Jadilah pemalas maka kemalangan
demi kemalangan akan menghampiri kamu. Bagaimana tidak, kemalasan yang ada
menghasilkan kemunduran dan kekosongan. Jangankan dapat bersaing dengan orang
lain, melawan kemalasannya sendiri saja tidak mampu. Kesendirian yang tidak
terkontrol bisa berujung kemalasan. Biasanya anak pemalas cenderung sendirian
di kamar, nonton tv, tiduran, tidak bergairah melakukan aktivitas apapun kecuali
makan dan nonton TV mungkin.
Kemalangan yang nyata adalah
tidak memiliki prestasi apapun, dimarahin guru, sering diomeli orangtua,
pekerjaan menumpuk karena tidak diselesaikan sesuai tenggat waktu, dan jika
diteruskan ia menjadi pengangguran kelas berat. Meskipun tidak semua para
pengangguran malas bekerja. Sifat dan
sikap malas akan menghambat terselesaikannya tugas-tugas yang ada. Bahkan
menjadi salah satu penyebab kegagalan. Kesulitan bersaing dalam bisnis dan
mengembangkan usahanya. Jika ia seorang pelajar, maka jelaslah kemalasan itu
mempengaruhi nilai akademiknya. Seorang mahasiswa yang malas mengerjakan tugas
akhir ataupun skripsi maka keterlambatan lulus jelas akan didapatkannya. Siswa
yang malas mengerjakan PR, bisa jadi akan mendapat hukuman dari guru dan
pengetahuannya tidak berkembang. Yang seharusnya dia belajar memperdalam materi
dengan menyelesaikan PR dan tugas rumah lainnya, berhubung malas
menyelesaikannya ia tidak mendapat pemahaman dalam materi tersebut.
Penyebab Kemalasan
Sebab yang terkadang menjadi
pemicu rasa malas antara lain: kelelahan/ letih, kurangnya istirahat, pola
aktivitas yang kurang bervariasi alias monoton, pekerjaan yang terlanjur menumpuk, tujuan
yang kurang jelas, lingkungan dan teman yang kurang kondusif. Bahkan malas itu
bisa menjadi penyakit menular lho, jika kita kurang komitmen terhadap tujuan
hidup. Sesungguhnya tujuan hidup yang jelas akan memudahkan seseorang dalam
melangkah, ketika bekerjapun semakin semangat, ia mengetahui reward yang akan diperoleh jika
pekerjaannya tepat waktu. Prinsip AMBAK, apa manfaat bagiku, sangat menolong para
pemalas untuk keluar dari lingkaran setan yang membuat kita menjadi malas. Memunculkan
gairah belajar, memunculkan daya dobrak dalam bekerja bisa diperoleh melalui
sebuah niat, keyakinan, iman yang tinggi bahwa yang ia lakukan sudah benar dan
mendatangkan imbalan besar di kemudian hari. Dengan kata lain orang pemalas itu
bisa diibaratkan pelancong yang tidak memiliki tempat persinggahan yang jelas, tidak punya tujuan hidup yang pasti. Perlu
digaris bawahi bahwasanya rasa malas yang menghinggapi diri ada yang bersifat
sementara (temporer) dan ada yang sudah menjadi watak atau ciri khas (permanen). Jika rasa malas yang
dirasakan karena kepenatan, kecapean, kelelahan bekerja maka malas tersebut obatnya cukup dengan
istirahat yang teratur atau refreshing maka setelah itu gairah bekerja akan hadir
kembali. Namun jika malas itu sudah menjadi tabiat khusus maka penanganannya
juga perlu terapi tersendiri.
Ibrah: Cerita Penjual Roti
& Anaknya Yang Pemalas
Ada cerita tentang hilangnya
kemalasan pada anak yang sudah dicap sebagai pemalas. Kisahnya sebagai berikut;
ada seorang anak bernama Tom yang terkenal dengan sikap malasnya. Hingga ayahnya
mengeluhkan akan perilaku anaknya yang satu ini, sepanjang hari Tom tidak
melakukan kontribusi apapun dalam membantu ayahnya bekerja. Bahkan faktanya ia
sepulang sekolah langsung masuk kamar, tiduran, tugas-tugasnya tidak dikerjakan
sama sekali, keluar kamar jika lapar, hingga menjelang malam yang dilakukan hanya bermalas-malasan. Ayahnya yang bernama Tn. Jones adalah seorang penjual roti,
ia memiliki toko roti sederhana di pasar. Ia dalam menjalankan bisnis rotinya
tersebut dibantu oleh sang istri yaitu Ny. Jones dan anak pertamanya, Bob. Setiap hari mereka bangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan segalanya dari memanggang
roti, membungkus, mengepak hingga mengantarkan roti ke para pelanggan. Aktivitas tersebut
dilakukan rutin setiap hari, tanpa Tom ikut terlibat didalamnya. Berkali-kali
sang ayah menyuruhnya membantu apa yang bisa ia lakukan untuk bisnis roti
mereka namun berkali-kali pula nasehat itu tidak didengarkan oleh Tom.
Ny. Jones menyadari perilaku Tom,
anaknya itu, karena ia sudah terbiasa dipanggil sebagai anak pemalas sehingga Tom pun
terbiasa akrab dengan julukan pemalas yang ditujukkan padanya. Beberapa hari
kemudian Tn. Jones jatuh sakit, tubuhnya demam, panas dingin, dan dokter
berpesan agar Tn. Jones beristirahat selama seminggu. Sejujurnya ia tidak ingin
beristirahat total, tapi kondisi fisiknya memang lemah sehingga ia harus
menuruti nasehat dari dokter.
Sengsara Membawa Nikmat
Jatuh sakitnya Tn. Jones membawa
dampak terhadap kurangnya personel dalam keluarga itu untuk menjalankan roda bisnis
toko rotinya. Maka Ny. Jones membagi-bagi tugas, Tom yang biasanya dibiarkan
tidak terlibat maka dengan kondisi sang ayah yang sakit dipaksa untuk bekerja.
Ny. Jones memasak dan merapikan
rumah serta merawat Tn. Jones selagi suaminya itu dalam masa perawatan dan penyembuhan,
Bob bertugas membuat roti dan memanggangnya, sedangkan Tom mau tidak mau
mendapat jatah tugas untuk mengantarkan roti kepada para pelanggan. Jelas Tom
menolak dengan tugas barunya tersebut, dengan alasan ia malas bangun pagi. Bob
berkata bahwa ia akan membantu membangunkan setiap paginya.
Bob benar-benar mebangunkan Tom
setiap pagi meski Tom enggan, tetap dipaksa, hingga Tom jalan juga untuk
mengantarkan roti ke rumah pelanggan.
Tentunya pelanggan yang
kebanyakan juga tetangga dekatnya sangat terkejut karena tidak biasanya Tom
mengantarkan roti, mereka bertanya penasaran, Tom hanya menjawab datar bahwa ia
melakukan pekerjaan tersebut karena ayahnya sedang sakit dan ia akan melakukan
pekerjaan ini selama ayahnya belum sembuh. Reaksi pelanggan kagum pada Tom
setelah mendengar penjelasan sederhana Tom dan melihat perubahan dalam diri Tom
yang sudah mau membantu orangtuanya. Bahkan tidak sedikit pelanggan tersebut
memuji dan menyanjung Tom. Ternyata sanjungan dan pujian membawa dampak
positif, rasa dihargai oleh orang lain atas apa yang ia lakukan membawa
kepuasan tersendiri baginya. Dan ternyata cukup menyenangkan juga bisa bekerja
dan membantu meringankan pekerjaan orangtuanya. Sejak saat itu watak pemalas
hilang sama sekali dari diri Tom.
Kekuatan Pujian & Dukungan
Pujian dengan porsi yang tepat
mampu menguatkan integritas kepribadian seseorang. Keeksistensian dirinya
diakui, karyanya dihargai, orang lain pun segan terhadap kita. Dukungan positif
dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh, dari semua pelanggan yang memuji
Tom, terkumpul energi positif yang menggerakan Tom lebih semangat lagi dalam
membantu orangtuanya. Sebaliknya celaan dan hinaan akan melemahkan semangat,
bahkan mematikan potensi baik yang ada dalam diri seseorang. Tom tahu reward
yang ia peroleh setelah menjadi anak rajin yaitu tetangganya menghargai
sekaligus memuji dirinya.
Bagi orang dewasa, pujian ini
bisa berupa penghargaan dari rekan kerja, bos, ataupun pimpinan perusahaan,
sehingga ia mendapatkan promosi jabatan ataupun kenaikan gaji. Inilah motivasi
yang jelas, yang bisa digunakan seseorang bergairah dalam bekerja.
Namun di dunia ini tidak semua
hal baik yang dikerjakan langsung bisa mendatangkan pujian, uang, gaji banyak,
promosi jabatan, dsb. Adakalanya, kita akan menjumpai perbuatan baik, aktivitas
kebaikan kita, karya, prestasi yang dilakukan, tidak dianggap oleh orang-orang
hingga akhirnya semangat kendor dan malas hinggap dalam diri. Maka orientasi
niat jangan melulu karena dunia, harta, jabatan, gaji, karena jika
sewaktu-waktu hal tersebut tidak kita peroleh maka akan kecewa dan berkeluh
kesah. Milikilah orientasi niat karena Allah swt. Segala aktivitas dan
perbuatan baik buruk akan diberi ganjaran semuanya. Miliki iman yang teguh,
seyakin-yakinnya akan hal itu. So, motivasi abadi seorang muslim harus selalu
karena Allah swt.
Berikut cerita penjual roti versi
bahasa inggris, cerita ini termasuk kedalam teks narrative, tentunya dengan
moral lesson yang terkandung dari cerita tersebut:
Text 1
When someone is lazy, we often
call him “lazybones”. Young Tom was a real lazybones indeed. Right now his
father, Mr. Jones, was complaining about him!
“Thst boy!” said Mr. Jones, “He
is really lazy. He does nothing but laze about all day.”
It was true. Tom didn’t care to
go out and play with friends. He didn’t like to do his homework or any odd jobs
round the house either. After school he went straight to his room and lay down.
After dinner he lazed about again till it was time for bed. And in the morning his
mother had a hard time getting him out of bed. Poor Mr. And Mrs. Jones didn’t
know what to do with their lazy son.
Mr. Jones owned a small bakery in
town. He had only one helper, Bob; so he had to work very hard. He baked a
hundred loaves each morning, and Bob went round on a house-cart to deliver them.
Then, Mr. Jones baked biscuits and cakes to put in his shop-window. His cakes
were delicious and many people came to buy from him. He was busy all day, but
Tom did nothing to help.
One day Mr. Jones told Tom to
watch some cakes in the oven. Instead of watching the cakes, Tom fell asleep
and the cakes were burnt. Mr. Jones was furious! “Can’t you do anything
properly?” he scolded. “Why, you slept all day yesterday. I don’t know how you
can sleep any more!”
“Maybe Tom’s just used to being
lazy,” Mrs. Jones said. “Everyone says he’s lazy, so he just stays that way.”
Perhaps Mrs. Jones was right. A
few days later Mr. Jones had a bad cold. The doctor said that he had to stay in
bed for a week. “My goodness, I can’t!” said Mr. Jones. “What will happen to my
shop?”
“Don’t worry about the shop,”
said Mrs. Jones. “Bob, Tom and I will look after it.”
“Tom?” said Mr. Jones. “As if he
would do anything to help!”
Although Mrs. Jones looked
cheerful, she felt worried about how she would manage. She could do the baking
and tidy the house. Bob could still deliver the bread. But who could cook the
meals and look after Mr. Jones?
“I know how to bake,” said Bob.
“I’ve often watch Mr. Jones baking. I can do that job. Then, you’ll be free to
cook the meals and look after Mr. Jones.”
“But who will deliver the bread?”
asked Mrs. Jones.
“Leave that to Tom,” said Bob
cheerfully.
Tom stared at Bob. “That’s hard
work,” he said.
“And I’ll have to get up very
early each morning.”
“Well, somebody has to do it,”
said Mrs. Jones firmly.
So, whether Tom liked it or not,
Bob woke him up at five every morning. Together the boys loaded the horse-cart
with freshly-baked loaves. Then, Tom went round to deliver the bread.
Of course the customers were very
surprised to see him. You see, they all knew he was a lazybones. “What happened
to Bob?” they asked.
So Tom explained how Bob was
baking because Mr. Jones was ill. “And you’re helping too by delivering the
bread,” the customers said. “Well done, Tom. I’m sure your parents must be very
proud of you.”
As the day passed, more and more
people praised Tom. After a while Tom began to feel proud of himself too.
Working wasn’t so bad after all.
In fact, it was quite pleasant to
help one’s parents and be praised for it. Can you guess what happened? Yes,
from that day on, Tom stopped beaing lazybones.
Questions
1. What is the text about?
A. A baker.
B. A lazybones.
C. A cake deliverer.
D. A deLicious cake.
E. A bakery shop.
2. The following are the reasons why
Tom was called a lazybones, except ...
A. He didn’t like to d his homework.
B. He did nothing to help his
parents.
C. He lazed about after dinner.
D. He just lay down after school.
E. He liked to play outside with his
friends.
3. What did Tom do when his father
was sick?
A. He delivered the bread.
B. He baked the cakes.
C. He served the customers.
D. He looked after his father.
E. He cooked the meals.
4. “...., and Bob went round on a
house-cart to deliver them.” The underlined word refers to...
A. The horses
B. The carts
C. The bread
D. The meals
E. The foods
5. “Mr. Jones was furious!”
The underlined word refers to...
A. Curious
B. Anxious
C. Happy
D. Angry
E. Busy