Showing posts with label narrative. Show all posts
Showing posts with label narrative. Show all posts

Saturday, March 20, 2021

Yuk Semangat Belajar, Hadapi Ulangan Dengan Penuh Optimisme

 

Semangat adalah energi terbesar seseorang dalam menggapai tujuan, dari energi besar inilah seseorang tersebut mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk difokuskan meningkatkan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, ia memiliki bekal yang memadai dalam mengerjakan aktivitas dan misi besarnya dalam hidup.

Sebagai pelajar, tugas yang paling pokok adalah belajar, aktivitas ini seyogyanya bisa selalu dilakukan dalam kesehariannya baik ia sedang sibuk  maupun santai. Belajar perlu dibiasakan karena hal-hal yang baik biasanya terasa berat di awal/permulaan, namun akan terasa ringan jika sudah di rutinkan.

Disiplin dalam belajar tentunya akan semakin mendekatkan kita pada kesuksesan, keberhasilan itu sendiri harus diupayakan bukan sesuatu yang jatuh dari langit (taken for granted). Belajar menjadi cerminan bagi pelajar sejati yang memang mencintai masa depannya. Contoh aktivitas sederhana belajar antara lain latihan soal, membaca teori, berdiskusi dan tentu saja salah satunya memahami materi yang sudah pernah diajarkan oleh bapak ibu guru kita ataupun ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari berbagai sumber entah itu buku bacaan maupun hasil searching di internet. Contoh soal latihan untuk PHB kelas 11 unduh disini [unduh] dan PHB kelas 10 klik disini [unduh].

Sunday, April 19, 2020

Arwah Yang Gentayangan, Adakah? The White Lady (Mystery)

Apakah kalian percaya pada hal-hal yang ghaib, bukan takhayyul, misalnya adanya malaikat, jin, syetan, dsb? Sebagai orang yang punya agama seharusnya kita juga mengimani hal yang ghaib, termasuk percaya akan adanya hari kiamat, neraka dan surga.
Nah, kalo hantu, arwah, sundel bolong, setan, genderuwo, apakah meyakini keberadaannya? Silahkan itu pendapat pribadi, masing-masing dari diri kita. Yang jelas semua makhluk baik yang terlihat mata maupun yang tak terlihat, bahkan alam semesta beserta isinya, adalah ciptaan Allah SWT. Jadi tidak perlu takut sama hantu dan semacamnya.
Ada cerita misteri, tentang arwah gentayangan yang berwujud sesosok wanita yang menghuni suatu lokasi di daerah danau Ontario (terletak antara negara Kanada & Amerika serikat) di wilayah Amerika bagian utara. Hantu wanita itu bergentayangan mencari anaknya yang sudah meninggal (karena diperkosa oleh seorang pemuda setempat). Arwah ini akhirnya mengganggu setiap laki-laki yang berkunjung ke kawasan taman dan danau tersebut. Kebanyakan korbannya adalah kaum pria, karena si arwah memiliki dendam pada pelaku pembunuhan putrinya.
Itu adalah cerita dari The White Lady yang kebenarannya masih diragukan. Teksnya berbentuk narrative dan genre cerita misteri/ horor. Berikut isi teksnya:
The White Lady
In the early 1800s, the white lady and her daughter were supposed to have lived on the land where the Durand Eastman Park-part of the Irondequoit and Rochester-now stand. One day, the daughter disappeared. Convinced that the girl had been raped and murdered by a local farmer, the mother searched the marshy lands day after day, trying to discover where her child’s body was buried. She took with her two German shepherd dogs to aid in her search, but she never found a trace of her daughter. Finally, in her grief, the mother threw herself off a cliff into Lake Ontario and died. Her dog pined for their mistress and shortly joined her in the grave.
After death, the mother’s spirit returned to continue the search for her child. People say that on foggy nights, the White Lady rose from the small Durand Lake which faced Lake Ontario. She was accompanied by her dogs and together they roamed through the Durand Eastman Park, still searching for her missing daughter.
The White Lady was not a friendly spirit. She disliked men and often seeks vengeance against the males visiting the park on her daughter’s behalf. There had been reported of the White Lady chased, men into the lake, shook their cars, and their lived miserable until they left the park. She had never touched any females accompanying these unfortunate fellows.
Setelah membaca teks narrative diatas, bisa dilanjutkan dengan latihan soal pilihan ganda sejumlah 4 nomor (untuk pembelajaran online) [LATIHAN PILGAN]

Monday, April 16, 2018

Mimpi Yang Berlanjut, Realita Yang Tertunda

Tidur nyenyak adalah sebuah anugerah yang patut di syukuri, karena ada beberapa diantara saudara kita yang terkena penyakit insomnia yaitu kesulitan untuk tidur. Apalagi kalo hawa sejuk di pegunungan, angin bertiup lembut membuat rasa kantuk datang. Semilirnya angin menambah hasrat ingin istirahat sejenak melepaskan penat. Tidur hingga bermimpi. Bisa bangun dari tidur dengan kondisi tubuh bugar adalah kenikmatan yang tiada tara, bisa saja tidurnya kita di malam hari adalah tidur selama-lamanya, jadi bersyukurlah kalo bisa bangun kembali dan sangat dianjurkan untuk berdoa sebelum maupun sesudah bangun tidur. Aktivitas ini adalah sebagai cerminan rasa syukur kita pada Allah swt yang telah membangkitkan kembali diri ini dari kondisi mati sementara. Dalam tidur, terkadang kita bermimpi hal yang menyenangkan, menakutkan, bahkan sesuatu yang kita sendiri merasa bingung akan mimpi yang dialami. Misteri mimpi ini jika dikaji mengandung banyak sisi positif, di dalam mimpi terkadang tersirat suatu pesan tertentu, karena mimpi itu datangnya dari Allah swt, meski ada mimpi yang datangnya dari gangguan jin dan syetan, sehingga memang tidak semua mimpi memiliki makna khusus karena itu hanyalah bagian dari bunga tidur. Salah satu contoh mimpi yang memiliki penafsiran khusus adalah dalam kisah nabi Yusuf As yang menafsirkan mimpi sang raja Mesir kala itu. Kisah yang terkenal adalah kecerdasan nabi Yusuf As yang menafsirkan mimpi tujuh ekor sapi betina gemuk yang dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus, diterjemahkan sebagai pertanda bahwa akan datang dimana masa-masa panen yang melimpah ruah, makmur selama kurun waktu 7 tahun, kemudian disusul masa paceklik selama 7 tahun pula. Sehingga beliau, nabi Yusuf As, menyarankan sang raja agar menyimpan hasil panen selama 7 tahun masa kemakmuran agar nanti ketika musim paceklik tiba, rakyat tidak kelaparan karena masih memiliki cadangan bahan makanan.
Begitulah sebuah contoh penafsiran dari mimpi, masih banyak lagi tentang pemaknaan dari sebuah mimpi yang menghiasi tidur seseorang. Jangan sampai mimpi itu membawa sisi negatif. Berkembang di masyarakat penafsiran tentang sebuah mimpi tertentu sebagai pertanda buruk, pertanda kematian, musibah, dan sebagaianya. Dimana jika kita tidak pandai-pandai menyikapi hal tersebut, maka bisa merusak akidah kita, yakni terhadap hal yang berbau mistis dan takhayul. Hal ini sangat berbeda antara penafsiran mimpi yang dilakukan oleh nabi Yusus As dengan tafsir mimpi versi ramalan dukun yang mengarah pada kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau takhayul, mistis, klenik, dari mimpi seseorang. Karena sebetulnya musibah, malapetaka, kematian dsb itu sudah digariskan oleh Allah swt. Manusia bolehlah memprediksi, namun jika percaya pada mimpi-mimpi tertentu kemudian meminta dukun untuk mencari penangkalnya maka hal tersebut sudah tergolong pada tindakan musyrik atau menyekutukan Allah swt.
Beda lagi dengan definisi "mimpi" sebagai pengganti kata "cita-cita" atau asa, semisal dari kalimat berikut: "Bu Mimin bermimpi ingin umrah bulan depan, padahal ia sendiri belum mendaftarkan diri di biro umrah manapun". Nah kata "mimpi" disitu tergolong bermakna berkeinginan, berkehendak, bercita-cita, dsb.
Realita Yang Tertunda ataukah Kenyataan Yang Gagal?
Tentu makna tertunda jelas berbeda dengan pembatalan, karena batal berarti gagal terlaksana. Sedangkan tertunda masih ada kemungkinan dikerjakan dan ditindaklanjuti entah dengan penggantian waktu maupun tempat pelaksanaan. 
Saudaraku penggunaan kata mimpi yang penulis akan wacanakan adalah tentang sebuah cita-cita besar yang saat ini belum terwujud namun harapan tersebut masih sangat besar, hasrat tinggi untuk mewujudkan. Seperti seorang pelajar yang bermimpi memiliki sepatu baru, ia akan sering melihat-lihat model sepatu keluaran terbaru dari merk favoritnya. Pernahkah memiliki mimpi yang terus bergelayut dalam pikiran kita, artinya angan-angan (namun bukan sekedar angan-angan kosong) untuk memiliki ini itu, melakukan hal-hal yang belum juga kesampaian? Jika iya, anggaplah sebagai realita yang tertunda. Bisa disebut sebagai fiksi, kata fiksi ini beberapa hari terakhir menjadi bahan perdebatan terkait sanggahan kecebong yang mempermasalahkan statement Prof. Rocky Gerung di sebuah acara diskusi di salah satu channel TV nasional. Ah sudahlah, memang kecebong tidak terbiasa dengan budaya berpikir dan berdebat secara jernih.
Mimpi yang ada dalam sebuah dongeng cerita berikut ini bisa jadi memiliki makna janganlah terlalu jumawa, arogan, pongah terhadap kondisi yang ada saat ini. Bisa jadi memang saat ini berkuasanya seseorang itu karena sengaja ditakdirkan dengan maksud memperlihatkan borok aslinya, yang sebetulnya bukan bunga mawar namun hanya sekedar bunga bangkai, yang tidak sedap baunya. Dibuka aibnya, ditelanjangi kelemahan-kelemahannya, diperlihatkan ketidakbecusannya untuk melaksanakan setumpuk janji-janji kampanye di tahun 2014 lalu. Kau yang berjanji, kau sendiri yang mengingkari. Bangsa ini harus tersadar, kondisi ibu pertiwi diambang kesemrawutan jika tidak segera dibenahi. Maka sangat cocok tagar #2019GantiPresiden.
Ceritanya adalah sebagai berikut, dikisahkan ada 2 ekor ayam jago yang sedang bertarung. Jelas, dalam setiap pertarungan kalah dan menang adalah hal yang wajar. Namun jago yang satu ini, ia menang dengan berbuat curang. Ia berkokok sekeras-kerasnya. Ya, mirip peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Nah di lokasi tersebut sudah lama seekor rajawali terbang berputar-putar, persis diatas areal pertarungan 2 jago. Jago yang menang dengan congkaknya bertengger dan terus berkokok, sedangkan jago yang kalah bergeser pergi menjauh namun masih di lokasi. Bidikan yang tepat, jago yang menang dan berkokok keras tadi langsung disambar oleh rajawali yang memang sudah lama menunggu kelengahan si jago. Akhirnya nyawa si jago pemenang nan congkak pun melayang menjadi santapan sang elang, si rajawali perkasa. Siapakah yang akhirnya memimpin pekarangan ayam tersebut? Tentu saja jago yang menyingkir tadi, meski kalah dalam pertarungan, dialah yang akhirnya memimpin pekarangan, sebuah kerajaan tempat dimana ayam-ayam tinggal. Tersisa satu jago saja, maka si jago itulah yang berhak memimpin di kerajaan tersebut.
Menang berarti tawadhu, bukan sebaliknya kesombongan menyesakki dada ataupun congkak diperlihatkan. Hal yang sangat wajar jika kaos bisa mengganti presiden, itu bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Sangat nyaman dilakukan, senyaman memakai kaos olahraga dalam setiap kegiatan outdoor. Nyaman sekali jika kaos tersebut mampu merealisasikan sebuah tagar. Logikanya sama dengan baju kotak-kotak yang mampu menipu sekian banyak masyarakat hingga akhirnya menjadikan si anu menjadi presiden. Meski kekecewaan didapatkan, karena ternyata 4 tahun sudah menjadi pembuktian ketidakcakapannya sebagai seorang leader yang amanah terhadap janji-janjinya sendiri sewaktu kampanye. Jangankan mengemban janji rakyat, memakmurkan bangsa, mewujudkan negara yang berkeadilan dan menjunjung tinggi tegaknya persamaan di mata hukum, melaksanakan janjinya sendiri aja ora iso. Mendekati pilpres ia mulai mendadak alim, padahal belum hilang ingatan di kepala kita bagaimana perlakuan terhadap para ulama, pendeskreditan terhadap umat muslim, bahkan sampai terbit perpu ormas yang lagi-lagi menyudutkan pemeluk agama Islam. Satu hal yang terlihat jelas bagi orang awam seperti saya yaitu kelicikan yang dilakukan demi mimpi pribadinya.
Biarlah rajawali menyambar si congkak, rakyat sejatinya memiliki kekuatan perubahan, diberikannya podium kemenangan seharusnya dioptimalkan untuk melaksanakan mandat rakyat secara profesional dan bertanggungjawab. Kalo hanya sesumbar telah bangun proyek ini dan itu, sedangkan kenyataan pertalite naik, listrik mencekik, ekonomi nyungsep, lapangan pekerjaan sedikit, pengangguran masih banyak, utang negara yang makin lama enggak lunas2. Maka pada intinya rakyat sangat wajar mencampakkan, mengacuhkan, melemparkan orang tersebut yang telah gagal menjadi leader ideal, caranya abaikan di pilpres 2019 nanti. Maklum pula, seandainya mimpi yang berlanjut mengganti pemimpin semakin banyak pendukungnya. Memang di tahun 2018  realita untuk ganti si anu masih tertunda, tapi bagi saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang masih ingin Indonesia sejahtera, maka #2019GantiPresiden adalah gerakan mulia untuk menyelamatkan Indonesia dari salah urus, yang selama 4 tahun Indonesia sudah dibuat semrawut oleh si nganu. Bacalah fakta-fakta yang ada tentang sejumlah janji yang sampai april 2018, banyak yang tidak terselesaikan (tertunaikan). Sudahkah meroket? Jika setuju bahwa belum meroket, maka bergabunglah dengan gerakan ini. Bersama-sama melakukan jihad politik untuk melahirkan pemimpin yang amanah, yang membawa Indonesia maju, mensejahterakan bangsanya. Memilih pemimpin, dalam Islam sudah ada tuntunannya, so mengaculah pada Al Quran, jangan mau dikibulin oleh pencitraan musiman. Kalo saja si nganu bagus, maka selama 4 tahun seharusnya Indonesia terbukti mengalami perbaikan dan kemajuan ekonomi. Nyatanya itu fiktif. Memang cerita ganti presiden saat ini di tahun 2018 masih fiksi, dikarenakan belum masuk tanggal mainnya. Hanya masalah waktu saja, #2019GantiPresiden adalah bom waktu yang tiap menitnya semakin membesar dan siap untuk meledak, meletus dan booming. Bismillah untuk menyatukan langkah agar #2019GantiPresiden membawa kebaikan bagi bangsa Indonesia.
Amiin. Allahu a'lam bishowab. Hanya Allah swt yang Maha Tahu Misteri pilpres 2019.
Cerita ayam jago yang dipaparkan adalah saduran dari sebuah cerita naratif berbahasa Inggris berikut ini:
A New King
It is a story from the farm yard. There were two roosters lived in farmyard. They were fighting fiercely to be the king of the farmyard. One finally gained advantage and the other surrendered. The loosing rooster slunk away and hid itself in a quiet corner. The winner flew up to high wall, flapped its wings and crowed its victory, as loud as it could.
Suddenly, an eagle came sailing through the air and carried it off, with its talons. The loosing rooster immediately came out of its corner and ruled the farmyard from then on.
QUESTIONS
1. From the text we know that ...
A. Only one rooster can rule the roost.
B. The roosters are fighting to flap their wings.
C. The eagle had watched them all day.
D. The farmyard needs a new king.
E. The eagle was the real foe.

2. "...as loud as it could." The underlined word, refers to...
A. an eagle
B. the loosing rooster
C. the winning rooster
D. the winning eagle
E. the surrendered rooster

3. What can we learn from the story?
A. There's always a bigger enemy in this life.
B. Your friend can be your enemy.
C. Always grab an opportunity before you lost it.
D. Don't be arrogant when we have achieved our goal.
E. Don't be cruel person in this life.

Related Posts:

Sunday, April 8, 2018

Little Molly, Home Sweet Home

Sebuah kisah dari si kecil Molly yang tinggal  di sebuah kota kecil. Rumah yang di huni Molly terletak di pinggir sungai yang indah. Rumah mungil, sederhana namun cukup indah. Molly adalah anak putri satu-satunya dalam keluarga, orangtuanya tidak kaya, namun mereka hidup bahagia dan berkecukupan.
Si Molly ini semakin beranjak usianya, ternyata tidak begitu menyukai rumahnya yang kecil. Dan kalo diperhatikan dengan seksama ternyata rumahnya juga tidak begitu rapi, sehingga dalam dirinya ada perasaan kecewa dan kurang puas. Ia menyukai rumah yang jendelanya bersinar, berkilau bagaikan emas, yang terletak di puncak sebuah gunung. Ia sungguh tertarik dengan rumah tersebut. Rumah yang ia lihat itu menjadi rumah impiannya.
Semakin dia mencintai rumah dengan jendela emas yang berkilauan di puncak gunung, ia juga semakin membenci rumahnya sendiri. Walaupun demikian, rasa bencinya tidak ia ungkapkan kepada ayah ibunya. Ia hanya memendam rasa kecewanya di dalam hati. Ia memahami kondisi ekonomi keluarganya, sehingga ia tidak ingin menambah beban kedua orangtuanya untuk membuatkan dirinya rumah yang bagus nan berkilau. Di lubuk hatinya yang dalam, hasrat untuk memiliki rumah seperti yang dilihatnya masih membara, terus bergejolak.
Waktu terus berjalan, tahun berganti, Molly semakin tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan anggun. Di usianya yang ke-12 tahun, ia semakin berhasrat memiliki rumah dengan jendela emas yang berkilau, tidak seperti rumahnya yang jendelanya terbuat dari kayu dan sudah cukup lapuk. Ia semakin tumbuh dewasa, hingga ibunya suatu hari membolehkan Molly pergi jalan-jalan keluar rumah cukup jauh yakni untuk mendaki puncak gunung yang disana terdapat Rumah Jendela Emas. Ia mulai menyiapkan bekal perjalanan. Ia mendaki sampai ke puncak dengan usaha yang gigih dan mengeluarkan banyak tenaga. Ia gembira mampu sampai di puncak. Ia langsung bergegas menuju rumah yang dilihatnya sangat bagus itu. Semakin mendekat dengan rumah yang dimaksud, ia seakan tidak percaya dan sungguh kaget. Ternyata bangunan tersebut hanyalah bekas istana kuno yang tinggal puing-puing yang berserakan, sampah dan debu menghiasi istana yang lebih mirip rumah hantu tersebut. Bangunan kuno dan dindingnya berlumut, membuat kesan jorok. Ternyata yang selama ini ia lihat dari kejauhan hanyalah bangunan yang lebih jelek daripada rumahnya sendiri. Jendela yang berkilau seperti emas ternyata hanya pantulan sinar matahari yang mengenai kubangan air dekat puing rumah tersebut.
Molly menghela nafas, menghirup nafas panjang, ia lagi-lagi menemui kekecewaan. Kini ia melihat ke bawah persis dimana rumahnya berada. Disana terlihat sebuah rumah mungil yang asri, indah, jendelanya lebih bersinar terang, kuning keemasan. Itulah rumahnya yang selama ia benci. Rumah idaman dengan jendela emas yang berkilau ternyata sudah ia tinggali lama, dan rumah itu tidak lain adalah rumahnya sendiri.
Mampu Mensyukuri Yang Dimilikinya
Impian Molly memiliki rumah impian dengan segala kriteria pribadinya ternyata telah mengantarkan ia agar lebih belajar mensyukuri segala sesuatu yang ia miliki, bukan mengeluhkan sesuatu yang belum dimiliki. Belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda, hal tersebut sesekali diperlukan. Sudut pandang yang keliru membuat jalan yang ditempuh juga keliru. Kesalahan akan berulang manakala ketika kita tersadar, kita tidak mampu membaca pintu hidayah yang sudah terbuka. Apa yang kita dambakan, impikan, cita-citakan ternyata sudah ada dalam diri kita sendiri. Contohnya saja Molly mendambakan istana (rumah) versi miliknya, dimana ia sendiri sejak lama tinggal di dalam rumah tersebut. Ide untuk mendaki gunung bukan ide yang buruk. Justru ia menjadi kenal lebih dekat dan mengetahui realita sesungguhnya. Tidak seindah yang ia bayangkan, tidak semegah yang ia pikirkan. Hanyalah bangunan tua, karena pantulan sinar matahari sajalah sehingga terlihat begitu istimewa.
Kedekatan Jiwa Dengan Sang Pencipta
Budak materialisme akan menuhankan kekayaan dan kemegahan serta harta duniawi dengan melupakan sisi moral, norma dan aturan agama. Unsur penghambaan yang overdosis telah menggejala di zaman penuh pragmatisme, serba instan, hedonis dan penuh tipu daya. Banyak orang sudah tidak lagi memegang nilai-nilai kejujuran, menjunjung nilai keadilan dan aturan hukum. Ia berani melanggar dan menabrak semua rambu-rambu tersebut, yang terpenting harta banyak, berkecukupan dan serba mewah tanpa peduli dengan sesama. Ia bahkan berani menggunakan jabatannya untuk menggencet dan menindas yang di bawah. Demi ambisinya akan penguasaan materi dunia.  Sungguh nyata, banyak orang cinta dunia yang telah melalaikan kampung akhirat. Kilauan dan gemerlap hingar bingar pesona dunia telah membutakan mata batin dan mengeraskan hatinya. Ia menjadi pribadi yang sudah tidak takut akan balasan, dosa, dan azab. Tidak mengenal rasa tanggungjawab apalagi bertingkah laku yang cermat dan amanah. Mudah tersinggung apabila ada yang mengingatkan, merasa dirinya paling berjasa atas keberhasilan hidupnya, melupakan peran Sang Pencipta.
Hamba dunia ini bukanlah bualan atau isapan jempol, atau omong kosong, sekarang ini sudah banyak merasuk dalam dada setiap manusia tanpa terkecuali seorang muslim. Tipuan dunia sungguh menyilaukan sehingga kita tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang keliru.
Kedekatan jiwa dengan sang khaliq dibutuhkan agar jiwa ini tidak terasa kering, kosong, sepi di tengah hingar bingar dunia. Materialisme semu, harta dunia yang sekedar fatamorgana, ambisi yang keliru maka semuanya itu harus diluruskan, benahi sudut pandang akan makna dari hidupnya kita di dunia. Eksisnya di dunia tidak selama dengan eksisnya manusia di akhirat. Kehidupan yang cuma beberapa tahun tidak ada artinya dengan akhirat yang tanpa batas. Sudahkah kita membenahi ambisi duniawi kita? Jangan terlalu jauh menyimpang, sangat berat sekali untuk kembali ke rel yang benar. Hanya pada Tuhan sajalah kita mengharap bimbinganNya agar kita menapaki jalur yang benar. Berdoa agar tetap digolongkan menjadi golongan orang-orang yang taqwa, menjadi hamba Nya yang berada dalam naungan rahmat serta hidayah Nya.
Cobalah tengok dari 24 jam sehari, lebih banyak untuk dunia atau kita abdikan pada Allah swt? Bisa jadi waktu hidup sehari selama 24 jam, tidak lebih dari setengahnya kita gunakan untuk hal yang sia-sia, belum lagi menit-menit yang berlalu untuk hal-hal maksiat dan dosa. Berapa kali beristighfar yang sudah kita ucapkan secara lisan manakala kita lalai ataupun bermaksiat? Berapa sering kita meminta ini itu, berdoa untuk hal yang sifatnya pribadi dan duniawi, namun jarang bibir ini beristighfar memohon ampunannya. Jangankan istighfar, bersyukur saja belum terbiasa kita lakukan.
Ayolah kawan semua, semakin canggih teknologi jangan sampai membuat diri ini lalai dengan persiapan kematian dan persiapan kehidupan setelah mati. Yang kita cari sebetulnya sudah ada dalam diri kita masing-masing. Ketenangan batin, ketentraman jiwa, kepuasan hati akan tercapai manakala mampu memaknai tiap menit yang kita miliki untuk hal yang positif. Beralihlah dari aktivitas dunia ansich menjadi aktivitas dunia yang bernilai akhirat. Sebagai manusia yang beragama maka ajaran agama yang harus dijadikan pedoman hidup. Iman itu perlu dipupuk dan dirawat agar tidak layu dan mati. Hati ini harus sering diberi nutrisi agar tidak tumpul dan keras. Menjadi manusia yang komitmen dalam agamanya butuh pembuktian. Hal itu antara lain adalah ujian hidup dengan bentuknya yang beragam. Semoga kita menjadi manusia yang memiliki energi positif dan mampu menularkan aura positif kepada orang lain. Salah satu jalan hidup pilihan generasi nabi dan sahabat adalah jalan dakwah, menyeru kepada kebaikan, menegakkan dan memperjuangkan syariat, serta menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Memiliki cita-cita mendapat rumah di surga dengan ridho Nya. Selagi kita masih bernafas, maka kesempatan masih terbuka lebar untuk menjadikan dunia ini sebagai ladang amal.
Molly and Golden Windows
Little Molly lived in a small beautiful town. Her tiny house was constructed on the banks of a beautiful river, near a mountain. She was the only daughter for her parents. Although they weren't very rich, they lived happily.
Molly did not like her house very much. She felt that the house was too small and not very neat. She liked the house on top of the mountain because of the glittering golden windows. The windows sparkled and glazed so beautifully that little Molly completely mesmerized. She went crazy for that the glittering golden windows and started to hate her home more. However, little Molly was so sweet and she understood the struggles her family was undergoing.
Years passed by and she grew up quickly. She became 12 years and looked very beautiful like a golden princess. She believed that she was supposed to live in a house with golden windows, not in an old wooden house.
As she grew older, her mom allowed her to move around her house. It was a holiday and she decided to climb the mountain and peek into the house with the golden windows. With so many struggles, she reached the top of the mountain.
She stood in front of the house and saw the dirtiest house, in fact the damaged castle with dark windows. The golden windows she saw were in fact the reflection of the dark and dirty windows. Suddenly, she looked at her home. A window in hers was shining like gold. She realized that the sun rays reflected in the water made the window glow. The truth was she lived in her dream home, the home with beautiful golden windows.
Questions
1. What was the main problem of the story?
A. Molly had an unhappy family living in a small house.
B. Molly's parents forbade her from going far from their house.
C. Molly wanted to stay in a big house with golden windows.
D. The large haouse on the top of the mountain was very dirty.
E. Molly failed to reach her dream house on the top of the mountain.

2. How did Molly feel on her arrival at the top of the mountain?
A. Queer
B. Afraid
C. Worried
D. Shocked
E. Pleased

3. What would happen if Molly never visited her dream house on the top of mountain?
A. She would know that house became dirty.
B. She would still dream to have that house.
C. She would leave her small house to live in that house.
D. She would look for another house with golden windows.
E. She would realize that her house was better than that house.

4. What can we learn from the story?
A. We should appreciate others.
B. We should be brave to face challenging.
C. We should be grateful for what we have.
D. We should work hard to achieve success.
E. We should be honest to the others.

Related Posts:

