Showing posts with label exposition. Show all posts
Showing posts with label exposition. Show all posts

Tuesday, February 27, 2018

Hortatory Exposition: Pendidikan Untuk Para Umahat

Tak biasanya seorang ayah seharian momong anaknya, mungkin yang lazim adalah si anak bersama ibu. Apalagi anak di bawah usia 5 tahun seringnya nyaman bersama ibu dan si ibu juga sebaliknya. Nah ketika anak bersama ayahnya, lha ibunya ngapain? Bisa jadi sedang sibuk, ada kegiatan penting dan agenda lainnya yang tidak memungkinkan untuk mengajak anak. Di jaman now sudah wajar jika dalam sebuah keluarga suami dan istri sama-sama kerja. Hal yang cukup aneh malahan ketika suami istri di rumah aja enggak pergi kerja alias sama-sama menganggur.
Adanya kesetaraan hak dalam bekerja, mengasuh anak, hingga menempuh pendidikan diantara pria dan wanita sudah berlangsung cukup lama. Sebelum kemerdekaan, bahkan ketika jaman perjuangan RA Kartini, disana ada gap atau kesenjangan, perbedaan hak antara pria dan wanita. Pemikiran yang notabene beranggapan bahwa wanita tidak penting untuk mengenyam pendidikan tinggi saat ini sudah tidak ada. Justru hambatannya adalah muncul dari dalam personal artinya masing-masing individu itu sendiri tidak melihat jenis kelamin apakah itu pria atau wanita. Secara umum memang wanita lebih telaten dan ulet sehingga beberapa fenomena menunjukkan tingkat kedisplinan misalnya di sebuah sekolah menunjukkan bahwa pelajar putri lebih unggul dibanding pelajar putra bahkan dalam prestasipun mereka diatas rata-rata, rajin dan tingkat kepatuhannya pada guru lebih tinggi sehingga mungkin saja mempengaruhi prestasinya dalam akademik. Di sisi lain secara populasi jumlah perempuan sekarang ini cenderung lebih banyak dibandingkan pria. Maka sekilas kaum hawa ini mendominasi dalam beberapa aspek.
Kesetaraan itu memang membawa dampak positif bagi kemajuan peran dan posisi wanita dalam partisipasinya untuk memajukan masyarakat baik mulai dari keluarga, tingkat desa, kota, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga skala nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Marilah kita sejenak melihat kontestan pilkada di jawa tengah, disana terdapat 2 pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Calon nomor 1 merupakan petahana dan mereka bapak-bapak semua, kemudian nomor urut 2 yaitu pak dirman sebagai calon gubernurnya dan bu ida sebagai calon wakil gubernurnya. Peluang ataupun kesempatan terhadap kaum wanita dalam bidang politik dan pemerintahan adalah sama dengan pria. Tinggal apakah para ibu-ibu di jawa tengah nantinya di bulan juni ketika pemilihan gubernur dan wakil gubernur, mereka akan memilih perwakilan dari perempuan, kita lihat saja. Adanya peluang penyerapan aspirasi akan hak-hak dan kepentingan kaum wanita yang katanya masih ada ketimpangan harusnya disikapi dengan memilih calon yang mengusung perwakilan ibu-ibu sehingga paling tidak nantinya lebih paham ketika ada persoalan maupun permasalahan terkait dengan hak wanita. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan terhadap kaum wanita dan meskipun beberapa kasus diantaranya memang karena si wanitanya tidak bisa menjaga dirinya sendiri alias cukup bodoh memperlakukan dirinya sebagai wanita yang mau ditindas oleh pihak tertentu.
Terkait dengan peranan dan peluang aspirasi yang seimbang antara kepentingan segenap rakyat, maka sebagai warga negara yang bijak dalam menyikapi event pilkada di tahun politik ini adalah harus melek politik dan tidak boleh apatis, belajarlah menjadi pemilih cerdas dan punya integritas. Alasan ataupun pertimbangan yang dijadikan dasar adalah bukan ketampanan maupun kekayaan dari si calon, melainkan integritas, track record, visi misi yang diusung hingga partai politik pendukung pasangan calon. Apakah partai yang mndukung itu dikenal sebagai sarang korupsi, sarang komunis, bahkan penindas rakyat kecil atau bukan. So, cerdaslah dalam memilih terutama wahai para kaum hawa dimana sekarang jamannya kesetaraan sehingga bagi ibu-ibu aspirasi tersebut disalurkan kepada perwakilan pengusung kepentingan para ibu-ibu di jawa tengah, ya tentunya memilih pasangan yang terdapat calon dari kaum wanita. Itulah pemilih yang tepat menyalurkan aspirasinya agar tidak menyesal selama 5 tahun.
Berikut teks hortatory tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi para wanita:
Higher Education for Woman
In this modern era, there are still some parents who are reluctant about sending their daughter to college. Such narrow attitude shown to woman higher education is largerly due to the traditional role of woman in society. A woman is expected just to be a wife and a mother most parents believe that if their daughter gets married and chooses to be a housewife, then the higher education will be a waste. However an educated woman does not only make a better wife but also contribute better thing to the large society.
Nowadays more women are successfully combining their career and marriage. Educated woman are richer both emotinally and financially. They are able to find an outlet for monotonous drugdery their housekeeping. They bring more satisfaction and contentment to their lives.
Depriving girl of higher education is crash discrimination. Time has changed. Modern society  need the talents of its people regardless of gender. Today women work alongside men. In fact, in the last few decades women have made outstanding contributions to society.
Woman should be given the freedom to be educated whether they get married or go to work after finishing their education because it is only through education that a woman will find herself useful and discover what she wants in life. Woman who work is not  an insult to her husband. Conversely, her husband should feel proud of her achievement since marriage is actually an equal partnership. Therefore, parents should not think that girls should receive less education just because they will got marriage one day.

Related Posts: