Showing posts with label hortatory. Show all posts
Showing posts with label hortatory. Show all posts

Saturday, March 20, 2021

Yuk Semangat Belajar, Hadapi Ulangan Dengan Penuh Optimisme

 

Semangat adalah energi terbesar seseorang dalam menggapai tujuan, dari energi besar inilah seseorang tersebut mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk difokuskan meningkatkan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, ia memiliki bekal yang memadai dalam mengerjakan aktivitas dan misi besarnya dalam hidup.

Sebagai pelajar, tugas yang paling pokok adalah belajar, aktivitas ini seyogyanya bisa selalu dilakukan dalam kesehariannya baik ia sedang sibuk  maupun santai. Belajar perlu dibiasakan karena hal-hal yang baik biasanya terasa berat di awal/permulaan, namun akan terasa ringan jika sudah di rutinkan.

Disiplin dalam belajar tentunya akan semakin mendekatkan kita pada kesuksesan, keberhasilan itu sendiri harus diupayakan bukan sesuatu yang jatuh dari langit (taken for granted). Belajar menjadi cerminan bagi pelajar sejati yang memang mencintai masa depannya. Contoh aktivitas sederhana belajar antara lain latihan soal, membaca teori, berdiskusi dan tentu saja salah satunya memahami materi yang sudah pernah diajarkan oleh bapak ibu guru kita ataupun ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari berbagai sumber entah itu buku bacaan maupun hasil searching di internet. Contoh soal latihan untuk PHB kelas 11 unduh disini [unduh] dan PHB kelas 10 klik disini [unduh].

Tuesday, February 27, 2018

Hortatory Exposition: Pendidikan Untuk Para Umahat

Tak biasanya seorang ayah seharian momong anaknya, mungkin yang lazim adalah si anak bersama ibu. Apalagi anak di bawah usia 5 tahun seringnya nyaman bersama ibu dan si ibu juga sebaliknya. Nah ketika anak bersama ayahnya, lha ibunya ngapain? Bisa jadi sedang sibuk, ada kegiatan penting dan agenda lainnya yang tidak memungkinkan untuk mengajak anak. Di jaman now sudah wajar jika dalam sebuah keluarga suami dan istri sama-sama kerja. Hal yang cukup aneh malahan ketika suami istri di rumah aja enggak pergi kerja alias sama-sama menganggur.
Adanya kesetaraan hak dalam bekerja, mengasuh anak, hingga menempuh pendidikan diantara pria dan wanita sudah berlangsung cukup lama. Sebelum kemerdekaan, bahkan ketika jaman perjuangan RA Kartini, disana ada gap atau kesenjangan, perbedaan hak antara pria dan wanita. Pemikiran yang notabene beranggapan bahwa wanita tidak penting untuk mengenyam pendidikan tinggi saat ini sudah tidak ada. Justru hambatannya adalah muncul dari dalam personal artinya masing-masing individu itu sendiri tidak melihat jenis kelamin apakah itu pria atau wanita. Secara umum memang wanita lebih telaten dan ulet sehingga beberapa fenomena menunjukkan tingkat kedisplinan misalnya di sebuah sekolah menunjukkan bahwa pelajar putri lebih unggul dibanding pelajar putra bahkan dalam prestasipun mereka diatas rata-rata, rajin dan tingkat kepatuhannya pada guru lebih tinggi sehingga mungkin saja mempengaruhi prestasinya dalam akademik. Di sisi lain secara populasi jumlah perempuan sekarang ini cenderung lebih banyak dibandingkan pria. Maka sekilas kaum hawa ini mendominasi dalam beberapa aspek.
Kesetaraan itu memang membawa dampak positif bagi kemajuan peran dan posisi wanita dalam partisipasinya untuk memajukan masyarakat baik mulai dari keluarga, tingkat desa, kota, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga skala nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Marilah kita sejenak melihat kontestan pilkada di jawa tengah, disana terdapat 2 pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Calon nomor 1 merupakan petahana dan mereka bapak-bapak semua, kemudian nomor urut 2 yaitu pak dirman sebagai calon gubernurnya dan bu ida sebagai calon wakil gubernurnya. Peluang ataupun kesempatan terhadap kaum wanita dalam bidang politik dan pemerintahan adalah sama dengan pria. Tinggal apakah para ibu-ibu di jawa tengah nantinya di bulan juni ketika pemilihan gubernur dan wakil gubernur, mereka akan memilih perwakilan dari perempuan, kita lihat saja. Adanya peluang penyerapan aspirasi akan hak-hak dan kepentingan kaum wanita yang katanya masih ada ketimpangan harusnya disikapi dengan memilih calon yang mengusung perwakilan ibu-ibu sehingga paling tidak nantinya lebih paham ketika ada persoalan maupun permasalahan terkait dengan hak wanita. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan terhadap kaum wanita dan meskipun beberapa kasus diantaranya memang karena si wanitanya tidak bisa menjaga dirinya sendiri alias cukup bodoh memperlakukan dirinya sebagai wanita yang mau ditindas oleh pihak tertentu.
Terkait dengan peranan dan peluang aspirasi yang seimbang antara kepentingan segenap rakyat, maka sebagai warga negara yang bijak dalam menyikapi event pilkada di tahun politik ini adalah harus melek politik dan tidak boleh apatis, belajarlah menjadi pemilih cerdas dan punya integritas. Alasan ataupun pertimbangan yang dijadikan dasar adalah bukan ketampanan maupun kekayaan dari si calon, melainkan integritas, track record, visi misi yang diusung hingga partai politik pendukung pasangan calon. Apakah partai yang mndukung itu dikenal sebagai sarang korupsi, sarang komunis, bahkan penindas rakyat kecil atau bukan. So, cerdaslah dalam memilih terutama wahai para kaum hawa dimana sekarang jamannya kesetaraan sehingga bagi ibu-ibu aspirasi tersebut disalurkan kepada perwakilan pengusung kepentingan para ibu-ibu di jawa tengah, ya tentunya memilih pasangan yang terdapat calon dari kaum wanita. Itulah pemilih yang tepat menyalurkan aspirasinya agar tidak menyesal selama 5 tahun.
Berikut teks hortatory tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi para wanita:
Higher Education for Woman
In this modern era, there are still some parents who are reluctant about sending their daughter to college. Such narrow attitude shown to woman higher education is largerly due to the traditional role of woman in society. A woman is expected just to be a wife and a mother most parents believe that if their daughter gets married and chooses to be a housewife, then the higher education will be a waste. However an educated woman does not only make a better wife but also contribute better thing to the large society.
Nowadays more women are successfully combining their career and marriage. Educated woman are richer both emotinally and financially. They are able to find an outlet for monotonous drugdery their housekeeping. They bring more satisfaction and contentment to their lives.
Depriving girl of higher education is crash discrimination. Time has changed. Modern society  need the talents of its people regardless of gender. Today women work alongside men. In fact, in the last few decades women have made outstanding contributions to society.
Woman should be given the freedom to be educated whether they get married or go to work after finishing their education because it is only through education that a woman will find herself useful and discover what she wants in life. Woman who work is not  an insult to her husband. Conversely, her husband should feel proud of her achievement since marriage is actually an equal partnership. Therefore, parents should not think that girls should receive less education just because they will got marriage one day.

Related Posts:

Sunday, May 8, 2016

Curhat, Keluh Kesah ku Pada Mu

Ya Allah, Ya Rabb, lindungi diri ini dan kaum muslimin dari bahaya akhir zaman. Ya, di akhir zaman ada bahaya yang merebak sebagai tanda-tanda datangnya hari kiamat. Beberapa contoh adalah kemunculan dajjal, fitnah merajalela, perzinaan sudah menjadi hal yang biasa, ghibah dan pergunjingan menjadi makanan sehari-hari, penyakit al wahn menghinggapi kebanyakan manusia. Al wahn (cinta dunia dan takut mati), sebuah penyakit yang harus dikikis dengan cara mempertebal keimanan kita pada Allah swt. Mati itu hak semua makhluk yang bernyawa, meski kita tidak mau dan protes, namun akan tetap saja datang. Ketika suami istri tidur kemudian di esok harinya sang istri atau sebaliknya sang suami, didapati sudah tidak bernyawa, apa yang bisa kita lakukan. Padahal, tanpa sadar dengan percaya diri yang tinggi ketika tidur yakin akan bangun kembali, namun pernahkah kita mengira dan mempersiapkan bahwa ketika tidur dan memejamkan itu adalah kali terakhir kita melihat dunia. Hampir semua orang belum siap jika bablas tidak bangun kembali. Lalu, besoknya terulang ketika bisa bangun masih belum bersyukur, dengan seenaknya tanpa pernah berterimakasih pada Allah swt atas nafas dan kesempatan kehidupan yang diberikan pada kita. Atau misalnya saja ketika ada anak kita yang jatuh sakit kemudian menjadi parah hingga akhirnya menghembuskan nyawa terakhir, kemudian kita mengumpat, mengutuk, bahkan seketika itu tidak percaya sama Tuhan karena diambilnya anaknya tersebut, itu membuktikan kita belum memaknai segalanya adalah barang titipan, barang pinjaman, yang harus dikembalikan kepada pemilikNya. Sudahkah kita melihat secara mata, dan diperjelas dengan hati nurani, dimana letak kesiapan kita? Itu hak Allah swt untuk mengambil sewaktu-waktu yang dititipkan kepada kita termasuk diri kita sendiri. Sehingga jangankan kehilangan harta, anak, kehilangan nyawa sendiri kalau itu sudah saatnya maka ikhlas dan ridholah karena itu yang bisa manusia mampu lakukan selaku makhluk. 
Apalagi jika sekedar datangnya problematika kehidupan. Kehidupan itu memang sebuah ujian dan hakekat ujian itu tidak mudah, rekasa (sulit), capek, dan menguras tenaga, pikiran dan emosional. Namun tarik nafaslah panjang dan beristighfar, mohon ampun, mohon dikuatkan. Semua rasa yang dimiliki itu sama, maksudnya adalah jika kita bahagia, orang lain juga pernah bahagia, jika kita sedih juga orang lain pernah sedih, jika kita mendapatkan masalah hidup juga orang lain pernah mendapat masalah hidup, jika kita mendapat sebuah kesuksesan orang lain juga pernah mendapat kesuksesan. Lalu kenapa kita takut gagal, dan ketika gagal berputus asa hingga bunuh diri? Sungguh pendek pikiran dan keputusan kita. Siapkan jiwa ini dengan ujian dan tantangan. Hadapi, minta jalan yang terbaik bagi kita. Ketika ujian sulit itu memang yang terbaik, ya ketika datang hadapi dengan lapang. Pernah suatu waktu, curhat masalah di media sosial menjadi sesuatu yang nge-trend, sehingga di facebook, twitter, atau media sosial lain banyak keluhan, curhat pribadi yang bukan pada semestinya. Hingga masalah suami istri, masalah keluarga di umbar ke publik, padahal tidak semua orang suka jika status kita mengganggu mereka. Curhatan itu belum tentu layak dikonsumsi oleh orang lain, belum tentu orang lain mau dan senang mendengar (atau membaca) keluhan kita. Hal yang naif manakala segala status pribadi mengungkapkan masalah yang benar-benar rahasia ditulis di media sosial. Apalagi seharusnya keluh kesah itu bukan ditujukan kepada manusia. Bukan ditujukan di media sosial. Berkeluh kesahlah kepada Allah swt di sepertiga malam ketika shalat qiyamaul lail atau shalat tahajud, mintalah keputusan yang terbaik. Dan ketika curhat kepada Allah swt, maka solusi akan kita dapatkan dan tidak membuat masalah baru. Berbeda ketika ketika curhat dan berkeluh kesah di media sosial, selain menghabiskan waktu, kadang mengganggu dan membuat ill-feel, juga bisa menimbulkan dampak yang lebih berbahaya kedepannya. Pikir lagi, ketika kita curhat dan menulis status di media sosial, it's okay, but in what cases?
Biasanya ketika diri ini ingin dihargai dan diakui oleh orang lain, di media sosial kita mengunggah dan mengumbar segala yang kita lakukan dan segala yang kita miliki, hari-hari penuh dengan kehidupan di dunia maya. Sampai-sampai kehidupan nyata kita lupakan. Hingga ibadah kepada Allah swt kita nomor sekian kan. Lupa waktu, lupa pekerjaan, lepas akan tanggungjawab, tugas tercecer dan lupa mengurus diri sendiri secara nyata. Apapun masalah kita keluh kesah dan curhatkan kepada Allah swt. Apa sih sejatinya media sosial, facebook, twitter? Kembalikan motivasi awal kita menggunakan fasilitas tersebut. Jangan sampai justru menjadikan kehidupan kita lebih terpuruk karena adanya media sosial. Seharusnya membuat kita lebih produktif, lebih cerdas, lebih bergairah, lebih bertanggungjawab, lebih takwa. Namun ketika penggunaan media sosial sudah kelewat batas, so, hidup kita hanya terbatas di media sosial yang sebetulnya penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Nikmati hidup ini, jangan sia-siakan waktu yang telah Allah berikan, jangan buang waktu percuma hanya dengan nongkrongin media sosial, bahkan secara luas internet, tapi lakukan di dunia nyata, karena untuk ibadah dan akhirat itu butuh tindakan konkret bukan sesuatu yang fana. Hati-hati kecanduan dengan internet, media sosial atapun gadget itu sama saja dengan memposisikan hal-hal tersebut sebagai tuhan kita dan melupakan sampai mengingkari keberadaan Pencipta Yang Sesungguhnya, Tuhan yang Maha Kuasa, Allah, Rabbul Izzati.
Sudahlah kenapa terlalu mengurusi hal-hal yang yang berbau unreal (maya), lebihkan untuk berkhidmat di lingkungan sekitar kita, buatlah prestasi, buatlah kreasi yang mantap dan membawa manfaat untuk masyarakat secara luas. Jadikan Allah dan Rasulnya sebagai saksi amal-amal kita, serta jadikan orang-orang mukmin menjadi saksi atas prestasi kita, batasi untuk media sosial sekarang juga.
Berikut teks Hortatory Exposition terkait media sosial untuk materi kelas XI:

People Shouldn't Share Their Problems In Social Network

Sharing problems in social network really annoys to other people and embarrass themselves who do it.

People who share their problems in social network really annoys to other people. As a user of social network, I feel like they are disturbing my vision with their status. I wanna see news from people updates, but when they use it for sharing their problems, it’s annoying.

Sharing problems in social network is embarrassing. People think that the person who posted it has a terrible life or even bad. Finally, I strongly agree that people should not share their problem in social network. It’s better for them to write their feeling in a book which called diary or they just have to share it with their friends.