Sunday, April 8, 2018

Little Molly, Home Sweet Home

Sebuah kisah dari si kecil Molly yang tinggal  di sebuah kota kecil. Rumah yang di huni Molly terletak di pinggir sungai yang indah. Rumah mungil, sederhana namun cukup indah. Molly adalah anak putri satu-satunya dalam keluarga, orangtuanya tidak kaya, namun mereka hidup bahagia dan berkecukupan.
Si Molly ini semakin beranjak usianya, ternyata tidak begitu menyukai rumahnya yang kecil. Dan kalo diperhatikan dengan seksama ternyata rumahnya juga tidak begitu rapi, sehingga dalam dirinya ada perasaan kecewa dan kurang puas. Ia menyukai rumah yang jendelanya bersinar, berkilau bagaikan emas, yang terletak di puncak sebuah gunung. Ia sungguh tertarik dengan rumah tersebut. Rumah yang ia lihat itu menjadi rumah impiannya.
Semakin dia mencintai rumah dengan jendela emas yang berkilauan di puncak gunung, ia juga semakin membenci rumahnya sendiri. Walaupun demikian, rasa bencinya tidak ia ungkapkan kepada ayah ibunya. Ia hanya memendam rasa kecewanya di dalam hati. Ia memahami kondisi ekonomi keluarganya, sehingga ia tidak ingin menambah beban kedua orangtuanya untuk membuatkan dirinya rumah yang bagus nan berkilau. Di lubuk hatinya yang dalam, hasrat untuk memiliki rumah seperti yang dilihatnya masih membara, terus bergejolak.
Waktu terus berjalan, tahun berganti, Molly semakin tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan anggun. Di usianya yang ke-12 tahun, ia semakin berhasrat memiliki rumah dengan jendela emas yang berkilau, tidak seperti rumahnya yang jendelanya terbuat dari kayu dan sudah cukup lapuk. Ia semakin tumbuh dewasa, hingga ibunya suatu hari membolehkan Molly pergi jalan-jalan keluar rumah cukup jauh yakni untuk mendaki puncak gunung yang disana terdapat Rumah Jendela Emas. Ia mulai menyiapkan bekal perjalanan. Ia mendaki sampai ke puncak dengan usaha yang gigih dan mengeluarkan banyak tenaga. Ia gembira mampu sampai di puncak. Ia langsung bergegas menuju rumah yang dilihatnya sangat bagus itu. Semakin mendekat dengan rumah yang dimaksud, ia seakan tidak percaya dan sungguh kaget. Ternyata bangunan tersebut hanyalah bekas istana kuno yang tinggal puing-puing yang berserakan, sampah dan debu menghiasi istana yang lebih mirip rumah hantu tersebut. Bangunan kuno dan dindingnya berlumut, membuat kesan jorok. Ternyata yang selama ini ia lihat dari kejauhan hanyalah bangunan yang lebih jelek daripada rumahnya sendiri. Jendela yang berkilau seperti emas ternyata hanya pantulan sinar matahari yang mengenai kubangan air dekat puing rumah tersebut.
Molly menghela nafas, menghirup nafas panjang, ia lagi-lagi menemui kekecewaan. Kini ia melihat ke bawah persis dimana rumahnya berada. Disana terlihat sebuah rumah mungil yang asri, indah, jendelanya lebih bersinar terang, kuning keemasan. Itulah rumahnya yang selama ia benci. Rumah idaman dengan jendela emas yang berkilau ternyata sudah ia tinggali lama, dan rumah itu tidak lain adalah rumahnya sendiri.
Mampu Mensyukuri Yang Dimilikinya
Impian Molly memiliki rumah impian dengan segala kriteria pribadinya ternyata telah mengantarkan ia agar lebih belajar mensyukuri segala sesuatu yang ia miliki, bukan mengeluhkan sesuatu yang belum dimiliki. Belajar untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda, hal tersebut sesekali diperlukan. Sudut pandang yang keliru membuat jalan yang ditempuh juga keliru. Kesalahan akan berulang manakala ketika kita tersadar, kita tidak mampu membaca pintu hidayah yang sudah terbuka. Apa yang kita dambakan, impikan, cita-citakan ternyata sudah ada dalam diri kita sendiri. Contohnya saja Molly mendambakan istana (rumah) versi miliknya, dimana ia sendiri sejak lama tinggal di dalam rumah tersebut. Ide untuk mendaki gunung bukan ide yang buruk. Justru ia menjadi kenal lebih dekat dan mengetahui realita sesungguhnya. Tidak seindah yang ia bayangkan, tidak semegah yang ia pikirkan. Hanyalah bangunan tua, karena pantulan sinar matahari sajalah sehingga terlihat begitu istimewa.
Kedekatan Jiwa Dengan Sang Pencipta
Budak materialisme akan menuhankan kekayaan dan kemegahan serta harta duniawi dengan melupakan sisi moral, norma dan aturan agama. Unsur penghambaan yang overdosis telah menggejala di zaman penuh pragmatisme, serba instan, hedonis dan penuh tipu daya. Banyak orang sudah tidak lagi memegang nilai-nilai kejujuran, menjunjung nilai keadilan dan aturan hukum. Ia berani melanggar dan menabrak semua rambu-rambu tersebut, yang terpenting harta banyak, berkecukupan dan serba mewah tanpa peduli dengan sesama. Ia bahkan berani menggunakan jabatannya untuk menggencet dan menindas yang di bawah. Demi ambisinya akan penguasaan materi dunia.  Sungguh nyata, banyak orang cinta dunia yang telah melalaikan kampung akhirat. Kilauan dan gemerlap hingar bingar pesona dunia telah membutakan mata batin dan mengeraskan hatinya. Ia menjadi pribadi yang sudah tidak takut akan balasan, dosa, dan azab. Tidak mengenal rasa tanggungjawab apalagi bertingkah laku yang cermat dan amanah. Mudah tersinggung apabila ada yang mengingatkan, merasa dirinya paling berjasa atas keberhasilan hidupnya, melupakan peran Sang Pencipta.
Hamba dunia ini bukanlah bualan atau isapan jempol, atau omong kosong, sekarang ini sudah banyak merasuk dalam dada setiap manusia tanpa terkecuali seorang muslim. Tipuan dunia sungguh menyilaukan sehingga kita tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang keliru.
Kedekatan jiwa dengan sang khaliq dibutuhkan agar jiwa ini tidak terasa kering, kosong, sepi di tengah hingar bingar dunia. Materialisme semu, harta dunia yang sekedar fatamorgana, ambisi yang keliru maka semuanya itu harus diluruskan, benahi sudut pandang akan makna dari hidupnya kita di dunia. Eksisnya di dunia tidak selama dengan eksisnya manusia di akhirat. Kehidupan yang cuma beberapa tahun tidak ada artinya dengan akhirat yang tanpa batas. Sudahkah kita membenahi ambisi duniawi kita? Jangan terlalu jauh menyimpang, sangat berat sekali untuk kembali ke rel yang benar. Hanya pada Tuhan sajalah kita mengharap bimbinganNya agar kita menapaki jalur yang benar. Berdoa agar tetap digolongkan menjadi golongan orang-orang yang taqwa, menjadi hamba Nya yang berada dalam naungan rahmat serta hidayah Nya.
Cobalah tengok dari 24 jam sehari, lebih banyak untuk dunia atau kita abdikan pada Allah swt? Bisa jadi waktu hidup sehari selama 24 jam, tidak lebih dari setengahnya kita gunakan untuk hal yang sia-sia, belum lagi menit-menit yang berlalu untuk hal-hal maksiat dan dosa. Berapa kali beristighfar yang sudah kita ucapkan secara lisan manakala kita lalai ataupun bermaksiat? Berapa sering kita meminta ini itu, berdoa untuk hal yang sifatnya pribadi dan duniawi, namun jarang bibir ini beristighfar memohon ampunannya. Jangankan istighfar, bersyukur saja belum terbiasa kita lakukan.
Ayolah kawan semua, semakin canggih teknologi jangan sampai membuat diri ini lalai dengan persiapan kematian dan persiapan kehidupan setelah mati. Yang kita cari sebetulnya sudah ada dalam diri kita masing-masing. Ketenangan batin, ketentraman jiwa, kepuasan hati akan tercapai manakala mampu memaknai tiap menit yang kita miliki untuk hal yang positif. Beralihlah dari aktivitas dunia ansich menjadi aktivitas dunia yang bernilai akhirat. Sebagai manusia yang beragama maka ajaran agama yang harus dijadikan pedoman hidup. Iman itu perlu dipupuk dan dirawat agar tidak layu dan mati. Hati ini harus sering diberi nutrisi agar tidak tumpul dan keras. Menjadi manusia yang komitmen dalam agamanya butuh pembuktian. Hal itu antara lain adalah ujian hidup dengan bentuknya yang beragam. Semoga kita menjadi manusia yang memiliki energi positif dan mampu menularkan aura positif kepada orang lain. Salah satu jalan hidup pilihan generasi nabi dan sahabat adalah jalan dakwah, menyeru kepada kebaikan, menegakkan dan memperjuangkan syariat, serta menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Memiliki cita-cita mendapat rumah di surga dengan ridho Nya. Selagi kita masih bernafas, maka kesempatan masih terbuka lebar untuk menjadikan dunia ini sebagai ladang amal.
Molly and Golden Windows
Little Molly lived in a small beautiful town. Her tiny house was constructed on the banks of a beautiful river, near a mountain. She was the only daughter for her parents. Although they weren't very rich, they lived happily.
Molly did not like her house very much. She felt that the house was too small and not very neat. She liked the house on top of the mountain because of the glittering golden windows. The windows sparkled and glazed so beautifully that little Molly completely mesmerized. She went crazy for that the glittering golden windows and started to hate her home more. However, little Molly was so sweet and she understood the struggles her family was undergoing.
Years passed by and she grew up quickly. She became 12 years and looked very beautiful like a golden princess. She believed that she was supposed to live in a house with golden windows, not in an old wooden house.
As she grew older, her mom allowed her to move around her house. It was a holiday and she decided to climb the mountain and peek into the house with the golden windows. With so many struggles, she reached the top of the mountain.
She stood in front of the house and saw the dirtiest house, in fact the damaged castle with dark windows. The golden windows she saw were in fact the reflection of the dark and dirty windows. Suddenly, she looked at her home. A window in hers was shining like gold. She realized that the sun rays reflected in the water made the window glow. The truth was she lived in her dream home, the home with beautiful golden windows.
Questions
1. What was the main problem of the story?
A. Molly had an unhappy family living in a small house.
B. Molly's parents forbade her from going far from their house.
C. Molly wanted to stay in a big house with golden windows.
D. The large haouse on the top of the mountain was very dirty.
E. Molly failed to reach her dream house on the top of the mountain.

2. How did Molly feel on her arrival at the top of the mountain?
A. Queer
B. Afraid
C. Worried
D. Shocked
E. Pleased

3. What would happen if Molly never visited her dream house on the top of mountain?
A. She would know that house became dirty.
B. She would still dream to have that house.
C. She would leave her small house to live in that house.
D. She would look for another house with golden windows.
E. She would realize that her house was better than that house.

4. What can we learn from the story?
A. We should appreciate others.
B. We should be brave to face challenging.
C. We should be grateful for what we have.
D. We should work hard to achieve success.
E. We should be honest to the others.

Related Posts:

Saturday, March 31, 2018

Kamu Mau Ngapain Sih? Mau Ujian Sekolah?

Ketika jalan-jalan ke kandangserang beberapa waktu yang lalu, saya cukup berkesan dengan medan yang dilalui. Padahal saya sendiri asli orang kandangserang tetapi cukup surprise dengan kelok jalan menanjak yang dilalui. Saya bertempat di desa Tajur, sedangkan desa yang saya tuju adalah desa Sukoharjo. Dalam rangka visitasi calon peserta didik. Lokasinya persis di belakang SMP 2 Kandangserang. Sepeda motor yang saya kendarai cukup kuat dengan kondisi jalanan beraspal yang sudah mengelupas. Mogok 2 kali di tanjakan yang memaksa mas Dodi turun agar motor kembali kuat menanjak. Seandainya perjalanan dilakukan setiap hari maka bisa jadi saya lihai melewati rute tersebut, ini hanya masalah kebiasaan dan pembiasaan. Sekembalinya dari kegiatan visitasi, saya dengan tim dari madrasah mampir ke destinasi wisata watu ireng. Cukup refresh ketegangan yang saya alami setelah melewati medan yang menantang. Kegiatan jalan-jalan tersebut memakan waktu hampir 8 jam termasuk pulang dan pergi, berangkat dari Karanganyar sekitar pukul setengah sembilan pagi dan kembali sampai di madrasah sekitar pukul 4 sore, tentunya termasuk waktu istirahat dan sholat.
Jenis jalanan yang dilalui memang sulit tapi itu tidak menjadi hambatan berarti, karena memang misi kunjungan sudah diniati dan diagendakan secara matang sejak jauh-jauh hari. Maknanya adalah perencanaan adalah bentuk kesiapan, selalu merencanakan kegiatan dengan matang adalah bentuk keseriusan. Dan hal tersebut sangat membantu tercapainya misi dengan optimal. Seandainya melakukan kunjungan tersebut tanpa persiapan dan perencanaan yang matang bisa jadi gagal dilaksanakan, kalopun dilakukan maka hasilnya kurang memuaskan.
Nah apalagi bagi sobat semua siswa kelas akhir baik itu kelas 9 SMP/MTs ataupun kelas 12 SMA/MA, mau ngikuti serangkaian kegiatan ujian kok tanpa persiapan dan perencanaan yang matang, bakalan deh kecewa di akhir. Terkadang yang sudah disiapkan dengan belajar sungguh-sungguh aja, hasilnya masih jelek apalagi kok tanpa bekal apapun.
Kamu mau ngapain berangkat ujian kok malamnya tidak belajar, mau ujian sekolah atau cuma main ketemu teman doang? Tidak ada keberhasilan yang dicapai dengan santai-santai apalagi tanpa blueprint yang jelas. Paling tidak schedule (jadwal) telah tersusun dengan baik dan ditindaklanjuti dengan menjalankan jadwal tersebut secara disiplin. Apa yang dinginkan terkadang tidak semuanya bisa tercapai. Sama halnya tidak semua doa langsung dikabulkan sekaligus pada saat itu. Berharap hasil terbaik dengan menyiapkan untuk yang terburuk. Berusaha mati-matian agar mampu bertanding secara all out.
Ngomongin tentang serangkaian kegiatan yang dimiliki kelas akhir, dalam beberapa hari kedepan akan sibuk dan padat dengan jadwal ujian. Contoh di madrasah kami, rangkaian kegiatan yang disodorkan mulai dari ujian praktek, ulangan akhir semester, ujian akhir madrasah berbasis komputer, unbk dan terakhir ujian sekolah, pelepasan kelas akhir / farewell party, pengumuman hasil unbk, dst. Nah silahkan sobat semua ketahui kepadatan kegiatan masing-masing agar mampu mengatur waktu belajar dengan sebaik mungkin. Mendisiplinkan diri maka orang lain akan segan. Bersikap keras terhadap diri sendiri maka dunia ini akan lunak dan takluk di tangan kalian, sebaliknya malas-malasan tanpa kedisiplinan diri maka dunia ini yang akan bersikap keras terhadap kalian. Kebaikan dari proses belajar yang rutin nantinya akan kembali didapatkan oleh diri kita sendiri, bukan orang lain. Jangan pernah berpikir bahwa belajar itu hanya buang-buang waktu atau bahkan perbuatan yang sia-sia. Sekali-kali jangan membiarkan pikiran ini untuk malas, karena tanpa diminta saja rasa malas itu datang dengan sendirinya. Malas itu sudah hal yang lumrah dan biasa, maka menjadi luar biasa manakala kita mampu menjadi siswa yang disiplin dan tangguh dalam belajar. Kita mengetahui sendiri betapa banyak pelajar sekarang kehilangan jati diri, etika, sopan santun, dan semangat belajar karena memang perkembangan zaman yang telah mengikis sikap-sikap positif tersebut.
Jadilah manusia pembelajar, tak sungkan belajar secara mandiri, tak malu membaca di tengah kerumunan teman yang asyik ngobrol dan ngegosip, tetap percaya diri mengandalkan kemampuan sendiri di tengah-tengah budaya mencontek dan kecurangan lainnya dengan variasi bentuknya. Di bawah ini ada sedikit panduan dan contoh soal latihan untuk kegiatan ujian sekolah tingkat madrasah aliyah, cara mengunduhnya cukup dengan klik link tsb, pergunakan dengan bijak sebagai penambah wawasan dan pengetahuan:

Wednesday, March 28, 2018

Unduh Thor Ragnarok, Perseteruan & Musuh Bersama

Bagi pembaca yang sudah menonton Thor Ragnarok 2017 mesti tahu pria ganteng Chris Hemsworth, ia sebagai Thor putra Odin. Ada hal yang sedikit beda dibanding Thor versi sebelumnya yakni potongan rambut si doi. Ia di film Thor tersebut dikisahkan di tawan oleh Grandmaster dan pengikutnya yang ujung-ujungnya rambut panjangnya di potong. Hal yang istimewa lagi adalah tentang kekuatan Thor itu sendiri. Lebih dahsyat ia memiliki kekuatan tersembunyi sebagai putra petir. Ini tampak ketika ia melawan Hulk. Hancurnya palu (hammer) miliknya bukan menjadi sebab bagi dia untuk kehilangan kekuatan. Tidak bergantung pada senjata, akan tetapi sumber kekuatannya justru muncul dari dalam dirinya. Pribadi kuat dengan jiwa heroisme tinggi membuat dicintai rakyatnya. Kakaknya yang bernama Loki kerap membuat masalah dengan dia. Ini soal tahta, juga terkait perseteruan internal keluarga antara kakak beradik. Kerajaan Asgard telah kehilangan rajanya yang bernama Odin, yang tidak lain adalah ayah dari Thor dan Loki. Raja Odin yang telah wafat, membuat tahta Asgard kosong dan membuat rakyat kehilangan pimpinannya. Loki datang menyamar menjadi Odin, ia ahli dalam mengubah bentuk rupa. Hingga si adik datang kembali ke Asgard dan mengacaukan niat jahat Loki, yang ujung-ujungnya perseteruan lama muncul. Ternyata yang ditonjolkan dalam Thor Ragnarok bukan Loki sebagai musuh utama, melainkan Hela, ia adalah putri pertama Odin yang juga haus dengan tahta kekuasaan ayahnya. Ia sangat berambisi menguasai Asgard.
Musuh Bersama, Bersatu Mengalahkannya
Ada sebuah hikmah bagus yakni adanya rujuk, perbaikan hubungan antara Thor dan Loki untuk menghadapi Hela. Kekuatan yang dimiliki Hela sungguh di luar jangkauan Thor dan Loki. Palu yang dimiliki Thor saja mampu di hancur leburkan olehnya. Asgard takluk di tangan Hela. Ia seorang diri mampu menumpas semua tentara dan pengawal serta penjaga yang ada di kerajaan Asgard. Kekuatan yang mematikan dan merusak. Ada seorang penjaga kerajaan yang masih bersembunyi yakni Heimdall, ia mampu berhubungan dan berkomunikasi batin dengan Thor meski dalam jarak yang sangat jauh. Ia juga yang membantu Thor untuk memandu kembali datang ke Asgard untuk bertarung dengan Hela.
Musuh bersama itu adalah Hela. Thor dan Loki bahu membahu melawan Hela, mereka dibantu Heimdall dan rakyat Asgard. Sosok perempuan yang merupakan anggota Valkyrie juga turut bertarung bersama melawan kekuatan Hela. Masih  dalam usaha untuk menumbangkan Hela, Thor meminta Hulk ikut bergabung merapat, mengokohkan dan menguatkan pasukan yang dipimpin oleh Thor. Hingga Thor seorang diri beradu kekuatan melawan Hela, ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya yakni energi besar putra petir. Untuk sesaat usahanya berhasil menghentikan Hela. Namun bukan antagonis utama jika langsung kalah, Hela berhasil bangkit kembali, ia belum tamat. Jalan satu-satunya adalah membangkitkan kembali raksasa api Surtur yang pernah ditaklukan oleh Thor. Yaps, cerita selesai, Asgard hancur bersama tewasnya Hela di tangan Raksasa Surtur. Kerajaan Asgard bolehlah hancur tanpa sisa, namun rakyat Asgard tetap selamat. Selama Asgard masih ada di dalam dada setiap rakyatnya maka ia belum berakhir, secara fisik telah hancur berkeping-keping namun Asgard masih hidup dalam sanubari bangsanya.
Hikmah positif, kekuatan jahat sehebat apapun pasti tumbang dengan bersatu padu mengalahkannya. Filmnya sih boleh tentang fiksi dan dunia superhero Amerika, namun tidak ada salahnya mengambil benang merah yang memberi inspirasi bagi kita yang sedang berjuang mengalahkan pemimpin dzolim. Memaksakan diri untuk mengambil hikmah dari sebuah film yang ditonton. Di negara kita saat ini, ada mukidi polos namun tirani, ia lugu namun sangat bengis dan ambisius, tamak kekuasaan. Negara ini pelan-pelan dibuatnya hancur. Perlahan-lahan namun terasa, negara ini menjadi terseok-seok. Jalan satu-satunya adalah mengalahkan dia di pilpres 2019. Ini bukan hal mustahil untuk dilakukan. Ketika saat ini menjadi oposisi, artinya di luar pemerintahan, bayangkan saja seperti Thor tanpa palu (hammernya) namun masih memiliki kekuatan tersembunyi yang lebih dahsyat dari sekedar berada dalam pemerintahan.
Kesemrawutan dan gonjang ganjing masalah yang ada sudah menjadi bukti dari tidak pronya si mukidi terhadap kesejahteraan rakyat. Bolehlah ia didukung oleh finansial besar dari cukong, ataupun hidden man di negeri ini dengan gerombolan cebongnya dan banteng pendukung. Jangan gentar dan ragu, optimislah, yang muak dengan kinerja mukidi juga tidak sedikit, rakyat yang dikecewakan dengan janji palsunya sangat banyak, maka ia telah menjadi musuh bersama rakyat. Ganti presiden 2019 memang sebuah keharusan demi kebaikan dan masa depan Indonesia yang cerah. Kasihan generasi penerus jika dibebani dengan utang hingga 4000 triliun.
Bahu-membahu, bahkan mengoptimalkan bekas musuh untuk menumbangkan kekuatan mukidi. Siapa bekas musuh itu? Ada. Episode ini semakin menarik apalagi jika musuh bersama tersebut sudah mengalami kepanikan, tinggal kita tetap waspada merapatkan barisan, merajut kembali kekuatan ukhuwah dan tingkatkan kualitas ruhiyah. Sejarah besar sudah terjadi pada momen 212, maka keajaiban dari sebuah persatuan itu akan kita saksikan bersama di pilpres 2019. Ketidakadilan itu pasti ditumbangkan, diganti dengan penegakkan keadilan yang membawa kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Tidak perlu takut dengan ancaman musuh saat ini, biarkan intimidasi dan ancaman menguap hilang, tak goyah sedikitpun untuk tetap saling bergandengan tangan. Umat Islam harus meyakini bahwa kesempurnaan ajaran Islam itu tidak diragukan lagi, politik Islam itu ada sebagaimana adanya ekonomi syariah, karena Islam itu negara dan pemerintahan.Cakupannya sudah sesuai dengan kebutuhan manusia baik itu sejak era nabi Nuh hingga manusia terakhir yang hidup di bumi. Umat Islam harus percaya diri dengan Islam, so muliakanlah diri kita sebagai muslim dengan menjadi muslim yang taat. Saat ini butuh persatuan umat dalam bidang politik demi melawan tirani dan kesewenang-wenangan. Memiliki cara pandang, mindset (fikroh) yang benar. Salam jihad politik untuk tumbangkan pemimpin tirani! Semangat menyongsong pilpres 2019, presiden baru.
Unduh film Thor Ragnarok pada link berikut:

Related Posts:

Monday, March 26, 2018

Sepatu Dahlan, Kegigihan Membuahkan Keajaiban


Keajaiban (miracle) jangan terlalu diandalkan, artinya kita enggak boleh tergantung pada keajaiban. Di sebuah sinopsis film Sepatu Dahlan ini tergambar betapa keajaiban dengan sendirinya datang pada anak manusia yang gigih mewujudkan mimpi-mimpinya. Belajar tak harus bersanding dengan fasilitas mewah, agar belajar itu memberikan dampak nyata ia tak butuh kelengkapan fasilitas yang wah dan canggih, ia tetap bisa diraih dengan ketekunan. Betapa banyak murid yang dengan gadget canggih justru ia terkendala dalam belajarnya, hanya konsen pada tawaran fitur gadget tersebut bukan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran namun hanya sekedar hiburan dan media sosial saja. Di sisi lain tidak sedikit anak dengan segala keterbatasan mampu mewujudkan prestasi yang cemerlang dalam belajar. Jangankan gadget canggih dengan koneksi internet super cepat, sepatu saja ia tidak memilikinya. Berangkat ke sekolah harus berjalan kaki, belum lagi medan yang ditempuh bukanlah jalanan mulus tetapi berupa sungai, ladang, kebun, hingga jalan setapak penuh tanaman berduri. Jika panas terik membakar ia tak pantang menyerah bahkan ketika kondisi siang hari sepulang dari sekolah. Sesampai di rumah ia harus nyabit rumput untuk makan kambingnya. Menjadi sukses bukanlah tanpa hambatan, dikala ia harus membagi waktu dengan belajar dan menyabit rumput, ia harus ekstra tenaga untuk berlatih dengan tim bola volly di sekolahnya. Ujian besar itu datang, ibunya jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit di kota sehingga ia dan adiknya dihadapkan dengan kondisi kelaparan yang sangat. Hanya dia dan adiknya saja di rumah tanpa ditinggali bahan makanan, namun rasa lapar yang sangat itu tidak menyurutkan semangat agar tetap bersekolah dan berlatih volly serta menyabit rumput. Dirinya memiliki semangat yang sungguh kuat, namun adiknya sedikit berbeda, adiknya belum mampu menahan rasa lapar yang membuat perut melilit. Maka ia sebagai kakak terpaksa memutar otaknya bagaimana cara agar adiknya itu mampu menahan rasa lapar yang hebat. Ia keluarkan jurus jitu yakni mengikatkan sarung di perutnya dengan kencang dengan maksud mengganjal perut yang keroncongan. Namun apa boleh buat, si adik yang masih kecil tetap saja enggak mampu bertahan mengatasi kondisi lapar tersebut.
Ini memang diangkat dari kisah asli yaitu biografi Dahlan Iskan, dengan kemasan film yang cerdas, mendidik dan cukup menghibur ini nasihat-nasihat positif mampu ditampilkan secara lugas dan mudah dipahami oleh siapapun. Sangat cocok untuk pendongkrak semangat bagi para pejuang sejati, pecinta belajar, para orang-orang yang tidak puas dengan belajar hingga ingin terus belajar, untuk anak-anak muda yang haus akan ilmu dan tantangan. Cocok juga bagi para guru yang ingin menularkan semangat kepada muridnya.
Ujian yang lebih berat tatkala ibunya yang pulang dari rumah sakit dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Meninggalnya sang ibu menimbulkan goncangan batin yang cukup mendalam pada dirinya. Disinilah pentingnya sang ayah untuk terus memompa, memberi dorongan agar cita-cita si anak tetap berkobar menyala.
Doa tulus yang dilantunkan sang adik yang rutin dipanjatkan pada Tuhan juga membuat keajaiban tersendiri. Doa orang-orang yang menyayangi kita, doa orang-orang terdekat, dan doa para guru ternyata sungguh penting selain doa yang dipanjatkan oleh diri sendiri. Doa sang adik agar kakaknya memiliki sepatu akhirnya terkabul. Memang cita-cita tersebut terwujud dengan sukses, namun jangan sangka terkabulnya doa dan cita-cita itu mulus tanpa hambatan, tanpa aral melintang, tanpa batu ujian. Kegagalan bisa saja terjadi berkali-kali, jatuh bangun yang tidak cukup sekali, terseok-seok menapaki jalan menuju sukses bisa jadi sangat menyita waktu dan menyedot habis energi, namun janganlah berputus asa. Kendor dalam semangat harus disingkirkan, kegigihan itu akan muncul kembali jika kita menilik apa tujuan awal dari semua yang kita lakukan. Kegigihan juga harus berteman dengan kedisiplinan. Dahlan yang masuk dalam tim volly tidak serta merta ia menjadi pemain kunci dalam tim atau secara langsung keahliannya terasah. Semuanya itu harus ia dapatkan dengan susah payah, pingsan ketika berlatih ia sudah mengalaminya. Berolahraga tanpa sarapan pagi membuatnya menjadi lemas, tubuh tanpa suplai makanan yang cukup membuat tidak kuat untuk aktivitas yang berat. Setelah siuman dari pingsannya ia justru mendapatkan rezeki makan gratis plus dibungkuskan nasi untuk dibawa pulang kerumah dihadiahkan buat sang adik.
Keajaiban sangat dekat dengan Orang yang gigih
Mana mungkin mengharap keajaiban sedangkan kita sendiri hanya berpangku tangan. Harus ada usaha melayakkan (memantaskan) diri kita di hadapan Tuhan untuk memperoleh keajaiban, keberkahan dan penjagaan serta rahmat Nya. Sudahkah kita melayakkan diri kita?
Contoh saja sebagai muslim jika ingin layak mendapat pertolongan Allah maka ia sendiri harus menolong agamaNya. Dengan apa itu? Tentunya gigih berjuang, berdakwah, serta mengajak orang untuk berbuat kebaikan. Bersemangat kita melakukan kebaikan hingga berlomba-lomba bergegas melakukan kebaikan. Menikmati ibadah sholat, puasa ramadhan, zakat, dengan penuh ketulusan, enjoy melakukan ibadah-ibadah tersebut tanpa merasa terbebani sebagai kewajiban berat. Jika yang wajib/ yang fardhu sudah mampu dilaksanakan dengan enjoy, maka mulai menyukai mendawamkan ibadah sunah, sholat sunah, shaum sunah, dan mencintai sunah-sunah yang telah diajarkan oleh Rasul.
Jika belum mampu melaksanakan ibadah dengan enjoy gimana caranya? Paksa diri sendiri, gigihlah memaksa diri sendiri untuk selevel lebih tinggi dalam setiap harinya. Kegigihan itu membuahkan keajaiban, Allah swt akan mendekat pada orang-orang yang berniat mendekatkan diri pada Nya. Luarbiasa jika kesadaran hati, pintu hati, kelapangan jiwa, itu semuanya sudah dimiliki.
Milikilah cita-cita tinggi dan mulia. Bolehlah memiliki cita-cita dunia namun jangan tertipu dengan keberhasilan di dunia saja. Tapi berharaplah hingga cita-cita mulia yakni mendapatkan surga milik Allah dengan ridho Nya. Jadi cita-cita jangan terbatas pada keinginan punya sepatu bagus, mobil bagus, rumah bagus, pengen jadi profesor, dapat beasiswa keluar negeri, dll. Namun ketika semuanya itu didapat namun ternyata enggak mampu mengarahkan pada jalan ke surga tentunya sia-sia saja. Tambahkan nilai plus pada cita-cita yang dimiliki, agar punya sepatu bagus yang nantinya mampu menjembatani amalan ahli surga, menjadi profesor yang memberi manfaat pada umat dan agama, mendapat beasiswa kuliah ke luar negeri yang mampu bermanfaat terhadap dakwah, lebih-lebih jika memiliki cita-cita menjadi presiden kemudian keajaiban datang dan menjadi presiden sungguhan, maka jadilah seorang presiden yang dengan status presidennya itu mampu mengantarkan kita ke surganya Allah swt.
Teraturnya dalam Barisan Jamaah
Tokoh Dahlan dalam film Sepatu Dahlan, ia memiliki prestasi tinggi dalam bidang olahraga, ia menjadi pemain inti dalam tim bola voli sekolahnya. Ia hebat bukan untuk dirinya sendiri, ia hebat juga bukan berarti tim tidak membutuhkan orang lain. Menonjolkan diri dalam sebuah tim itu tidak perlu, karena sejatinya tim itu adalah skill kehebatan kolektif/ bersama Dengan saling mensupport, mendukung, dan saling mengisi maka tim menjadi hebat. Jangan merasa paling hebat dalam sebuah jamaah. Barisan itu akan rapi jika ada irama langkah, ritme gerak yang sama dari anggotanya. So, tokoh dahlan tetap menaati aturan agar rutin latihan dengan anggota tim lain, ia harus memiliki jiwa korsa semangat kebersamaan yang tinggi. Jangan pernah juga mengorbankan kelompok hanya gara-gara memuaskan ambisi individu semata. Hilangkan sifat egois dan ketamakan pribadi, maka tim tersebut menjadi hebat karena diisi orang-orang yang punya komitmen. Kehebatan itu muncul bukan karena kesempurnaan yang ada pada tiap anggota tim, namun kekurangan yang ada pada tiap individu itu ditutupi oleh keunggulan orang lain dalam timnya.
Unduh film Sepatu Dahlan pada link berikut:
1. Sepatu Dahlan 2014 webdl.mp4 (1.02 GB)
2. Dilan 1990 (2018) webdl.mp4 (1.06 GB)
3. Merantau 2009 Bluray.mp4 (673.4 MB)
4. Rudy Habibie 2016 webdl.mp4 (548.9 MB)


Saturday, March 24, 2018

Paddington 2, Kecerdasan Sosial, Merubah Karakter & Lingkungan

Pernahkah mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan rumahmu? Mulai dari kebiasaan orang-orang yang tinggal hingga suasana yang kalian rasakan, kenyamanan, kedamaian atau sebaliknya kebisingan, keegoisan, kekasaran dari penghuni yang ada. Kamu terbawa lingkungan kah? Artinya lingkungan itu membawa kamu, mewarnai bahkan merubah karaktermu, atau perubahan seperti apa yang kamu rasakan? Nah, sobat semua jika hal-hal tersebut menginternalisasi hingga masuk dalam perubahan sikap dan karakter maka berarti kita adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana, kurang memiliki pendirian, mudah diwarnai lingkungan atau lebih parahnya mudah terbawa arus. Mungkin tidak masalah jika lingkungan baik yang mewarnai diri kita, yang jadi polemik adalah jika ternyata lingkungan yang kita tinggali adalah tempat yang tidak kondusif sama sekali, tempat yang tanpa aturan, buruk dalam tatakrama, tanpa etika, penuh kejahatan dan kecurangan-kecurangan. Ada peribahasa yang menarik mengenai kondisi tempat terhadap pribadi orang, yakni jadilah seperti ikan di laut yang tidak ikut asin meskipun air lautan itu memiliki kadar garam yang tinggi. Diharapkan kita itu menjadi seseorang yang memiliki prinsip hidup, tidak mudah terbawa arus kehidupan, tidak mudah terjebak pragmatisme jaman, jangan kehilangan nilai-nilai luhur di tengah-tengah lingkungan yang mungkin saja sudah rusak.
Jadilah Agen Kebaikan
Film animasi berjudul Paddington 2, menceritakan seekor anak beruang yang diberi nama Paddington telah berhasil merubah kondisi lingkungan dimana ia tempati. Yang ia rubah bisa jadi tidak besar secara fisik maupun visual, namun yang ia tularkan adalah rasa kesadaran menjaga nilai-nilai baik, menurut Paddington adalah nasehat (ajaran) bibi Lucy. Ia menjadi agen kebaikan, sehingga banyak orang yang mulai dekat dengannya, tidak hanya dekat namun tumbuh rasa saling menyayangi, saling membantu dan memiliki karakter sebagai orang baik. Bahkan ketika kondisi sulit yaitu manakala si paddington di dakwa bersalah atas tuduhan pencurian sebuah buku, sehingga harus masuk jeruji besi, ia tetap menjaga nilai-nilai kebaikan itu ada dalam dirinya. Mampu merubah lingkungan penjara menjadi tempat yang lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Ia melakukan perubahan kecil dimulai dari dapur. Ia menularkan sikap kebaikan pada si koki yang bernama Knuckles. Dari sanalah bersemi benih persahabatan yang tulus didasari oleh sikap menjaga dan menghormati. Film animasi yang cukup bagus untuk mengajarkan nilai-nilai kepedulian sosial.
Agen kebaikan itu pada dasarnya harus mampu bertahan di segala kondisi dan segala tempat. Ia tetap tegar dan memiliki peran yang nyata untuk mewarnai lingkungannya. Ia memiliki misi besar merubah lingkungan dan penghuni yang tinggal di dalamnya. Ia menanamkan kesadaran akan pentingnya berbuat baik, akan manfaat saling membantu, keuntungan dari terwujudnya kondisi yang nyaman, tentram dan penuh kedamaian. Memberikan sumbangsih besar itu dimulai dari berpartisipasi akan hal-hal yang kecil. Lompatan yang besar dan tinggi sebaiknya diawali dengan lompatan-lompatan yang kecil, selain berguna sebagai praeksekusi juga bermanfaat untuk menyiapkan kondisi tubuh. Hal ini berarti lompatan besar yang terjadi dalam hidup kita akan benar-benar optimal manakala kita terlatih (terbiasa) melakukan lompatan-lompatan kecil. Amal yang besar bisa saja dilakukan tanpa ada awalan amal yang kecil, namun alangkah baiknya jika kebiasaan untuk melakukan amal kebaikan meskipun skalanya kecil senantiasa rutin dilakukan sehingga apabila berhasil melakukan amalan yang besar mampu dijaga keistiqomahannya. Kita tidak berharap air banjir yang datang sekaligus namun sungai yang mengalir terus menerus meskipun debit airnya sedikit, sungai alami yang tetap mampu bertahan di kemarau panjang sebagai mata air sumber kehidupan bagi lingkungan sekelilingnya. Maka kebermanfaatan yang dirasakanpun lebih optimal jika ada keistiqomahan di dalamnya.
Prinsip Berkesinambungan
Istimroriyah, kontinyuitas, tak lelah beramal, tak berhenti berkarya adalah prinsip agen kebaikan. Besarnya masalah yang dihadapi justru membuatnya gigih beraktivitas, memompa kobaran semangat, tertantang dirinya untuk menaklukan permasalahan.  Semakin besar masalah atau semakin tinggi tingkat kesulitan dari ujian yang datang, maka berbanggalah karena saat itu kita berada pada level tertinggi. Logika sederhananya seperti level dalam sebuah game di hp, komputer, internet dsb. Level 1 memiliki kesulitan tingkat 1, semakin bertambah levelnya bisa jadi musuhnya semakin bertambah dan kesulitan menjadi dua kali lipatnya. So, buat apa sedih, mengeluh, protes, marah-marah yang tidak berujung gara-gara masalah hidup yang dihadapi bertambah banyak, justru yang dilakukan semestinya adalah bersemangat untuk menghadapi masalah.
Kembali kedalam cerita Paddington tadi, ia tertuduh dan di penjara, namun masalah tersebut tidak membuatnya terpuruk, ngambek bahkan menghilangkan jati dirinya sebagai agen kebaikan, ia juga tidak berputus asa atas tuduhan sebagai pencuri yang tidak ia perbuat. Alih-alih mengelak dari tuduhan, ia malah mampu membangun kekuatan persahabatan dan menebarkan nilai-nilai kebaikan.
Dalam film saja banyak nilai kehidupan yang kita petik, apalagi kita sebagai pemeluk agama Islam yang dengan predikat (label) "muslim" seharusnya berbangga, kok kenyataannya malah kitalah yang terpuruk, terbelakang, mungkin termiskin. Memang kadar ketakwaan tidak ditentukan miskin kaya, pintar bodoh, maju ataupun terbelakang. Namun dibalik yang terjadi kebanyakan saat ini adalah tidak adanya kesadaran diri bahwa muslim itu adalah predikat terbaik, artinya manusia terbaik. Pribadi yang unggul tentunya mampu membawa kedamaian, kebermanfaatan dan juga pencerahan kepada lingkungan beserta orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Agen muslim mampu mewarnai masyarakat dan lingkungan yang kusam, menjadi lebih terang dan indah. Dengan apa kita mewarnai dunia? Dengan ajaran islam itu sendiri, jika masing-masing pribadi muslim melakukan tuntunan yang sesuai syariat maka pribadi unggul itu benar-benar melekat secara penuh. Bukan cap teroris, bukan cap plagiat, bukan cap bodoh, ataupun cap-cap yang lainnya yang diarahkan pada muslim. Ada 2 kemungkinan cap (julukan) itu muncul karena di framing (sengaja dilakukan oleh pihak yang anti Islam) dan cap itu muncul karena memang tingkat kesadaran umat yang rendah. Di Indonesia sepertinya alasan kedua yang lebih dominan. Kita jumpai orang yang ngakunya muslim namun shalat fardunya saja gak lengkap, sholat subuhnya gak pernah, dhuhurnya sering ditinggalkan apalagi kalo masalah baca Quran, bermacam-macam alasan yang mendorong untuk enggan membaca Al Quran. Nah ini tipe umat Islam yang mana? Kok masalah ibadah pribadinya saja banyak yang rapuh, urusan kewajiban dengan sang khaliqnya saja banyak yang diingkari, gimana mau juara, letak hebatnya dimana coba? Maka wajar saja kata unggul untuk umat ini masih jauh, pemeluknya saja kurang layak dijuluki muslim sejati. Islam terlihat jelek itu bisa jadi karena umatnya yang payah. Saat ini Islam mungkin kalah bukan karena musuhnya yang kuat, namun umat musllimnya saja yang lemah, loyo, mereka belum punya prinsip dasar Islam yang bagus.
Yups, jangan mau kalah dengan nilai-nilai kebaikan dari sebuah film animasi. Sebagai muslim itu banyak yang bisa kita perbuat untuk agama ini, untuk umat, bangsa dan negara. Caranya berbenah diri dengan memperbagus hubungan dengan Allah swt, so pasti keunggulan secara pribadi bahkan umat mampu disandang dan direbut kembali yang selama ini hilang dari umat muslim. Umat Islam ini menjadi umat yang terbaik bagi semesta alam syaratnya yakni dengan menjalankan ajaran Islam secara kaffah, syamil mutakamil, menyeluruh, dari aspek ubudiyah, sosial bahkan segi politik, umat ini harus mampu memberi warna. Mewarnai atau terwarnai? That is the choice, every single choices has own consequences. Pilihlah jalan yang sudah dicontohkan oleh Rasul yakni jalan dakwah. Terlahir untuk mewarnai, terlahir untuk berkhidmat, terlahir untuk mencerahkan, berkontribusi memberikan manfaat untuk umat dan alam semesta.
Unduh film animasi berikut ini dengan klik link:

Saturday, March 17, 2018

Pecinta Sejati, Taat & Meneladani

Yang setia, yang mengikuti arahan, dan otomatis mengerjakan perintah. Kita setia terhadap negara kita maka berarti menerima segala konsekuensi manakala negara ini membutuhkan pengorbanan dari para warga negaranya. Bukti sejarah menyebutkan bahwa banyak para pahlawan negeri ini yang gugur mengorbankan jiwa mereka demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kesetiaannya terhadap sang ibu pertiwi dibuktikan dengan bersimbah darah bertempur melawan penjajah asing. Para pahlawan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, memperjuangkan kemerdekaan, melawan segala bentuk penindasan terhadap rakyat. Mereka tidak taat terhadap pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu, sikap loyalnya terhadap amanat bangsa dan negara demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sudut pandang para pejuang adalah hidup merdeka, rela mati daripada berada dalam penindasan penjajahan pihak asing. Mungkin para pahlawan akan bersedih hati jika melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah penuh pengorbanan ribuan nyawa melayang, ternyata saat ini kemerdekaan itu hanya sekedar tataran wacana, retorika kata tanpa perwujudan nyata. Nyatanya banyak rakyat yang masih hidup kesusahan, nyatanya sebagian besar lulusan sarjana malah menjadi pengangguran, nyatanya kekayaan alam negeri ini belum mampu mengangkat martabat dan tingkat kemakmuran rakyat, lha dimana letak merdekanya?
Sumbangsih Setiap Warga Diperlukan
Peran serta nyata dari masyarakat yang cinta pada kemajuan bangsa dan negaranya adalah bisa diwujudkan dengan taat membayar pajak. Jika rakyatnya sudah taat membayar pajak maka diharapkan negaranya memiliki pendapatan yang optimal dari sisi pajak, itupun seandainya diperuntukkan untuk pembangunan dan program kesejahteraan rakyatnya. Bisa dibayangkan jika banyak warga yang cinta terhadap kedaulatan NKRI ini melaksanakan kewajiban membayar pajak, taat dan setia terhadap aturan hukum yang berlaku maka bukan hal yang aneh manakala peradaban bangsa ini menuju martabat yang tinggi menuju Indonesia maju itu terwujud, Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang saja. Coba fakta sekarang apa yang sedang terjadi? Si pemimpin sepertinya habis akal untuk memajukan negara dan bangsa, malah justru utang menumpuk, banyak janji  kampanyenya terlupakan alias mangkrak tidak terealisasi. Wajar jika rakyat memberikan label si pemimpin dengan julukan pinokio alias si hidung panjang karena hobinya tipu-tipu.
Kisah Pecinta Yang Setia dan Punya Komitmen
Sebut saja kisah ini adalah cerita pengantar tidur yang dibumbui dengan lika-liku pemuda pemudi yang dipenuhi perasaan saling menyukai. Orang yang memegang komitmennya biasanya memiliki integritas kepribadian yang tidak diragukan lagi, orang lain akan segan, menghormati dan memandang takzim padanya. Sebaliknya terhadap orang yang tidak memiliki integritas kepribadian maka sikap yang ditunjukkan adalah  makian, hujatan, celaan, mungkin bisa juga sumpah serapah. 
Alkisah jaman dahulu kala di suatu perkampungan hiduplah pemuda miskin yang jujur, kemiskinannya tersebut bukan akibat dari kejujurannya, melainkan di desa ia tinggal kebanyakan rakyatnya hidup miskin. Orang yang kaya dan memiliki harta berlimpah jumlahnya tidak banyak. Tinggalah juga di kampung tersebut seorang gadis cantik, ia giat bekerja, orangtuanya dari pihak keluarga berada. Banyak pemuda yang ingin melamar dirinya, termasuk pemuda miskin tadi. Pada suatu kesempatan si pemuda berhasil mendekati si gadis dan membisikkan suatu hal yakni ia ingin melamar dirinya agar menjadi istri yang sah. Si gadis pura-pura tidak mendengar bisikan sang pemuda tadi, ia hanya berlalu di hadapan pemuda tanpa bereaksi sama sekali.
Sang pemuda tidak kalah gigihnya, ia membisikkan kalimat yang sama manakala berkesempatan mendekati si gadis. Saking frekuensi yang terlalu sering dan responnya sama yakni tidak ada tanggapan sama sekali, semangat si pemuda hampir saja pudar. Suatu saat ketika ia mulai putus asa, ternyata si gadis menjawab bahwa ia mau menjadi istrinya asalkan dengan satu syarat si pemuda harus berlomba bertarung dengan pemuda lainnya yang juga memiliki niatan melamar dirinya.
Akhirnya hari perlombaan tiba, terkumpul 7 pemuda termasuk si pemuda miskin. Mereka bertanding satu sama lain untuk saling mengalahkan, ternyata sama-sama kuat. Tantangan kedua yaitu ketujuh pemuda tadi berlomba mengambil air di telaga yang berada di desa tersebut. Sampai suatu musibah terjadi yakni tiba-tiba tanggul yang berada di pinggir danau jebol oleh ombak misterius, ketujuh pemuda tadi terkena ombak, 5 pemuda terseret arus. Tinggal si pemuda dan temannya. Kondisi kelelahan di dalam air membuat mereka berdua tak mampu menolong kelima pemuda lainnya. Mereka berdua lapar, salah seorang diantara mereka mendapatkan ikan, lalu dimakanlah ikan mentah tersebut. Singkat cerita si pemuda miskin merasa haus hingga minum air sebanyak-banyaknya tanpa menyadari dirinya telah berubah bentuk menjadi ikan dari badan hingga kakinya. Temannya segera bergegas berlari ketakutan dan memberitahu penduduk setempat termasuk si gadis. Karena terlanjur berjanji pada sang pemuda maka si gadis tetap menunggu calon suaminya itu dan tidak mau menikah dengan pemuda lain.
Cerita diatas hanyalah sekedar dongeng atau hikayat tentang seorang perempuan yang berkomitmen terhadap janjinya, ia tidak mau mengingkari janjinya meski pemuda yang mencintai dirinya telah berubah menjadi ikan. Bagaimana rasa cinta telah menumbuhkan ketaatan dan kesetiaan terhadap pasangan.
Kesetiaan Menjadi Hal Yang Langka
Saat ini banyak cinta tak mampu bertahan dalam pembuktian berjalannya waktu. Cinta bertahan hanya pada masa pacaran, setelah menikah hanya bosan dan penyesalan. Kadangkala belum sampai ke jenjang pernikahan sudah mengalami percekcokan hingga perpisahan jalan terbaik. Yang sudah fase pernikahanpun terkadang ketidakcocokan itu justru muncul hingga perceraian menjadi jalan yang diambil. Bukan dikalangan remaja atau keluarga muda saja, bahkan selevel artis, kyai, tokoh pun kerap terjadi. Hal ini membuktikan bahwa cinta sejati itu yang bisa membuktikannya adalah waktu. Karena hanya dengan waktulah kesetiaan dari cinta dapat diukur, variabel lain tidak ada yang mampu memaknai cinta secara jujur. Artinya mereka yang sanggup bertahan saling mencintai hingga menua itulah yang memang benar-benar membuktikan kesetiaan dan komitmen cintanya, fisik boleh saja menua dan keriput namun cinta dan pengorbanan terhadap pasangan tak lekang oleh zaman. Hal ini memang langka terjadi, meskipun tetap ada. Pada dasarnya cinta terhadap makhluk atau sesama itu cinta fana yang akan berubah tergantung variabel cintanya; paras cantik, harta kekayaan, warisan, jabatan, bahkan tempat tinggal, dsb. Ketika semua variabel cinta semakin berkurang bahkan hilang dengan berjalannya waktu, maka kualitas cinta pun sirna. Karena hal tersebut cintanya bersifat materi yang tidak kekal. Mana ada wanita yang parasnya akan selalu cantik, kulitnya kencang, halus, pastilah keriput ketika umurnya terus bertambah. Usia lanjutnya telah membuat tubuhnya tidak indah lagi secara fisik. Maka jika variabel cintanya karena kecantikan pastilah hanya bertahan ketika si pasangan di usia 40, jika sudah mendekati 50 sudah melirik orang lain. Sebaliknya perempuan yang cintanya karena suaminya kaya raya, maka hartanya hanya bertahan 10 tahun setelah itu habis, maka habis pula cinta pada suaminya.
Tidak tepat jika cinta itu disandarkan pada manusia atau sesama makhluk. Tahukah jawabannya, pada siapakah seharusnya cinta itu benar-benar dicurahkan? Sebagian besar dari kita sepertinya sudah tahu dan paham jawabannya. Yang masih perlu diperbaiki adalah bukan jawabannya namun pembuktian cinta kita terhadap Rabb, Sang Khaliq, pencipta diri kita, alam semesta dengan segala isinya. Pembuktian cinta itu adalah taat pada perintahNya. Wujudnya kesetiaan kita pada Rasul adalah dengan meneladani beliau. Hingga cinta Allah dan RasulNya menjadi benar-benar nyata kita miliki yakni dengan pembuktian dalam bertindak, berperilaku, berbuat sesuai dalam koridor syariat. Pecinta sejati itu adalah yang taat dan mau meneladani sosok yang dicintai. Cinta pada manusia itu sah-sah saja, asalkan cinta pada orang yang tepat dan pantas untuk kita cintai, dengan tujuan rasa cinta tersebut mampu mendekatkan pada cinta yang hakiki pada Allah dan Rasulnya.
So, jika pemimpin sudah cinta pada Allah dan RasulNya, enggak mungkin deh ia melanggar janji, sumpah jabatan, apalagi menipu jutaan rakyatnya. Karena ia takut akan pertanggungjwabannya di hadapan Sang Khaliq. Rasulullah adalah teladan sejati bagi para pemimpin negeri yang benar-benar ingin memajukan bangsanya, memakmurkan negerinya, memberikan kesejahteraan yang layak pada penduduk yang tinggal di wilayah yang ia pimpin. Pilihlah pempimpin yang memilih dirinya taat pada Allah dan RasulNya, bukan pemimpin yang taat pada antek asing apalagi kapitalis.
Berikut sajian teks narrative faithful lovers tale:
The Faithful Lovers
The following story will be special for each of you who want to know the real meaning of love.
Hmm, there once lived a chief's daughter who had many admirers. All the young men in the village wanted to have her for a wife and were all eager to fill her skin bucket when she went to the brook for water.
There was a young man in the village. He was a good hunter; but he was poor and had a mean family. He loved the maiden and wished he could marry her. So, one day when she went for water, he threw his robe over her head while he whispered in her ear: “Will you marry me?”
For a long time the maiden acted as if she hadn’t heard anything, but one day she whispered back saying that she would be willing to marry him if he took a scalp.
So he made a war party of seven, himself and six other young men. Before they started, they sat down to smoke and rest beside a beautiful lake at the foot of a green knoll that rose from its shore. The knoll was covered with green grass and somehow as they looked at it they had a feeling that there was something about it that was mysterious or uncanny.
One of  the lover’s friends was so curious about it that he ventured into the knoll. Four of the young men followed. Having reached to the top of the knoll, all five began to jump and stamp about in sport.
But, suddenly they stopped. The knoll had begun to move toward the water. It was a gigantic turtle! The five men cried out in alarm and tried to run, but it was too late! They cried; but the others could do nothing. In just a few moments, the waves had closed over them.
The other two men: the lover and his friend went on, but with heavy hearts. After some days, they came to a river. Worn out with fatigue, the lover threw himself down on the bank. Fortunately, the lover’s friend came up to help him.
The following day, his friend told him that he found a fish which he had cleaned and asked him to eat the fish together. The lover said that if he ate the fish, his friend had to promise to fetch him all the water that he could drink. When they had eaten, the kettle was rinsed out and the lover’s friend brought it back with full of water. The lover drank the water at a draught. Again his friend filled the kettle at the river and again the lover drank it dry but still asked for more water. The lover’s friend then took the lover to the river. When the lover saw the river, he walked to the river, sprang in, and lying down in the water with his head toward land, drank greedily.
Then, he called out his friend. The friend came and was amazed to see that the lover was now a fish from his feet to his middle. Sick at heart, he ran off a little away and threw himself upon the ground in grief. After a while, he returned to find that the lover was now a fish up to his neck.
The friend went home and told his story. There was great mourning over the death of the five young men and for the lost lover. In the river, the lover had become a great fish and its fin was just above the surface. Canoes had to be portaged at great labor around the obstruction.
Meanwhile, the chief’s daughter mourned for her lover as for a husband and nobody could comfort her. Day by day, she sat inside her mother’s tepee with her head covered with her robe, silent, working, and working. Whenever her mother asked, the maiden did not reply.
The days lengthened into moons until a year had passed. And then the maiden arose. She left her mother’s tepee with holding lots of things in her hands. There were three pairs of moccasins, three pairs of leggings, three belts, three shirts, three head dresses with beautiful feathers, and sweet smelling tobacco.
One day she had a new canoe made. Then, the next morning she stepped into the canoe and floated slowly down the river toward the great fish. Her canoe came and stopped to the place where the great fin arose. One by one she laid her presents on the fish's back, scattering the feathers and tobacco over his broad spine.
“Oh, fish,” she cried, “oh, fish, you who were my lover, I shall not forget you.. Because you were lost for love of me, I shall never marry. All my life I shall remain a widow. Take these presents. And now leave the river, and let the waters run free, so my people may once more descend in their canoes.” Slowly the great fish sank, his broad fin disappeared, and the waters of the St. Croix (Stillwater) were free.


Related Posts:
3. Download Listening UN 2017