Saturday, March 17, 2018

Pecinta Sejati, Taat & Meneladani

Yang setia, yang mengikuti arahan, dan otomatis mengerjakan perintah. Kita setia terhadap negara kita maka berarti menerima segala konsekuensi manakala negara ini membutuhkan pengorbanan dari para warga negaranya. Bukti sejarah menyebutkan bahwa banyak para pahlawan negeri ini yang gugur mengorbankan jiwa mereka demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kesetiaannya terhadap sang ibu pertiwi dibuktikan dengan bersimbah darah bertempur melawan penjajah asing. Para pahlawan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, memperjuangkan kemerdekaan, melawan segala bentuk penindasan terhadap rakyat. Mereka tidak taat terhadap pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu, sikap loyalnya terhadap amanat bangsa dan negara demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sudut pandang para pejuang adalah hidup merdeka, rela mati daripada berada dalam penindasan penjajahan pihak asing. Mungkin para pahlawan akan bersedih hati jika melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah penuh pengorbanan ribuan nyawa melayang, ternyata saat ini kemerdekaan itu hanya sekedar tataran wacana, retorika kata tanpa perwujudan nyata. Nyatanya banyak rakyat yang masih hidup kesusahan, nyatanya sebagian besar lulusan sarjana malah menjadi pengangguran, nyatanya kekayaan alam negeri ini belum mampu mengangkat martabat dan tingkat kemakmuran rakyat, lha dimana letak merdekanya?
Sumbangsih Setiap Warga Diperlukan
Peran serta nyata dari masyarakat yang cinta pada kemajuan bangsa dan negaranya adalah bisa diwujudkan dengan taat membayar pajak. Jika rakyatnya sudah taat membayar pajak maka diharapkan negaranya memiliki pendapatan yang optimal dari sisi pajak, itupun seandainya diperuntukkan untuk pembangunan dan program kesejahteraan rakyatnya. Bisa dibayangkan jika banyak warga yang cinta terhadap kedaulatan NKRI ini melaksanakan kewajiban membayar pajak, taat dan setia terhadap aturan hukum yang berlaku maka bukan hal yang aneh manakala peradaban bangsa ini menuju martabat yang tinggi menuju Indonesia maju itu terwujud, Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang saja. Coba fakta sekarang apa yang sedang terjadi? Si pemimpin sepertinya habis akal untuk memajukan negara dan bangsa, malah justru utang menumpuk, banyak janji  kampanyenya terlupakan alias mangkrak tidak terealisasi. Wajar jika rakyat memberikan label si pemimpin dengan julukan pinokio alias si hidung panjang karena hobinya tipu-tipu.
Kisah Pecinta Yang Setia dan Punya Komitmen
Sebut saja kisah ini adalah cerita pengantar tidur yang dibumbui dengan lika-liku pemuda pemudi yang dipenuhi perasaan saling menyukai. Orang yang memegang komitmennya biasanya memiliki integritas kepribadian yang tidak diragukan lagi, orang lain akan segan, menghormati dan memandang takzim padanya. Sebaliknya terhadap orang yang tidak memiliki integritas kepribadian maka sikap yang ditunjukkan adalah  makian, hujatan, celaan, mungkin bisa juga sumpah serapah. 
Alkisah jaman dahulu kala di suatu perkampungan hiduplah pemuda miskin yang jujur, kemiskinannya tersebut bukan akibat dari kejujurannya, melainkan di desa ia tinggal kebanyakan rakyatnya hidup miskin. Orang yang kaya dan memiliki harta berlimpah jumlahnya tidak banyak. Tinggalah juga di kampung tersebut seorang gadis cantik, ia giat bekerja, orangtuanya dari pihak keluarga berada. Banyak pemuda yang ingin melamar dirinya, termasuk pemuda miskin tadi. Pada suatu kesempatan si pemuda berhasil mendekati si gadis dan membisikkan suatu hal yakni ia ingin melamar dirinya agar menjadi istri yang sah. Si gadis pura-pura tidak mendengar bisikan sang pemuda tadi, ia hanya berlalu di hadapan pemuda tanpa bereaksi sama sekali.
Sang pemuda tidak kalah gigihnya, ia membisikkan kalimat yang sama manakala berkesempatan mendekati si gadis. Saking frekuensi yang terlalu sering dan responnya sama yakni tidak ada tanggapan sama sekali, semangat si pemuda hampir saja pudar. Suatu saat ketika ia mulai putus asa, ternyata si gadis menjawab bahwa ia mau menjadi istrinya asalkan dengan satu syarat si pemuda harus berlomba bertarung dengan pemuda lainnya yang juga memiliki niatan melamar dirinya.
Akhirnya hari perlombaan tiba, terkumpul 7 pemuda termasuk si pemuda miskin. Mereka bertanding satu sama lain untuk saling mengalahkan, ternyata sama-sama kuat. Tantangan kedua yaitu ketujuh pemuda tadi berlomba mengambil air di telaga yang berada di desa tersebut. Sampai suatu musibah terjadi yakni tiba-tiba tanggul yang berada di pinggir danau jebol oleh ombak misterius, ketujuh pemuda tadi terkena ombak, 5 pemuda terseret arus. Tinggal si pemuda dan temannya. Kondisi kelelahan di dalam air membuat mereka berdua tak mampu menolong kelima pemuda lainnya. Mereka berdua lapar, salah seorang diantara mereka mendapatkan ikan, lalu dimakanlah ikan mentah tersebut. Singkat cerita si pemuda miskin merasa haus hingga minum air sebanyak-banyaknya tanpa menyadari dirinya telah berubah bentuk menjadi ikan dari badan hingga kakinya. Temannya segera bergegas berlari ketakutan dan memberitahu penduduk setempat termasuk si gadis. Karena terlanjur berjanji pada sang pemuda maka si gadis tetap menunggu calon suaminya itu dan tidak mau menikah dengan pemuda lain.
Cerita diatas hanyalah sekedar dongeng atau hikayat tentang seorang perempuan yang berkomitmen terhadap janjinya, ia tidak mau mengingkari janjinya meski pemuda yang mencintai dirinya telah berubah menjadi ikan. Bagaimana rasa cinta telah menumbuhkan ketaatan dan kesetiaan terhadap pasangan.
Kesetiaan Menjadi Hal Yang Langka
Saat ini banyak cinta tak mampu bertahan dalam pembuktian berjalannya waktu. Cinta bertahan hanya pada masa pacaran, setelah menikah hanya bosan dan penyesalan. Kadangkala belum sampai ke jenjang pernikahan sudah mengalami percekcokan hingga perpisahan jalan terbaik. Yang sudah fase pernikahanpun terkadang ketidakcocokan itu justru muncul hingga perceraian menjadi jalan yang diambil. Bukan dikalangan remaja atau keluarga muda saja, bahkan selevel artis, kyai, tokoh pun kerap terjadi. Hal ini membuktikan bahwa cinta sejati itu yang bisa membuktikannya adalah waktu. Karena hanya dengan waktulah kesetiaan dari cinta dapat diukur, variabel lain tidak ada yang mampu memaknai cinta secara jujur. Artinya mereka yang sanggup bertahan saling mencintai hingga menua itulah yang memang benar-benar membuktikan kesetiaan dan komitmen cintanya, fisik boleh saja menua dan keriput namun cinta dan pengorbanan terhadap pasangan tak lekang oleh zaman. Hal ini memang langka terjadi, meskipun tetap ada. Pada dasarnya cinta terhadap makhluk atau sesama itu cinta fana yang akan berubah tergantung variabel cintanya; paras cantik, harta kekayaan, warisan, jabatan, bahkan tempat tinggal, dsb. Ketika semua variabel cinta semakin berkurang bahkan hilang dengan berjalannya waktu, maka kualitas cinta pun sirna. Karena hal tersebut cintanya bersifat materi yang tidak kekal. Mana ada wanita yang parasnya akan selalu cantik, kulitnya kencang, halus, pastilah keriput ketika umurnya terus bertambah. Usia lanjutnya telah membuat tubuhnya tidak indah lagi secara fisik. Maka jika variabel cintanya karena kecantikan pastilah hanya bertahan ketika si pasangan di usia 40, jika sudah mendekati 50 sudah melirik orang lain. Sebaliknya perempuan yang cintanya karena suaminya kaya raya, maka hartanya hanya bertahan 10 tahun setelah itu habis, maka habis pula cinta pada suaminya.
Tidak tepat jika cinta itu disandarkan pada manusia atau sesama makhluk. Tahukah jawabannya, pada siapakah seharusnya cinta itu benar-benar dicurahkan? Sebagian besar dari kita sepertinya sudah tahu dan paham jawabannya. Yang masih perlu diperbaiki adalah bukan jawabannya namun pembuktian cinta kita terhadap Rabb, Sang Khaliq, pencipta diri kita, alam semesta dengan segala isinya. Pembuktian cinta itu adalah taat pada perintahNya. Wujudnya kesetiaan kita pada Rasul adalah dengan meneladani beliau. Hingga cinta Allah dan RasulNya menjadi benar-benar nyata kita miliki yakni dengan pembuktian dalam bertindak, berperilaku, berbuat sesuai dalam koridor syariat. Pecinta sejati itu adalah yang taat dan mau meneladani sosok yang dicintai. Cinta pada manusia itu sah-sah saja, asalkan cinta pada orang yang tepat dan pantas untuk kita cintai, dengan tujuan rasa cinta tersebut mampu mendekatkan pada cinta yang hakiki pada Allah dan Rasulnya.
So, jika pemimpin sudah cinta pada Allah dan RasulNya, enggak mungkin deh ia melanggar janji, sumpah jabatan, apalagi menipu jutaan rakyatnya. Karena ia takut akan pertanggungjwabannya di hadapan Sang Khaliq. Rasulullah adalah teladan sejati bagi para pemimpin negeri yang benar-benar ingin memajukan bangsanya, memakmurkan negerinya, memberikan kesejahteraan yang layak pada penduduk yang tinggal di wilayah yang ia pimpin. Pilihlah pempimpin yang memilih dirinya taat pada Allah dan RasulNya, bukan pemimpin yang taat pada antek asing apalagi kapitalis.
Berikut sajian teks narrative faithful lovers tale:
The Faithful Lovers
The following story will be special for each of you who want to know the real meaning of love.
Hmm, there once lived a chief's daughter who had many admirers. All the young men in the village wanted to have her for a wife and were all eager to fill her skin bucket when she went to the brook for water.
There was a young man in the village. He was a good hunter; but he was poor and had a mean family. He loved the maiden and wished he could marry her. So, one day when she went for water, he threw his robe over her head while he whispered in her ear: “Will you marry me?”
For a long time the maiden acted as if she hadn’t heard anything, but one day she whispered back saying that she would be willing to marry him if he took a scalp.
So he made a war party of seven, himself and six other young men. Before they started, they sat down to smoke and rest beside a beautiful lake at the foot of a green knoll that rose from its shore. The knoll was covered with green grass and somehow as they looked at it they had a feeling that there was something about it that was mysterious or uncanny.
One of  the lover’s friends was so curious about it that he ventured into the knoll. Four of the young men followed. Having reached to the top of the knoll, all five began to jump and stamp about in sport.
But, suddenly they stopped. The knoll had begun to move toward the water. It was a gigantic turtle! The five men cried out in alarm and tried to run, but it was too late! They cried; but the others could do nothing. In just a few moments, the waves had closed over them.
The other two men: the lover and his friend went on, but with heavy hearts. After some days, they came to a river. Worn out with fatigue, the lover threw himself down on the bank. Fortunately, the lover’s friend came up to help him.
The following day, his friend told him that he found a fish which he had cleaned and asked him to eat the fish together. The lover said that if he ate the fish, his friend had to promise to fetch him all the water that he could drink. When they had eaten, the kettle was rinsed out and the lover’s friend brought it back with full of water. The lover drank the water at a draught. Again his friend filled the kettle at the river and again the lover drank it dry but still asked for more water. The lover’s friend then took the lover to the river. When the lover saw the river, he walked to the river, sprang in, and lying down in the water with his head toward land, drank greedily.
Then, he called out his friend. The friend came and was amazed to see that the lover was now a fish from his feet to his middle. Sick at heart, he ran off a little away and threw himself upon the ground in grief. After a while, he returned to find that the lover was now a fish up to his neck.
The friend went home and told his story. There was great mourning over the death of the five young men and for the lost lover. In the river, the lover had become a great fish and its fin was just above the surface. Canoes had to be portaged at great labor around the obstruction.
Meanwhile, the chief’s daughter mourned for her lover as for a husband and nobody could comfort her. Day by day, she sat inside her mother’s tepee with her head covered with her robe, silent, working, and working. Whenever her mother asked, the maiden did not reply.
The days lengthened into moons until a year had passed. And then the maiden arose. She left her mother’s tepee with holding lots of things in her hands. There were three pairs of moccasins, three pairs of leggings, three belts, three shirts, three head dresses with beautiful feathers, and sweet smelling tobacco.
One day she had a new canoe made. Then, the next morning she stepped into the canoe and floated slowly down the river toward the great fish. Her canoe came and stopped to the place where the great fin arose. One by one she laid her presents on the fish's back, scattering the feathers and tobacco over his broad spine.
“Oh, fish,” she cried, “oh, fish, you who were my lover, I shall not forget you.. Because you were lost for love of me, I shall never marry. All my life I shall remain a widow. Take these presents. And now leave the river, and let the waters run free, so my people may once more descend in their canoes.” Slowly the great fish sank, his broad fin disappeared, and the waters of the St. Croix (Stillwater) were free.


Related Posts:
3. Download Listening UN 2017

Saturday, February 10, 2018

Balada di Sebuah Peternakan, Awan Tebal Diatas Negeri


Alkisah di sebuah peternakan milik seorang petani kaya raya, tersebutlah seekor tikus yang tinggal di tengah-tengah hiruk pikuk hewan ternak milik pak tani. Suatu hari si tikus melihat pak tani dan istrinya pulang dari pasar membeli sebuah jebakan tikus. Hal ini membuat si tikus khawatir akan keselamatannya, sehingga ia pergi ke teman-temannya untuk mengingatkan adanya bahaya tersebut. Mulailah dengan bertemu si jago, si tikus menceritakan kronologi permasalahannya pada si jago. Dengan iba ia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa atas masalah yang dihadapi oleh si tikus, ia jujur mengatakan bahwa masalah yang dimiliki tikus tidak membawa dampak terhadapnya maka hanya belas kasihan saja yang dapat lakukan padanya. Si tikus kemudian pergi ke tempat sahabat yang kedua yaitu kambing, ia pun sama bahwasanya ikut bersimpati akan musibah dan masalah yang dialami oleh si tikus. Namun ia tidak bisa membantu apapun hanya berdoa akan keselamatan si tikus meski sedikit acuh karena memang itu masalah internal si tikus. Akhirnya dengan lesu, si tikus tetap mencoba bantuan pada sahabat yang ketiga yaitu sapi, yang terakhir ini justru jauh dari harapan. Sikap acuh yang ditunjukkan sapi membuatnya tak berdaya, sapi berkata bahwa ia menyesal tidak bisa membantu dengan permasalahan yang dialami tikus, lebih-lebih tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, jebakan tikus hanya berbahaya bagi tikus bukan ancaman untuk hidup si sapi.
Semakin gontai langkah si tikus, ia pulang ke sarangnya yang masih di lingkungan rumah sekaligus peternakan milik pak tani yang kaya tersebut. Kejadian mengejutkan terjadi pada malam harinya. Suara deritan yang memecah kesunyian peternakan di malam hari membuat pak tani dan istrinya terbangun. Suara tersebut bersumber dari jebakan tikus. Bergegaslah istri pak tani untuk melihat perangkap tikus. Karena kondisi yang gelap, istri pak tani tersebut tidak bisa melihat bahwa seekor ularlah yang terkena perangkap tikus tersebut. Ular itu masih hidup hanya sebagian ekornya saja yang terjepit perangkap tikus, ular yang berbisa tersebut mematuk kaki istri pak tani. Karena gigitan yang beracun tersebut maka pak tani langsung membawa istrinya ke rumahsakit terdekat. Setelah dirawat dari rumahsakit, istrinya masih demam bahkan semakin memburuk. Untuk menambah asupan gizi hidangan, maka dibuatkanlah sup ayam untuk istrinya. Ayam jago miliknya disembelih. Tetangga berdatangan untuk menjenguk dan menghibur istrinya. Pak tani menyembelih beberapa kambing miliknya untuk disajikan kepada para tetangganya yang terus berdatangan untuk menemani sekaligus memotivasi. Hari berikutnya takdir berkata lain, istrinya dipanggil oleh yang kuasa. Untuk prosesi pemakamannya ia melibatkan orang-orang di kampung tersebut. Maka pak tani menyembelih sapi miliknya, sekali lagi untuk hidangan para pelayat dan orang-orang yang datang untuk berbelasungkawa. Setelah selesai pemakaman, pak tani barus sadar jika semua hewan ternaknya sudah habis ia sembelih sejak kejadian perangkap tikus yang memakan korban seekor ular berbisa yang akhirnya justru istrinya yang akhirnya meninggal. Hanya si tikuslah, satu-satunya hewan yang selamat di lingkungan peternakan milik pak tani. Sejak awal ia sudah khawatir, rasa khawatirnya menumbuhkan kewaspadaan agar lebih hati-hati karena ancaman perangkap tikus. Ia tidak menganggap remeh masalah yang ada, justru sikap bijaknya minta pertolongan sahabatnya sekaligus mencoba mengingatkan akan marabahaya yang ada di peternakan. Namun apa reaksi dari hewan-hewan ternak lainnya hanya bersimpati saja setelah itu acuh seakan masalah perangkap tikus tidak berimbas pada nyawa mereka.
Begitulah kawan, jangan pernah menganggap remeh sebuah permasalahan meskipun menurut kita masalah itu sangat kecil bahkan tidak ada kaitannya dengan kita. Ibaratnya Pak Tani yang kaya raya habis hewan ternaknya dipotong & disembelih, jangan sampai Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambangnya, lautannya, subur tanahnya, rakyatnya mati kelaparan, kekayaan Indonesia hanya dihabiskan oleh pihak asing sedangkan rakyatnya jadi kuli di negeri sendiri. Sungguh tragis dan memprihatinkan. Mulai belajar akan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, cobalah ikut mengatasi masalah saudara kita, memberi solusi kepada orang yang datang meminta bantuan meskipun hal tersebut tidak ada sangkut pautnya terhadap kita. Meskipun bantuan yang kita berikan itu kecil, bisa jadi bagi orang yang membutuhkan itu akan sangat bermakna. Jangan tutup rasa peka kita, asahlah sensitifitas dalam masalah sosial yang ada di negeri ini. Lebih-lebih masalah yang terjadi adalah menyangkut masa depan negera, bangsa, generasi penerus dari bangsa Indonesia.
Jangan menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini. Masalah pengangguran, sempitnya lapangan pekerjaan, kelaparan yang dialami anak bangsa di papua, melonjaknya tarif listrik, bbm yang secara sembunyi-sembunyi dinaikkan, krisis dalam penegakkan hukum, utang luar negeri Indonesia yang semakin menggunung, koruptor cina yang menggondol uang hampir 35 triliun, aset bangsa yang digadaikan, sumber daya dan kekayaan alam tanah air yang tidak diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat, pemimpin yang tidak kapabel, banyak ulama yang dikriminalisasi. Dan masih banyak lagi masalah yang dihadapi negeri ini. Memang masalah tersebut beberapa diantaranya sudah lama terjadi bukan hanya di era pemimpin 2014 saja, namun janji-janji kampanyenya yang terlalu muluk dan tak satupun hingga februari 2018 mampu direalisasikan bahkan kayaknya semakin terbukti bahwa ada indikasi terjadi kecurangan di pilpres 2014 kemarin. Pemimpin yang lahir di tahun 2014 belum memberikan sumbangsih nyata terhadap kemajuan bangsa, kesejahteraan rakyat, hingga penegakkan keadilan dalam masalah hukum.
Awan Tebal itu Bernama Pencitraan
Nurani para pejabat yang seakan tertutup melihat masalah-masalah besar yang saat ini tidak bisa diselesaikan oleh pemimpin sekarang. Seharusnya presiden dengan segala kewenangan dan fasilitas jabatannya tersebut digunakan untuk kemajuan negeri, catat bukan sekedar pencitraan semata agar rakyat iba dan memilihnya kembali di 2019. Jika permasalahan bangsa di tahun 2018 tidak ditangani secara bijak, jangan harap rakyat masih percaya di pilpres 2019.
Menjadi rakyat jangan acuh terhadap kondisi negeri saat ini, orang muslim jangan acuh dan alergi terhadap politik. Cobalah berkiprah dengan Islam menjadi landasan. Islam itu sempurna meliputi segala aspek kehidupan, aspek manakah yang tidak tersentuh dalam Islam. So, kalo ada pihak yang mencoba memisahkan politik dan Islam, itu hanyalah akal-akalan mereka saja yang tidak senang melihat umat Islam memimpin negeri ini, tidak rela Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Jangan meragukan Islam menjadi sandaran dalam berbagai bidang kehidupan. Bahkan perbuatan korupsi saja itu dilarang dalam Islam, karena korupsi sangat merugikan rakyat meskipun tidak ada ayat khusus tentang korupsi dalam Al Quran. Sama halnya dengan hukum haramnya rokok, karena rokok tidak membawa manfaat apapun sebaliknya sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Hati-hati pula dengan beberapa pejabat yang mendadak alim, belajarlah dari pengalaman 2014. Tahun 2018 adalah bukti kinerja mereka, gimana tambah maju, tambah sejahtera atau sebaliknya? Terbukti kan tahun 2014 hanya pencitraan semata, aslinya incapable leader!
Awan Mendung Berganti Hujan, Langit Cerah di Tahun 2019
Rasa skeptis, acuh, dan alergi itu harus dihilangkan. Contoh DKI Jakarta adalah sebuah gambaran kecil bagaimana beruntungnya memiliki pemimpin yang cinta terhadap rakyatnya, membela hak-hak rakyat kecil, mengedepankan kerja dengan manajemen matang, dengan blueprint yang jelas, bahkan integritas yang tidak diragukan lagi. Jangan sampai anggapan bahwa saat ini negara Indonesia dalam keadaan aman-aman saja tidak punya masalah hanya karena media mainstream memihak pemerintah. Belajarlah membuka diri, perbaiki pola pikir, dan tentunya peduli dengan bangsa. Bukan politik pencitraan, kerja tanpa mikir, membuat aturan yang terkadang melanggar aturan yang sudah ada, diubah seenaknya demi menguntungkan pribadi semata. Lha ini presiden Indonesia atau petugas partai tertentu saja. Makmurkan, sejahterakan, bersikap adil kepada seluruh elemen rakyat, bangsa, tidak hanya untuk kandang miliknya sendiri saja. Orang yang baik pilihlah pemimpin yang baik, tahun 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 masak iya gak bisa melihat siapa sebenarnya pemimpin sekarang? Berarti penggemar fanatik buta jika masih belum sadar. Ini demi generasi masa depan, anak cucu yang akan mewarisi negeri ini. Jangan tinggalkan dan warisi anak cucu dengan masalah besar dan hutang-hutang yang besar, meninggalkan kondisi negara yang kacau. Langit cerah di pilpres 2019, dengan pemimpin fresh, bukan cetakan 2014, lagian 2014 sudah out of date, juragan sekarang terbukti membawa "perubahan" tapi ke arah yang lebih buruk bukan sebaliknya berubah kearah kemajuan bangsa. Ayo ingatkan teman, sodara, handai taulan, agar memilih pemimpin muslim cerdas yang benar-benar cinta rakyat, mau dan mampu membawa Indonesia menjadi macan asia lagi.
Narasi Negeri Peternakan
Kisah fabel yang bersumber dari bahan bacaan kelas IX mapel bahasa Inggris, berikut naskah aslinya;
Once upon a time a mouse saw the farmer and his wife buying a mousetrap. The mouse it to his friends. The rooster said that it was a grave concern to the mouse, but it was no consequence to him. The sheep sympathized, but said that there was nothing he could do except praying for the mouse safety. The cow said that he was sorry for the mouse, but it was the mouse’s problem, not him.
So, the mouse returned to the house, head down and rejected, to face the mousetrap alone. That night a sound of a mousetrap catching its prey was heard throughout the house. The farmer’s wife rushed to see what was caught. In the darkness, she did not see it was a venomous snake whose tail the trap had caught. The snake bit the farmer’s wife. The farmer rushed her to the hospital and she returned home with a faver.
The farmer slaughtered the rooster to make soup for treating her fever. But his wife’s sickness continued, so friends and neighbors came to sit with her around the clock. To feed them, the farmer butchered the sheep. The next day the farmer’s wife dead. So many people came for her funeral, the farmer slaughtered the cow to provide enough meat for them.

Related Posts:

Thursday, January 18, 2018

Indolent Farmer, Petani Bekerjalah Dengan Giat, Jangan Bermalas-malasan

Hujan deras akhir-akhir ini membuat sawah dan ladang terbasahi dengan cukup air yang melimpah. Musim tanam sudah berlalu, saatnya menjelang musim panen padi, sekitar bulan Februari depan. Petani berbahagia dengan akan datangnya musim panen, proses pengolahan tanah, penanaman benih hingga perawatan, sampai pemupukan dilakukan dengan pengorbanan biaya, waktu dan tenaga. Terkadang biaya yang sudah dikeluarkan hampir-hampir sama dengan pendapatan dari hasil panen, malahan terkadang defisit. Lumbung pangan sebetulnya julukan yang sangat layak disandang oleh negeri kita, pernah swasembada pangan entah itu kapan bisa dilakukan pemerintah lagi. Presiden yang sekarang menjabat saja mengingkari janji kampanyenya bahwa tidak akan mengimpor beras dengan mempertimbangkan nasib petani. Isu yang cukup hot pekan lalu adalah impor beras. Isu tersebut cukup mengganggu petani jelang musim panen.
Ada hal yang harus diupayakan bukan sekedar janji apalagi membual, berbohong, atau memang tidak memiliki kapasitas sebagai pemimpin yang handal sehingga mengatur bawahannya enggak becus, menteri bertindak sendiri tanpa komunikasi yang baik dengan atasannya. Hal ini jangan melulu salah menteri, tapi kenapa si bos bisa gagal kontrol, ada yang kurang beres sejak awal. Sebelum jadi pemimpin, katanya tidak bagi-bagi kursi menteri atau jabatan strategis lainnya. Fakta dari 2014 hingga awal tahun 2018, masyarakat bisa melihat sendiri si pemimpin dusta atau amanah? Jawabannya pasti sudah tahu ya. 
Petani jangan malas, karena sudah giat bekerja saja belum bisa makmur apalagi malas. Inilah mungkin yang akhirnya membuat keputusan bagi sebagian besar petani di pelosok desa mengganti padi dengan tanaman lain yang lebih laku dijual dan mendatangkan duit lebih banyak dibanding padi. Contohnya yaitu ditanami kayu sengon. Beberapa petani sudah merasakan keberhasilan menanam kayu sengon dengan untung yang besar. Maka hal ini menjadi favorit, padi telah dikonversi oleh petani secara subjektif pribadi mereka sendiri, diganti dengan tanaman kayu sengon. Ada sisi baiknya petani jadi kaya, negatifnya adalah dikhawatirkan beberapa tahun kedepan pemerintah akan lebih rajin lagi impor beras.
Impor beras disaat petani hendak panen bisa menurunkan harga beras yang dijual oleh petani, di pihak lain penentuan kewenangan beras masih dipegang oleh BULOG. Gampang saja bagi pemerintah untuk memakmurkan petani padi sebetulnya, mereka memiliki kebijakan, kewenangan, kekuatan dengan berbagai alat peraturan perundangan yang dibuat agar petani negeri ini memiliki peluang sejahtera. Musim yang cocok untuk bertanam dan berladang, dikombinasikan dengan teknologi sehingga pas jika ada harapan bangsa ini unggul dalam bidang pangan. Namun nyatanya sekarang masih berupa mimpi, ada yang sulit makan, petaninya menjual beras juga belum mendapat bayaran layak, impor yang tidak tepat waktunya. Apakah ada daerah yang masih surplus beras? Ya tetap ada, Indonesia kan dari Sabang sampai Merauke, masing-masing pulau memiliki keunggulannya sendiri, dan pastilah banyak yang unggul di bidang pertanian. Ini yang harus didukung pemerintah dengan kebijakan yang pro petani, harusnya juga pro nelayan, pro buruh, dan mereka semua rakyat Indonesia. So, presiden itu pro wong cilik bukan antek cukong asing.
Inti dari hidup pada dasarnya adalah makan. Karena untuk bisa hidup, bergerak, bekerja, semuanya itu butuh tenaga, tenaga dihasilkan dari makanan yang dikonsumsi, sehingga singkatnya hidup itu membutuhkan makan. Nah, jika pemerintah enggak bisa menjamin urusan perut warganya maka sangat pantas diganti yang baru, tahun 2019 jangan bercokol jadi pemimpin lagi harus diganti yang baru, yang lebih mampu, lebih berkapasitas menjadi presiden.
Petani yang sudah bergelut dengan lumpur, ketika bekerja terkadang bersahabat dengan teriknya matahari, dibiarkan kulitnya gosong terpanggang. Banyak orang sukses di Indonesia yang orangtuanya juga petani. Namun mereka (anaknya) itu jarang yang mau meneruskan warisan menjadi petani. Kalo begitu nanti siapa yang akan menyediakan kebutuhan pangan jika semuanya ogah menjadi petani. Sarjana pertanian yang baru lulus secara ilmu hebat, namun kalah jauh untuk hal pengalaman dari petani di desa karena mereka sudah bertahun-tahun mencurahkan energi dan hidupnya di pertanian, di sawah, di ladang, dan di kebun. Mereka lebih paham kondisi lapangan, namun tetap butuh sentuhan ilmu dan teknologi baru agar hasil panennya benar-benar optimal.
Cerita Petani Yang Malas
Ketrampilan bertani tidak hanya masalah bergelut dengan lumpur sawah, tapi metode dan manajemen pengolahan lahan juga berpengaruh. Pendirian koperasi sesama petani juga bisa membantu meningkatkan kesejahteran, diskusi mencari, membuat, dan meracik pupuk kompos, pupuk ramah lingkungan, ataupun pupuk alternatif yang akan mengatasi masalah mahalnya harga pupuk yang dijual di pasaran.
Menumbuhkan semangat kerja keras dan giat sepertinya sudah banyak dilakukan oleh para petani. Bagaimana tidak giat bekerja, mereka harus berangkat pagi untuk mengecek sistem pengairan lebih  awal agar selanjutnya melakukan pekerjaan pertanian lainnya. Harus menjaga tanamannya dari serangan hama, wereng, belalang, terkadang babi hutan (sawah di desa), tikus, dan penyakit tanaman padi lainnya.
Tapi ada suatu cerita tentang petani yang malas, ini bukan petani dari negara kita tentunya karena petani kita adalah petani yang rajin. Diceritakan seorang petani melakukan perjalanan dengan gerobaknya yang berisi jerami dan beberapa hasil ladangnya. Gerobak atau pedatinya tersebut ditarik oleh seekor kuda, ia sendiri duduk diatas gerobaknya. Ia hendak pergi menuju pasar menjual barang bawaannya. Sayangnya jalan yang dilewati tidak begitu mulus, banyak lubang sepanjang jalan, lumpur karena semalam turun hujan juga membuat jalanan bertambah sulit. Tidak sengaja gerobaknya melaju pada sisi jalan yang kurang rata, lalu salah satu rodanya terjebak masuk kedalam lubang yang cukup dalam dan otomatis gerobaknya berhenti. Barang bawaan yang penuh, jalanan becek, maka ia memutuskan menunggu ada yang membantu dirinya. Ia tidak henti-hentinya mengumpat, terlihat jelas rasa kesal, marah dan jengkel atas kejadian yang menimpa dirinya itu. Cukup lama ia berdiam diri tanpa melakukan apapun, kecuali satu hal yaitu masih mengomel dan bergumam sendiri untuk meluapkan amarahnya. Energinya terbuang untuk melampiaskan kejengkelannya. Sampai suatu saat ada seorang pejalan kaki lewat, si petani merasa senang dengan harapan orang itu memberikan solusi berupa membantunya untuk mengatasi gerobaknya yang terjebak oleh lubang. Bukannya bantuan yang datang, orang itu datang menghampiri bukan membantu namun memberinya nasehat dan sindiran. Dia berkata apakah roda gerobak yang terjebak lubang bisa keluar sendiri, kemudian berjalan tanpa ada usaha? Jangan berharap kepada orang lain jika dirimu (si petani) saja tidak mau turun tangan. Tidak ada orang yang bisa menyelesaikan masalah kamu (si petani) selain kamu berhenti mengomel dan mendorong sendiri gerobakmu agar keluar dari lubang. Apa yang telah kamu lakukan cuma membuang-buang waktumu, menunda waktumu, mengomel itu tidak menyelesaikan masalah. Mulailah bangun, turun dari gerobak dan keluarkan tenagamu untuk menggeser roda gerobak, kamu akan tahu jawaban dari permasalahanmu setelah berusaha dan bertindak, bukan menunggu belas kasihan orang lain.
Dalam cerita tersebut, si petani malu dan sadar diri. Nasihat pejalan kaki yang menghampiri dirinya sangat menusuk, namun tusukan omongan awalnya sakit selanjutnya kebenaran nasihat dari pejalan kaki harus dibuktikan dengan ia mencari solusi sendiri. Malu sungguh malu, namun rasa malu hanya sebentar dibandingkan waktu lama untuk mengomel. Ia berterimakasih atas nasihat sekaligus sindiran yang keras tadi. Dengan itulah ia bisa menatap jalan didepannya dengan antusias. Jalan yang ia lewati tidak berubah, masih berlubang dan berlumpur hanya saja cara pandangnya, pola pikir yang benar yang membuatnya lebih semangat hingga ke tempat yang ia tuju. Ia sadar bahwa masalah yang ada tidak berubah selama ia sekedar tinggal diam. Dialah sendiri yang mencari solusi, menolong dirinya sendiri keluar dari permasalahan yang ada. Rasa malas yang sebelumnya hinggap dalam dirinya berubah menjadi kobaran semangat dengan masukan saran yang diterima dengan penuh kesadaran. Raihlan tujuan yang dimiliki dengan menggunakan kedua tangan yang ada, genggam tujuan tersebut dengan erat dan sekuat mungkin, wujudkan cita-cita tersebut apapun kondisinya.
Lihat jalan yang membentang di depan kita, tentu masih panjang bukan? Adakah yang tahu masalah apa yang akan muncul? Ataukah ujian apa yang akan datang, rintangan apa yang akan menjadi batu sandungan?Tentu tidak sepenuhnya tahu, hanya memprediksi. Apapun bentuk masalahnya tidak terlalu penting, karena yang terpenting cara mengatasinya. Hal yang harus disiapkan adalah keyakinan dan keberanian kita dalam menghadapi masalah. Masalah itu sebuah keniscayaan, solusi adalah ikhtiar pribadi yang harus dilakukan.
Sikap giat itu berlaku untuk manusia yang masih bernafas tidak memandang status pekerjaan entah mau bekerja sebagai petani, nelayan, buruh, bahkan untuk seorang pelajar sikap giat adalah bekal utama dalam menuntut ilmu. Ilmu tidak menghampiri kita, namun kitalah yang harus mendatangi bahkan mencari. Itulah yang dilakukan petani, mereka paham yang dilakukannya adalah bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan keluarganya. Jika keluarga-keluarga meraih kemakmuran maka tentunya cita-cita masyarakat sejahtera tercapai, yaitu terwujudnya bangsa yang hidup layak, sentosa dan berkecukupan.
Jika rakyat negeri ini punya cita-cita hidup layak, maka lakukan perubahan dalam memilih pemimpin, jangan gadaikan masa depan negeri ini dengan sogokan 50rb atau berapapun jumlah nominalnya, karena di negera demokrasi suara terbanyaklah yang mengantarkan seseorang menjadi presiden. Semoga rakyat negeri ini sholeh sehingga pemimpin yang terpilih itu amanah, karena orang sholeh itu cenderung amanah. Rakyatnya cerdas maka pemimpin yang terpilih memiliki kualitas dan kapasitas. Semoga tidak terulang kesalahan di tahun 2014, hendaknya rakyat sadar diri bahwa salah pilih akan berdampak sangat buruk dan serius untuk waktu selama 5 tahun. Jangan melakukan kesalahan dua kali, saya, kamu, dia, mereka, kita bisa merubah kemana arah bangsa ini 5 tahun kedepan dengan menggunakan hak pilih dalam sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia, ikut milih itu hak sekaligus kewajiban, alasan dan pertimbangan dalam memilih itulah yang menentukan kualitas rakyat sekaligus pemimpin. Sangat bagus jika pertimbangan yang digunakan mengacu pada anjuran syariat yaitu jangan memilih dan mengangkat pemimpin non muslim sebagai pemimpin diri kita (jika muslim, kalo bukan ya pertimbangannya terserah). Selamat menciptakan dunia baru dan masa depan yang lebih makmur sentosa.
Story telling: the Indolent Farmer
It rained heavily the whole night. The roads were  muddy and potholes were filled to the brim. It was the day for the market to open, and a farmer was riding his cart along the country road. He had to reach the market early, so he could sell his hay. It was very difficult for the horses to drag the load through the deep mud. On his journey the wheels of his cart suddenly sank into the mire. 
The farmer climbed down from his seat and stood beside his cart. He searched all around, but could not find anyone around to help him. Cursing his bad luck, he looked objected and defeated. He didn't make the slightest effort to get down on the wheel and lift it up by himself, instead, he started cursing his luck for what happened. Looking up at the sky, he shouted, "I am so unlucky! Why has this happened to me? Oh God, please help me."
After along wait, passer-by finally appeared before the farmer. She said, "do you think you can move the chariot by simply looking up at it and whining about it? Nobody will help you unless you make efforts to help yourself. Did you try to get the wheel out of the pothole by yourself? Get up and put out your shoulders to wheel and you will soon find the way out."
The farmer was ashamed of himself. He bent down and put his shoulder to the wheel and urged on the horses. In no time the wheel was out of the mire. He learn his lesson. He thanked the passer-by and carried on his journey happily.

Related Posts:

Saturday, December 16, 2017

Cerita Legenda, Nenekku Suka Mendongeng



Contoh cerita yang melegenda tentang kisah asmara muda mudi adalah cerita Romeo Juliet, banyak produksi film yang meremake film ini. Bahkan ceritanya juga muncul dalam teks/ bacaan di pelajaran bahasa Inggris pada topik pembahasan teks narrative. Secara sekilas cerita tersebut berkaitan dengan sepasang kekasih yang saling cinta namun keluarga kedua belah pihak adalah musuh satu sama lain. Hingga pengorbanan romeo juliet yang menjadikan kedua keluarga itu akur, tapi harus dibayar mahal dengan meninggalnya anak mereka. Ini bagi kalangan remaja menjadi kisah favorit, namun dibalik itu ada hal negatif yaitu tentang cara bunuh dirinya romeo ketika melihat si juliet terbujur kaku (padahal belum meninggal, hanya efek obat saja).
Yang dikhawatirkan adalah sebuah shortcut atau jalan pintas berupa bunuh diri ketika mengalami masalah putus cinta atau patah hati, disisi lain remaja penuh dengan gejolak jiwa, dimana rasa gundah dan galau mudah menyergap pribadi mereka. Memang perlu disikapi dengan hati-hati dalam menelaah sebuah kisah apalagi terkait dengan sesuatu yang kemudian hari dijadikan panutan atau teladan. Beberapa hari lalu saya ngobrol dengan nenek yang sudah sepuh yang tidak lain adalah nenek saya sendiri. Nama beliau adalah Sumbuk binti Castam bin Cala, lahir sekitar tahun 1940-an, secara pasti beliau enggak tahu tahun berapa lahir karena memang buta huruf alias tidak berkesempatan mengenyam pendidikan formal baca tulis. Yang nenek ingat adalah ketika ia kecil (mungkin umurnya waktu itu 5 tahun), penjajah Jepang masuk ke kampung saya, yaitu dukuh Semeda Desa Tajur kecamatan Kandangserang. Alhamdulillah sekarang nenek masih dalam kondisi sehat, hanya pendengaran dan penglihatan yang kurang bagus. Masih bisa diajak ngobrol namun volume harus tinggi sedangkan ritmenya harus lambat atau pelan-pelan, masih bisa mengenali wajah tapi harus dekat tidak boleh lebih dari 2 meter jaraknya. Nenekku bercerita bahwa ia menikah di usia sekitar 7 tahun dengan pria yang saat ini menjadi suaminya yaitu kakekku (sekarang sudah meninggal), katanya ketika ia ditanya oleh petugas penghulu kecamatan nenek diminta tangan kirinya pegang telinga kanan, ketika sudah sampai berarti sudah umur 7 tahun. Saya kaget juga mendengar di usia 7 tahun sudah boleh menikah. Tapi mungkin di tahun 1950an itu diperbolehkan. Bahkan usia kakek terpaut jauh diatas usia nenek. Beliau bercerita untuk menikah mereka harus rela berjalan kaki ke kecamatan, beliau sendiri digendong bapaknya yaitu Castam dan kakekku (suaminya nenek) berjalan kaki katanya hampir 1 jam dari semeda, tajur menuju kantor KUA kecamatan kandangserang, dan jalannya masih bebatuan dikelilingi hutan, padahal sekarangpun di tahun 2017 kondisi jalan menuju kandangserang juga masih dikeliingi hutan apalagi dulu di tahun 1950-an, pastilah lebih belantara. Sungguh perjuangan yang sungguh luar biasa.
Nenekku suka bercerita masa mudanya dulu, apalagi sejak kakek meninggal beliau merasa kesepian, makanya sangat senang kalo ada cucunya yang mengajak ngobrol. Nenek melanjutkan cerita kalo di kampung dukuh semeda waktu nenek kecil hanya ada sekitar 7 rumah alias 7 kk (kepala keluarga), bahkan belum ada langgar (mushola). Pertama kali ada langgar adalah ketika kakek saya menikah dengannya. Kakek saya yang bernama Sawal bin taswan, ternyata seseorang yang pernah nyantri (mondok) di daerah Cirebon dan pernah bertemu dengan mbah Hasbullah, yaitu pendiri yayasan dimana saya sekarang mengajar (yayasan hasbullah yang membawahi MA Hasbullah Karanganyar). Nah, awal mendirikan langgar (mushola) lokasinya berada di samping rumah anak pertamanya yang bernama mbok timbul (anak perempuan, sekaligus anak pertama). Namun tidak lama kemudian langgar tersebut ambruk terkena puting beliung. Kata ayah nenek saya yaitu, bapak Castam, bangunan mushola harus dipindahkan ke lokasi lain karena disitu tidak direstui membangun langgar di lokasi tersebut. Hingga ada salah satu warga dukuh semeda lainnya yang juga mendukung kegiatan keagamaan menawarkan rumahnya untuk dijadikan langgar, beliau namanya adalah mbah usma (beliau seumuran kakek saya). Nah jadilah langgar atau mushola itu berdiri hingga sekarang ditahun 2017, yaitu masjid Nurul Hidayah dukuh Semeda, yang jugatiap pekannya rutin untuk shalat jumat. Saya sempat berpikir jika langgar itu di bangun sejak tahun 60-an maka pahala wakaf dari tanah yang digunakan sebagai masjid hingga sekarang terus mengalir pada mbah usma, luar biasa sekali, salah satu keuntungan generasi awal yang benar-benar berkorban dan berjuang demi agama (fisabilillah), yapspahala sodaqoh jariyah.
Lama juga saya ngobrol dengan nenek mungkin hampir 2 jam tanpa jeda. Kemudian nenekku meminta tolong pada saya untuk mengecek buntelan kertas yang ada di bawah bantalnya. Nenek bilang tolong dicek isinya apa saja. Ketika saya cek ternyata berisi kertas-kertas lusuh dengan tertera tahun 1963, ada juga tahun1970, dan yang paling baru tahun 1984 dan awal 1990an. Kertas-kertas tersebut kondisinya beberapa sudah lusuh dan sedikit berlubang dimakan ngengat. Arsip kertas tersebut sebagian besar adalah semacam kuitansi atau bukti pembayaran iuran setoran pembangunan daerah, ada juga tumpi surat pembayaran pajak tanah, dsb. Selain itu juga ada buku khutbah bertuliskan arab yang sudah lapuk dan kusam tapi masih bisa dibaca, isinya macam-macam khutbah antara lain panduan atau contoh khutbah idul fitri, idul adha, khutbah jumat namun berbahasa jawa menggunakan tulisan arab. Ada 1 lembaran kertas yang isinya saya pernah baca di media sosial (tapi saat itu sudah lama, mungkin 5 tahun yang lalu), namun yang ini lebih tua yang ditulis sekitar tahun 1990-an, lembaran ini sudah berupa ketikan, isinya adalah sebagai berikut:
PENGUMUMAN UNTUK UMAT  ISLAM DI SELURUH DUNIA
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUHU
-------------------------------------------------------------------------------
Surat ini datangnya dari SYEH ACHMAD di Madinah, Saudi Arabia. Aku berwasiat untuk seluruh umat Islam dari Syeh Achmad penjaga makam Rasulullah SAW di Madaniyah di Masjid Nabawi Saudi Arabia yaitu sebagai berikut ini:
-------------------------------------------------------------------------------

Pada waktu malam tatkala hamba sedang membaca Al Quran di makam Rasulullah SAW dan hamba sampai tertidur lalu hamba bermimpi. Di dalam mimpi hamba bertemu dengan Rasulullah SAW dan beliau bersabda: Di dalam 60.000 orang meninggal dunia diantara bilangan itu tak seorangpun mati beriman. Seseorang tidak lagi mendengar kata-kata suaminya. Orang kaya yang mampu tidak lagi menimbang rasa kepada orang-orang miskin, sudah banyak orang tidak berzakat, tidak puasa, tidak sholat, tidak menunaikan ibadah haji, apabila orang itu mampu dan tidak beramal kebaikan.
Dan supaya bersegera berbuat kebajikan dan menyembah Allah SWT.
Demikianlah pesan Rasulullah SAW kepada hamba.

Berdasarkan pesan Rasulullah SAW itu maka hamba berpesan kepada segenap umat Islam: "Berselawatlah kepada Nabi Muhammad SAW, jangan bermalas-malas, bertobatlah dengan segera, dan bersembayanglah lima waktu jangan ditinggalkan. Keluarkanlah zakat, berpuasalah di bulan Ramadhan serta tunaikanlah ibadah haji.

Bagi siapa saja yang membaca surat wasiat ini, hendaklah ia menyalinnya untuk disampaikan kepada orang lain yang beriman, karena hari penghabisan/kiamat akan segera tiba dan satu bintang akan terbit dari langit sesudah itu pintu TAUBAT akan ditutup. Tulisan dalam Al Quran akan hilang dan Matahari akan dekat diatas kepala. Saat itu manusia akan panik, itulah akibat kelalaian mereka yang selalu menuruti Syahwatnya.

Jika menyalin surat ini sebanyak 20 lembar lalu disebarkan kepada teman-teman anda maka anda akan memperoleh keuntungan setelah dua minggu kemudian Telah terbukti pada seseorang Saudagar di Bombay setelah mencatat/menyalin surat ini dan menyebarkannya dalam satu dua minggu  setelah itu mendapatkan yang luar biasa besarnya dan seseorang temannya yang menganggap sepele surat ini, kemudian mendapat MUSIBAH BESAR yaitu anak laki-lakinya meninggal dunia. Maka dari itu saya berpesanbenar-benar kepada ANDA yang menerima surat ini janganlah melailaikannya dan baalah berulang-ulang lalu camkanlah betul-betul.

Ingatlah jika sengaja kita tidak memberitahukan surat ini kepada orang lain, maka tunggulah saatnya nasib apa yang akan datang menimpa dirianda. Janganlah menyesal apabila anda mendapatkan BENCANA maupun kerugian yang hebat. Sebaiknya jika anda segera menyalinnya kemudian menyebarkannya kepada orang lain, maka mendapatkan keuntungan yang sangat besar.

Surat berantai ini ditulis oleh S. T. ATHOIA seorang pengajian agama dari selatan. Sejak saat itu surat ini menjelajah sekeliling dunia hingga sampai ketangan ANDA, tentang Anda percaya atau tidaknya Anda terhadap surat berantai ini.
Tuan Musiafa bekas seorang Menteri di Sabah Malaysia telah menerima surat iniditahun 1977 dan Beliau lalu mengerahkan usahanya untuk membuat 20 lembar salinan ini dan beberapa hari kemudian Beliau mendapat lotere di Malaysia Timur.
Tan Sri Gazali Jawi bekas seorang Menteri besar Perak Malaysia telah dipecat dari jabatannya secara tidak langsung karena Beliau lupa setelah menaruh surat ini tidak disebarkannya. Setelah itu beliau ingat akan surat ini, lalu Beliau menyalinnya sebanyak 20 lembar dan dipencarkan. Teryata beberapa har kemudian Beliau dlatkembali mei Mentei Kabinet.
Daud Yusuf bekas Menteri PDK (Depdikbud) RI tidak mendapat kedudukan lagi dalam susunan Kabinet Pembangunan IV Republik Indonesia.
Maka dengan kejadian-kejadian seperti tersebut diatas, Saya mengharap Anda tidak memutuskan surat ini dan anda akan mendapatkan nasib baik atau buruk tergantung pada mau tidaknya Anda melaksanakannya.
Tunggu dalam jangka waktu dua minggu setelah menerima surat ini bahwa ALLAH SAW lah yang tahu tentang rahasia Anda ....

WASSALAMUALAIKKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUHU


Sudah lama sekali saya pernah membaca sejenis surat tersebut yang isinya hampir mirip. Hanya bedanya pas ketemu nenek kemarin kertas lembarannya benar-benar sudah lusuh menandakan sudah lama, dan dipojokkan tertera akhir tahun 1989 atau awal tahun 1990-an. Isi alinea pertama hingga keempat bersifat himbauan, namun paragraf selanjutnya semacam ancaman bahkan menyumpahi, saya sempat berpikir, kakek dapat lembaran tersebut kira-kira dari siapa dan apakah kakek menyalinnya. Padahal seingat saya sewaktu beliau masih hidup memang bisa menulis, tapi hanya mampu menulis namanya sendiri saja tapi untuk menyalin surat sepanjang itu kayaknya belum mampu. Kesimpulan sepintas saya adalah kakek tidak menyalinnya.
Itulah bagian oleh-oleh dari ngobrol dengan nenek saya yang super baik dan sangat kuat. Semoga keberkahan, keselamatan dan kesehatan menyertaimu nenek sayang.

Related Posts: