tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, jebakan tikus hanya berbahaya bagi tikus bukan ancaman untuk hidup si sapi.
Semakin gontai langkah si tikus, ia pulang ke sarangnya yang masih di lingkungan rumah sekaligus peternakan milik pak tani yang kaya tersebut. Kejadian mengejutkan terjadi pada malam harinya. Suara deritan yang memecah kesunyian peternakan di malam hari membuat pak tani dan istrinya terbangun. Suara tersebut bersumber dari jebakan tikus. Bergegaslah istri pak tani untuk melihat perangkap tikus. Karena kondisi yang gelap, istri pak tani tersebut tidak bisa melihat bahwa seekor ularlah yang terkena perangkap tikus tersebut. Ular itu masih hidup hanya sebagian ekornya saja yang terjepit perangkap tikus, ular yang berbisa tersebut mematuk kaki istri pak tani. Karena gigitan yang beracun tersebut maka pak tani langsung membawa istrinya ke rumahsakit terdekat. Setelah dirawat dari rumahsakit, istrinya masih demam bahkan semakin memburuk. Untuk menambah asupan gizi hidangan, maka dibuatkanlah sup ayam untuk istrinya. Ayam jago miliknya disembelih. Tetangga berdatangan untuk menjenguk dan menghibur istrinya. Pak tani menyembelih beberapa kambing miliknya untuk disajikan kepada para tetangganya yang terus berdatangan untuk menemani sekaligus memotivasi. Hari berikutnya takdir berkata lain, istrinya dipanggil oleh yang kuasa. Untuk prosesi pemakamannya ia melibatkan orang-orang di kampung tersebut. Maka pak tani menyembelih sapi miliknya, sekali lagi untuk hidangan para pelayat dan orang-orang yang datang untuk berbelasungkawa. Setelah selesai pemakaman, pak tani barus sadar jika semua hewan ternaknya sudah habis ia sembelih sejak kejadian perangkap tikus yang memakan korban seekor ular berbisa yang akhirnya justru istrinya yang akhirnya meninggal. Hanya si tikuslah, satu-satunya hewan yang selamat di lingkungan peternakan milik pak tani. Sejak awal ia sudah khawatir, rasa khawatirnya menumbuhkan kewaspadaan agar lebih hati-hati karena ancaman perangkap tikus. Ia tidak menganggap remeh masalah yang ada, justru sikap bijaknya minta pertolongan sahabatnya sekaligus mencoba mengingatkan akan marabahaya yang ada di peternakan. Namun apa reaksi dari hewan-hewan ternak lainnya hanya bersimpati saja setelah itu acuh seakan masalah perangkap tikus tidak berimbas pada nyawa mereka.
Begitulah kawan, jangan pernah menganggap remeh sebuah permasalahan meskipun menurut kita masalah itu sangat kecil bahkan tidak ada kaitannya dengan kita. Ibaratnya Pak Tani yang kaya raya habis hewan ternaknya dipotong & disembelih, jangan sampai Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambangnya, lautannya, subur tanahnya, rakyatnya mati kelaparan, kekayaan Indonesia hanya dihabiskan oleh pihak asing sedangkan rakyatnya jadi kuli di negeri sendiri. Sungguh tragis dan memprihatinkan. Mulai belajar akan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, cobalah ikut mengatasi masalah saudara kita, memberi solusi kepada orang yang datang meminta bantuan meskipun hal tersebut tidak ada sangkut pautnya terhadap kita. Meskipun bantuan yang kita berikan itu kecil, bisa jadi bagi orang yang membutuhkan itu akan sangat bermakna. Jangan tutup rasa peka kita, asahlah sensitifitas dalam masalah sosial yang ada di negeri ini. Lebih-lebih masalah yang terjadi adalah menyangkut masa depan negera, bangsa, generasi penerus dari bangsa Indonesia.
Jangan menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini. Masalah pengangguran, sempitnya lapangan pekerjaan, kelaparan yang dialami anak bangsa di papua, melonjaknya tarif listrik, bbm yang secara sembunyi-sembunyi dinaikkan, krisis dalam penegakkan hukum, utang luar negeri Indonesia yang semakin menggunung, koruptor cina yang menggondol uang hampir 35 triliun, aset bangsa yang digadaikan, sumber daya dan kekayaan alam tanah air yang tidak diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat, pemimpin yang tidak kapabel, banyak ulama yang dikriminalisasi. Dan masih banyak lagi masalah yang dihadapi negeri ini. Memang masalah tersebut beberapa diantaranya sudah lama terjadi bukan hanya di era pemimpin 2014 saja, namun janji-janji kampanyenya yang terlalu muluk dan tak satupun hingga februari 2018 mampu direalisasikan bahkan kayaknya semakin terbukti bahwa ada indikasi terjadi kecurangan di pilpres 2014 kemarin. Pemimpin yang lahir di tahun 2014 belum memberikan sumbangsih nyata terhadap kemajuan bangsa, kesejahteraan rakyat, hingga penegakkan keadilan dalam masalah hukum.
Awan Tebal itu Bernama Pencitraan
Nurani para pejabat yang seakan tertutup melihat masalah-masalah besar yang saat ini tidak bisa diselesaikan oleh pemimpin sekarang. Seharusnya presiden dengan segala kewenangan dan fasilitas jabatannya tersebut digunakan untuk kemajuan negeri, catat bukan sekedar pencitraan semata agar rakyat iba dan memilihnya kembali di 2019. Jika permasalahan bangsa di tahun 2018 tidak ditangani secara bijak, jangan harap rakyat masih percaya di pilpres 2019.
Menjadi rakyat jangan acuh terhadap kondisi negeri saat ini, orang muslim jangan acuh dan alergi terhadap politik. Cobalah berkiprah dengan Islam menjadi landasan. Islam itu sempurna meliputi segala aspek kehidupan, aspek manakah yang tidak tersentuh dalam Islam. So, kalo ada pihak yang mencoba memisahkan politik dan Islam, itu hanyalah akal-akalan mereka saja yang tidak senang melihat umat Islam memimpin negeri ini, tidak rela Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Jangan meragukan Islam menjadi sandaran dalam berbagai bidang kehidupan. Bahkan perbuatan korupsi saja itu dilarang dalam Islam, karena korupsi sangat merugikan rakyat meskipun tidak ada ayat khusus tentang korupsi dalam Al Quran. Sama halnya dengan hukum haramnya rokok, karena rokok tidak membawa manfaat apapun sebaliknya sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Hati-hati pula dengan beberapa pejabat yang mendadak alim, belajarlah dari pengalaman 2014. Tahun 2018 adalah bukti kinerja mereka, gimana tambah maju, tambah sejahtera atau sebaliknya? Terbukti kan tahun 2014 hanya pencitraan semata, aslinya incapable leader!
Awan Mendung Berganti Hujan, Langit Cerah di Tahun 2019
Rasa skeptis, acuh, dan alergi itu harus dihilangkan. Contoh DKI Jakarta adalah sebuah gambaran kecil bagaimana beruntungnya memiliki pemimpin yang cinta terhadap rakyatnya, membela hak-hak rakyat kecil, mengedepankan kerja dengan manajemen matang, dengan blueprint yang jelas, bahkan integritas yang tidak diragukan lagi. Jangan sampai anggapan bahwa saat ini negara Indonesia dalam keadaan aman-aman saja tidak punya masalah hanya karena media mainstream memihak pemerintah. Belajarlah membuka diri, perbaiki pola pikir, dan tentunya peduli dengan bangsa. Bukan politik pencitraan, kerja tanpa mikir, membuat aturan yang terkadang melanggar aturan yang sudah ada, diubah seenaknya demi menguntungkan pribadi semata. Lha ini presiden Indonesia atau petugas partai tertentu saja. Makmurkan, sejahterakan, bersikap adil kepada seluruh elemen rakyat, bangsa, tidak hanya untuk kandang miliknya sendiri saja. Orang yang baik pilihlah pemimpin yang baik, tahun 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 masak iya gak bisa melihat siapa sebenarnya pemimpin sekarang? Berarti penggemar fanatik buta jika masih belum sadar. Ini demi generasi masa depan, anak cucu yang akan mewarisi negeri ini. Jangan tinggalkan dan warisi anak cucu dengan masalah besar dan hutang-hutang yang besar, meninggalkan kondisi negara yang kacau. Langit cerah di pilpres 2019, dengan pemimpin fresh, bukan cetakan 2014, lagian 2014 sudah out of date, juragan sekarang terbukti membawa "perubahan" tapi ke arah yang lebih buruk bukan sebaliknya berubah kearah kemajuan bangsa. Ayo ingatkan teman, sodara, handai taulan, agar memilih pemimpin muslim cerdas yang benar-benar cinta rakyat, mau dan mampu membawa Indonesia menjadi macan asia lagi.
Narasi Negeri Peternakan
Kisah fabel yang bersumber dari bahan bacaan kelas IX mapel bahasa Inggris, berikut naskah aslinya;
Once upon a time a mouse saw the farmer and his wife buying a mousetrap. The mouse it to his friends. The rooster said that it was a grave concern to the mouse, but it was no consequence to him. The sheep sympathized, but said that there was nothing he could do except praying for the mouse safety. The cow said that he was sorry for the mouse, but it was the mouse’s problem, not him.
So, the mouse returned to the house, head down and rejected, to face the mousetrap alone. That night a sound of a mousetrap catching its prey was heard throughout the house. The farmer’s wife rushed to see what was caught. In the darkness, she did not see it was a venomous snake whose tail the trap had caught. The snake bit the farmer’s wife. The farmer rushed her to the hospital and she returned home with a faver.
The farmer slaughtered the rooster to make soup for treating her fever. But his wife’s sickness continued, so friends and neighbors came to sit with her around the clock. To feed them, the farmer butchered the sheep. The next day the farmer’s wife dead. So many people came for her funeral, the farmer slaughtered the cow to provide enough meat for them.

Related Posts: