Sunday, July 29, 2018

Hello, Ku Tunggu Kamu Disini

Menunggu teman sepermainan sejak kecil, dengan lika-liku perjalanan waktu yang telah dilewati akhirnya bertemu kembali di usia dewasa.
Bagaimana mungkin pertemuan itu terjadi setelah lama bertahun-tahun terpisah? Sebuah takdir telah menghantarkan kepada suatu momen yang mengharukan.
Biarlah waktu yang memberikan harga pada sebuah kesabaran, kesetiaan, saling percaya dan terus berharap walau terkadang rasa putus asa menghampiri.
1. Jago main biola
Seenu si bocah kecil yang mengais penghidupannya dengan mengamen, ia mengandalkan perutnya pada biola bersenar satu miliknya. Ia mengamen di jalanan, perempatan, dan dekat lmpu lalu lintas.
Suatu hari secara kebetulan ketika ia hendak membeli makanan ia bertemu dengan gadis kecil. Ia yang pandai main biola tersebut menunjukkan keahliannya pada si gadis kecil itu.
Respon yang mengejutkan dari Junnu, ia berkomentar bahwa permainan biolanya itu tidak istimewa karena sekedar memainkan lagu orang lain, apa hebatnya membawakan lagu bukan miliknya. Maka Seenu tertantang untuk membuat lagu miliknya sendiri. Pertemuan tersebut membawa awal dari persahabatan mereka. Setiap hari ketika membeli jajan di tempat yang sama, mereka semakin bertambah akrab.
Seenu mengajak Junnu bermain, bahkan diajaknya naik pohon dimana ia tinggal. Ia memang jago main biola, namun ia juga memiliki kesulitan dalam mencari nafkah sehingga satu-satunya yang diandalkan adalah ngamen dengan biola bersenar satu. Rasa simpati Junnu tumbuh, ia yang memiliki latarbelakang dari keluarga berkecukupan membuat dirinya ingin membantu Seenu. Ia berkata pada Seenu agar beretemu pada jam tertentu ketika ia berangkat ke sekolah.
Junnu yang diantar menggunakan mobil, meminta pak sopir yang mengantarkannya agar melewati jalan yang sama setiap pagianya dengan tujuan ingin bertemu dengan Seenu. Setiap kali Seenu mengamen mendekati mobil yang Ia naiki, Junnu memberikan uang dalam jumlah besar dan meminta Seenu hanya mengamen pada jam itu.
2. Sengasara membawa nikmat
Sebuah ujian datang pada Seenu, uang yang diberikan dari Junnu dirampas oleh seorang anak gelandangan lainnya. Dimana di saat itu Junnu bertemu terakhir kalinya dengan Seenu. Dalam lembaran uang tersebut tertulis nomor handphone yang bisa dihubungi oleh Seenu. Dengan dirampasnya uang tersebutlah cerita kehidupan dirinya berubah.
Ia mengejar sekuat tenaga anak tadi, yang malangnya ia tertabrak mobil saat keluar dari gang. Cukup keras dan membuat tubuhnya terpental hingga tersungkur tak sadarkan diri. Seorang ibu berparuh baya keluar dari mobil dan menghubungi polisi dan juga membawa Seenu ke rumah sakit terdekat. Ini bukanlah kesalahan ibu tersebut, pun dengan Seenu, ia juga sejatinya tidak bisa disalahkan.
Dari musibah kecelakaan tersebut, sikap jujur dan lembut hati seorang anak jalanan membuka simpati si ibu. Seenu bocah yang baik budi, polos dan tidak seperti anak jalanan pada umumnya. Seenu justru mengkhawatirkan pengemudi yang menabrak dirinya. Kelembutan hati dan kejujuran merubah nasib jalur hidupnya. Hingga si ibu mengadopsi dirinya, ia dijadikan anak angkat dan diasuh oleh ibu tersebut.
3. Pemuda yang gesit
Ketika dewasa Seenu mengubah nama panggilannya menjadi Avinash yang menjadikan lebih bersemangat menatap masa depannya. Ia di dalam ingatan dan lubuk hatinya masih menyimpan nama Junnu si gadis kecil teman sepermainannya.
Di pagi hari ketika jogging, ia mendapatkan panggilan salah sambung dari seorang sopir taksi. Si sopir salah tekan nomor, Avinash kaget ketika mendengar suara alunan biola dari sambungan telepon tersebut dan ia mengenali bahwa yang memainkan tidak lain adalah si teman kecilnya. Ia penasaran sehingga berkata pada si sopir bahwa ia tidak salah sambung, selanjutnya Avinash bertanya dimana lokasi pak sopir tadi. Belum sempat mendengar jawaban dari si sopir taksi, handphone miliknya di rampas oleh seseorang. Kejadian yang sama persis ketika dulu seseorang merampas lembaran uang yang tertera nomor milik Junnu.
Ia seketika itu juga mengejar si pelaku. Disini ditampilkan adegan kejar-kejar gaya parkour, cukup menambah atraktif adegan film romansa sehingga lebih segar dengan aksi fisik. Tubuh gesit Avinash melompati tembok dan pagar rumah bahkan melompat di sela-sela bangunan bertingkat. Kejadian ini yang menghantarkan pada dirinya sindikat penjambret dan pencuri hp.
Di sebuah gudang tertutup handphone hasil rampasan dan curian di setting ulang untuk selanjutnya dijual kembali. Disebut sindikat karena ratusan hp dan melibatkan puluhan preman yang bekerja dalam jaringan tersebut. Sebetulnya yang ia butuhkan adalah nomor panggilan terakhir yang masuk di hp miliknya. Ia terpaksa menghajar habis segerombolan preman dan pekerja di gudang tersebut hingga ia dipinjami sepeda motor untuk mengejar truk kontainer yang membawa hp miliknya.
Film berjudul Hello ini memang tidak dibintangi oleh artis terkenal namun dikemas cukup menarik, dijamin tidak akan kecewa hingga melihat ending dari cerita film ini. Resensi sebuah film juga bisa dipakai untuk diambil faedahnya antara lain nilai sosial, nilai semangat juang dan tentunya nilai-nilai kehidupan yang secara universal diterima secara umum di seluruh penjuru negara manapun.
Karena sejatinya nilai kebaikan itu sejalan dengan fitrah manusia, dimanapun berada, apapun warganegaranya, tentunya sepakat bahwa berbuat kebaikan adalah inti dari kehidupan. Manusia akan bermakna manakala melakukan kebaikan dan kebermanfaatan pada orang lain, jika hanya terbatas pada diri sendiri maka sebetulnya ia tidak butuh untuk tinggal di seuatu masyarakat di negara manapun cukup tinggal di bunker bawah tanah maupun pulai terpencil.
Tetapi ternyata kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain itulah yang menjadikan dirinya harus eksis dengan kebaikan dan manfaat apa yang mampu ia berikan untuk dunia. Semakin banyak berbuat hal manfaat, maka eksistensi manusia semakin selaras dengan fitrah, sesuai dengan hakikat penciptaan dirinya, aku ada karena aku berguna. Begitulah mungkin idealnya seseorang hidup dengan motivasi yang tidak hanya baik, namun juga sesuai kodrat manusia. Tanyakan pada hati kecil kita, apa yang kita lakukan sambil menunggu ajal yang tidak lain kawan sejati kita? Tentunya tidak sekedar menunggu bukan? Think it wisely, kumpulan waktu yang ada tidak lain adalah usia yang harus benar-benar dioptimalkan. Jika sobat semua lihat film hello 2017 ini, maka dari tokoh Seenu dan Junnu dapat diambil pelajaran salah satunya tetap percaya pada taqdir yang Tuhan gariskan pada kita. Rasa percaya atau nama lainnya adalah iman harus dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang mengarah pada kepasrahan jalan hidup dengan bentuk ikhtiar yang tak henti-hentinya dilakukan. 
Usaha apakah yang sudah dilakukan dalam menjemput takdir? Tentunya do everything well, wisely and optimally! Jalan hidup yang dilakukan dan dipilih itu memiliki konsekuensinya sendiri. Pilihlah jalan yang menuju pada ketakwaan, okey bro? Tetap semangat menunggu di dunia, hingga bertemu dengan kematian yang membawa manusia pada alam akhirat. Nah, sambil menunggu lakukanlah banyak hal yang positif, produktif dan punya nilai amal shalih.
Unduh Hello 2017 klik link berikut ini:
1. Hello 2017 webdl.mp4 (2.26 GB)

Related Posts:


Tuesday, July 17, 2018

Selingkuh, Fatal Akibatnya di Blackmail

Tema selingkuh mewarnai dunia keluarga di berbagai negara, bahkan kadang berlaku pada pasangan yang belum resmi menikah bisa gebetan, pacar, tunangan dsb. Ada kisah pilu tentang nasib pelaku selingkuh. Sebut saja namanya Dev Kaushal yang diperankan oleh Irrfan Khan. Ia bekerja di sebuah perusahaan tisu toilet. Ia memiliki kebiasaan cukup aneh ketika buang air kecil maupun bab. Ia menyertakan foto wanita untuk ditempel di toilet, tidak disebutkan alasannya kenapa. Di tempat ia bekerja, diterapkan super hemat air hingga sekedar membasuh tangan kran air akan berfungsi selama 30 detik selebihnya air akan berhenti sendiri.
Dev Khausal ini telah memiliki pasangan yang sah, sudah menikah secara resmi. Hanya saja ia sering pulang kerja dari kantornya hingga larut malam. Ia baru akan pulang jika sudah pukul 23 alias 11 malam. Sesampainya di rumah sang istri telah tertidur larut. Begitu keesokan harinya jam 7 pagi ia berangkat ke kantor, sapaan dengan istrinya hanya sekedar formalitas belaka, bahkan saat sarapan pagipun terkadang hambar. Gaji yang kecil di perusahaannya itu membuat banyak tagihan yang belum terbayar. Cicilan air, kredit rumah, hingga listrik. Inilah yang memicu kekakuan komunikasi antara Dev dengan Reena (istrinya).
Suatu ketika sepulang dari kantor ia mendapatkan saran dari sahabatnya agar membawa bunga sebagai hadiah untuk sang istri. Berhubung ia pulang sudah larut malam, maka banyak toko bunga sudah tutup. Akhrnya yang ia lakukan adalah mengambil seeikat bunga yang masih segar dari sebuah makam. Bunga tersebut dibawanya ke rumah.
Nah, kejadian perselingkuhan diketahui oleh Dev saat ia hendak masuk ke kamar, ia mengintip lewat lubang di tembok bahwa reena, istrinya, sedang bermesraan dengan seorang pria di ranjang. Berawal dari kejadian tersebut terjadilah namanya pemerasan yang melingkar, disebut melingkar karena jalan cerita film ini unik dan khas. Yaps, film berjudul Blackmail patut di apresiasi baik dari cerita dan pesan moral. Untuk pengingatan bagi para pelaku selingkuh bahwa jalan yang mereka tempuh adalah sesuat yang salah dan berdampak fatal hingga nyawa dan kerusakan moral. Etika bisa tidak terpakai dalam tatanan sosial masyarakat. Seperti halnya kumpul kebo, berhubungan intim tanpa status yang jelas sama saja dengan membiarkan perzinahan dilegalkan dan dipertontonkan di masyarakat luas. Berikut link unduh untuk menonton hingga tuntas:


Related Posts:

Sunday, July 8, 2018

Gengsi Vs Kualitas Diri, Wah Si Nganu?

Baru lulus kuliah atau tamat sekolah? Masih nganggur? Begitulah pertanyaan yang kerap muncul, pusingnya gak terlalu sih, cuma gengsi dan malu kalo masih di rumah aja gak ada kerjaan. Apalagi tetangga sebelah asyik ngegosip perihal nganggurnya diri kita.
Beberapa orang di desa saya tetap enjoy dengan pekerjaannya sebagai petani meskipun harus bergulat dengan lumpur, terkadang sepulang dari sawah penampilannya dekil, kotor dan bau keringat. Sebaliknya ada beberapa orang yang lain enggak mau ke sawah apalagi nyangkul bahkan membajak sawah. Lebih baik ia nganggur daripada berpanas-panas ria di ladang. Kelompok yang terakhir ini cenderung gengsi. Sehingga sebuah fakta di desa saya hampir 90 persen pemuda maupun remaja lulusan sma sederajat maupun yang enggak sekolah lebih memilih merantau ke kota besar, seperti Jakarta, semarang, dsb. Eh ternyata di kota besarpun mereka akhirnya mau enggak mau jadi pekerja lapangan (istilahnya kuli kasar/buruh). Bedanya adalah kalo mudik bisa sewa mobil mewah dengan harapan citra dirinya sebagai kuli tidak terlihat.
Sejujurnya tidak ada yang salah dengan sebuah pekerjaan selama ia menghasilkan pendapatan untuk kehidupan diri dan keluarganya, tentunya dengan cara yang baik. Namun, sekali lagi ada orang yang lebih memilih kerja kantoran dengan gaji kecil namun ia duduk manis di dalam ruangan ber-ac, di belakang meja, dengan seragam kemeja bersih dan wangi. Dibandingkan misalnya jualan bubur ayam keliling kompleks, gang, perumahan, maupun jualan (pedagang kaki lima) di pasar.
Target untuk bekerja menjadi seorang karyawan maupun staff menjadi hal idaman, sehingga ratusan orang lulusan perguruan tinggi yang fresh graduate, antri lamar kesana kemari. Nyali berwiraswastanya masih rendah. Nah, ada fenome baru dengan adanya dampak positif media sosial, terutama kaum hawa dengan mengoptimalkan kelebihan fisiknya nyambi endorse sebuah produk tertentu, dengan demikian ia mendapat fee (fulus). Jualan online merebak.
Tahukah sobat semua? Ternyata yang namanya kerja sampingan tetap dikesampingkan. Banyak orang masih memburu pekerjaan favorit dan gaji pasti tiap bulan. Terbukti pelamar CPNS membludak, lowongan pekerjaan tersebut menjadi idola bagi para pencari kerja.
Tenaga kerja dan Lapangan Kerja
Pekerjaan pokok dengan gaji jutaan tiap bulan menjadi serbuan yang laris manis oleh para penganggur maupun orang yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski awal mulanya prinsip mereka adalah tetap bekerja meski upah kecil, dibandingkan menganggur.
Ini sebuah momok bagi pemerintah di negara berkembang seperti Indonesia untuk menyediakan lapangan kerja baru dengan upah yang pantas (biasanya masing-masing kota memiliki UMR). Perusahaan yang bergerak di bidang tertentu yang tergolong padat karya untuk saat ini sangat dibutuhkan. Apalagi beberapa masalah besar seperti hutang luar negeri, nilai tukar rupiah, kenaikan BBM, tarif listrik, dan kesulitan ekonomi lainnya. Hal tersebut jika tidak dicarikan solusi yang tepat bisa menimbulkan angka kriminalitas terutama yang berkaitan dengan penjambretan, perampokan, penipuan, peredaran uang palsu, hingga mudahnya orang-orang pengangguran tersebut dibeli dengan murah suara dan harga dirinya.
Pekerja Kasar Vs Pekerja Kantoran
Biasanya orang muda lebih suka tampil necis dibanding berpenampilan lusuh, bau keringat, kusam karena efek bekerja kasar meski terkadang bayarannya bisa jadi lebih banyak pekerja buruh kasar. Hal ini seperti sebuah kisah menarik dari buku bahasa Inggris yang saya baca. Cerita ini berisi tentang kisah seorsng pemuda bernama Alfred Bloggs dalam lika-liku memperoleh pekerjaan. Ia bekerja sebagai tukang sedot debu dan bagian bersih-bersih. Yang ia lakukan tergolong pekerjaan kasar. Ia sendiri tidak berkata yang sebenarnya pada sang istri terkait dengan pekerjaan ini. Istrinya bahkan mengira Alfred bekerja di sebuah perusahaan prestisius karena setiap pagi ia melihat suaminya berpakaian rapi, berkemeja putih, rapi, dan terlihat orang kantoran.
Memang Alfred memakai seragam kerja yang necis dan bergengsi. Sesampainya di tempat kerja, ia berganti seragam dengan pakaian lapangan sebagai pekerja kebersihan, bisa dibilang tukang sapu. Ini berlangsung lebih dari 2 tahun. Hingga akhirnya ia khawatir jika pekerjaannya tersebut diketahui oleh istrinya dan minta cerai. Ia berusaha mencari pekerjaan sebagai juru tuulis di kantor jasa, upahnya jauh lebih kecil dibanding sebagai pembersih debu. Namun, ia tenang karena lebih bergengsi dan yang jelas tidak perlu ganti baju maupun seragam kerja karena sekarang sudah benar-benar menjadi pekerja kantoran. Ia rela bergaji kecil demi gengsi dan wibawa versi istrinya.
Saya kira kalo di era sekarang di Indonesia, orang yang suka gengsi jumlahnya sedikit soalnya untuk nyari kerja saja sulit apalagi pilih-pilih kerjaan. Dapet kerjaan dan dibayar aja udah untung.
Bagaimana solusi untuk meningkatkan level kesejahteraan masyarakat jika mencari kerja saja sulitnya minta ampun apalagi bicara soal upah maupun gaji yang berstandar UMK. Memang dibutuhkan pemimpin yang tangkas dan terampil untuk mencari solusi dari masalah pengangguran ini, agar sejahtera bersama maka diperlukan sinergi antara program pemerintah dengan komponen lain misalnya perusahaan swasta. Meningkatkan sektor ekonomi dengan mengoptimalkan program padat karya baik industri jasa, seni, perdagangan maupun perusahaan BUMN/BUMD. Di sisi lain kualitas/skill tenaga kerja harus diutamakan sehingga kinerjanya bagus. So, selain pekerja, boss negeri ini juga harus mantap soal kinerja, kapasitasnya sebagai leader juga benar-benar mumpuni bukan hanya sekedar pencitraan semata.
Berikut ini teks berbahasa Inggris cerita tentang Alfred Bloggs dan pekerjaannya:

The Double Life of Alfred Bloggs
These days, people who do manual work often receive far more money than clerks who work in offices. People who work on offices are frequently referred to as white collar workers for the simple reason that that they usually wear a collar and tie to go to work. Such is human nature, that a great many people are often willing to sacrifice higher pay for the privilege of becoming white collar workers. This can give rise to curious situation, as it did in the case of Alfred Bloggs who work as a dustman for the Ellesmere Corporation.
When he got married, Alf was too embarrassed to say anything to his wife about his job. He simply told her that he worked for the corporation. Every morning, he left home dressed in a fine black suit. He then changed into overalls and spent the next eight hours as a dustman. Before returning home at night, he took a shower and changed back into his suit. Alf did this for over two years and his fellow dustmen kept his secret. Alfs wife has never discovered that she married a dustman and she never will, fo Alf has just found another job. He will soon be working in an office as a junior clerk. He will be earning only half as much as he used to, but he feels that his rise in status is well worth the loss of money. From now on, he will wear a suit all day and others will call him Mr Bloggs not Alf.







Related Posts:

Sunday, June 3, 2018

Nothing to Worry About, Tak Ada Yang Perlu Dicemaskan

Tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kondisi negara saat ini. Toh masih baik-baik saja, masih aman-aman saja. Banyak rakyat yang masih bisa makan. Di bulan puasa ini rakyat bisa menghemat makan. Harga-harga masih terkondisikan di pasar. Tak usah perlu was-was untuk hari esok, pergi kerja dapet uang ato tidak bahkan punya kerjaan ataupun tidak.Yaps, beberapa orang temanku bilang begitu ketika merespon hastag #2019GantiPresiden. Mungkin beliau-beliau ini perlu pencerahan agar tahu kondisi nyata, apalagi untuk anak cucu generasi penerus nantinya.
Tiada kekhawatiran memang bagus jika persepsi tersebut dimaknai sebagai sikap tawakal kepada Tuhan yang Maha Kuasa setelah melakukan ikhtiar ini dan itu. Jika belum melakukan apa-apa, apalagi menutup mata, telinga dan parahnya lagi menutup pikiran maka yang terjadi adalah adanya informasi kurang berimbang karena telah menjadi korban media yang mencoba memberitakan (melakukan) pencitraan terhadap pemimpin saat ini. Hal demikian dikatakan terlalu menutup diri karena tidak mau tahu dan membuka kesadaran diri bahwa sekarang ada sesuatu yang tidak beres dengan dengan kondisi bangsa khususnya nahkoda yang memimpin. Jelas-jelas sudah banyak janji yang tidak ditunaikan. Jangankan ketika menjadi orang nomor 1, ketika menjadi walikota dan gubernur saja sudah melanggar janjinya bahwa akan memimpin selama 5 tahun tidak meninggalkannya di tengah jalan. Buktinya, belum sampe 5 tahun jadi walikota, ia berambisi jadi gubernur. Eh, urusan di Jakarta belum beres 5 tahun, ia demi ambisinya sekaligus memanfaatkan kepolosan dan kesederhanaannya (hasil pencitraan) maju ke pilpres. Dan ketahuan deh, ternyata selama ini  prestasi yang kelihatan moncer tersebut bukan 100% kenyataan, hanya karena sudut kamera yang sudah pas (bantuan media dan cukong aseng).
Intinya, jangan percaya sama pemimpin yang suka ingkar janji alias pandai berbohong jika tidak ingin urusan negara dan bangsa ini tambah amburadul. Kasihan generasi pelanjut tongkat estafet bangsa akan diwarisi puluhan masalah-masalah yang besar akibat salah urus negara di masa sekarang.
Ada cerita terkait orang yang terlalu over self confidence dengan sebuah keadaan yang sedang dialaminya. Cerita ini tentang orang yang bepergian melewati jalanan yang rusak. Dikisahkan sekelompok remaja pergi touring menggunakan jeep offroad. Yang memegang kemudi sebut saja namanya Bruce. Ia sangat yakin dengan medan yang dilaluinya. Ketika 2 orang temannya mengingatkan bahwa perkampungan selanjutnya masih jauh, si Bruce ini tetap gigih dengan keinginannya melanjutkan perjalanan. Ketika baru saja keluar dari satu kampung yang disinggahi di depan mereka terpampang jalanan yang berlubang dan kerikil yang berserakan di badan jalan. Kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Karena kendaraan yang digunakan jenis offroad maka tiada kekhawatiran bagi Bruce untuk terus melaju. Dengan sesekali melihat peta, ia meyakinkan kepada temannya bahwa desa selanjutnya hanya berjarak kurang lebih 20 mil jauhnya.
Mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi karena untuk menghemat waktu agar segera sampai di desa berikutnya. Kondisi jalan yang semakin jelek, lubang yang banyak menganga dan kerikil yang juga bertebaran membuat mobil terkadang sedikit oleng ke kanan dan ke kiri. Temannya di belakang semakin khawatir kalau-kalau mesin dan tangki oli maupun bahan bakar bocor terkena  benturan batu sepanjang jalan yang berlubang. Namun jawab Bruce apa? Tak perlu banyak kekhawatiran akan hal tersebut karena ia sudah terampil untuk jenis jalan medan offroad seperti itu.
Mereka sedikit lega karena jalanan berlubang dan berbatu sudah tidak ada, di depan mereka hanya terdapat hamparan padang rumput dan semak belukar yang luas.  Kendaraan terus melaju dengan kecepatan masih tinggi, hingga tiba-tiba Bruce menghentikan kendaraan ketika di depannya terdapat retakan yang membentuk kubangan yang cukup lebar dan dalam. Bruce meminta temannya untuk mengecek kubangan tersebut, alih-alih dia hanya duduk di dalam mobil sambil mengamati temannya tersebut. Laporannya ternyata kubangan itu lebar sekitar 2 kaki atau kurang lebih hampir 1 meter dan kedalaman mencapai 4 kaki (kira-ra 1,5 meter). Menyikapi laporan dari temannya, Bruce langsung tancap gas. Ketika sudah masuk kubangan mobil berhenti manakala tanda oli di meteran bahan bakar menunjukan kosong alias kehabisan. Jelaslah ada kebocoran disana. Disitulah ending dari terlalu keras kepala, rasa khawatir disini bukan dimaknai galau namun diartikan sebuah kewaspadaan dan kehati-hatian agar tidak terlalu ugal-ugalan atau sembrono dalam mengemudi. Ditambah lagi medan yang dilalui di kondisi jalanan yang tidak normal, penuh lubang dan kerikil.
Cerita ini mirip kenyataan kondisi jalan raya Bojong-Wiradesa yang jadi korban truk besar pengangkut material dan tanah proyek jalan tol pantura. Kerusakan jalan yang sudah cukup parah. Sudah banyak memakan korban jiwa hingga meninggal di tempat, baik karena kecelakaan tunggal sebab jalan yang berlubang maupun serempetan bahkan tabrakan karena sama-sama mencari jalur yang tidak rusak. Itulah proyek tol yang saat ini kurang memperhatikan keberadaan jalan dan pengguna jalan raya di sekitar proyek tol tersebut.
Ada makna lain menurut subjektif penulis yaitu terkait pengemudi yang sembrono terlalu meremehkan dan menggampangkan urusan, dengan slogan ora usah khawatir, tenang saja kondisi masih aman terkendali, dsb. Pengemudi (sopir) di cerita Bruce ini dianalogikan sebagai pemimpin yang ngakunya berprestasi dan capable dalam memimpin (over), sehingga saran dari temannya tidak dihiraukan lagi. Dengan kondisi jalan rusak ia tetap menggeber laju kendaraannya sekencang-kencangnya hingga oleng. Untungnya tidak terbalik. Namun keteledorannya tersebut akhirnya dipetik dengan bocornya tangki oli mesin karena benturan keras dengan batu. Begitupun pemimpin yang kurang peka terhadap masalah rakyat dan negaranya saat ini. Kondisi utang negara yang sangat besar, impor yang dilakukan yang tidak mempertimbangkan rakyatnya sendiri, tenaga kerja asing yang membuat cemburu rakyatnya di saat susah cari kerja dan penghasilan, kebijakan menaikkan BBM yang kurang memihak rakyat kecil, listrik naik, dan belum lagi masalah penanganan hukum, penuntasan kasus korupsi e-ktp, blbi, serta kebijakan dalam bidang ekonomi, rupiah melemah terhadap dolar, dll. Justru ia sibuk membangun image positif dirinya sendiri demi maju lagi di pilpres. Sebetulnya mudah saja agar rakyat simpati, tunaikan seluruh janji-janji politiknya sewaktu kampanye mencalonkan dirinya pada pilpres 2014 yang lalu bukan dengan cara pembodohan publik ataupun pencitraan belaka. Alih-alih terbuka terhadap kritikan dan masukan, eh malah memperalat Pancasila dengan milik segolongan kelompok saja. Yang mengkritik dirinya dianggap anti Pancasila. Padahal beberapa kasus terjadi justru partai dari pendukungnya berlaku radikal dan anarkis terhadap salah seorang wartawan radar bogor ketika terjadi penggerebekan di kantor media tersebut. Wis piye jal, yang pancasilais malah sering berlaku mirip preman jalanan.
Artikel cerita touring melewati jalanan rusak disadur dari text spoof berbahasa Inggris, berikut teksnya:
The rough road across the plain soon became so bad that we tried to get Bruce to drive back to the village we had cme from. Even though the road was littered with boulders and pitted with holes, Bruce was not in the least perturbed. Glancing at his map, he informed us that the next village was a mere twenty miles away. It was not that Bruce always underestimated the difficulties. He simply had no sense danger at all. No matter the conditions were, he believed that a car should be driven as fast as it could possibly go.
As we bumped over the dusty track, we swerved to avoid large boulders. The wheels scooped up the stones which hammered ominously under the car. We felt sure that sooner or later a stone would rip a hole in our patrol tank or damage the engine. Because of this, we kept looking back, wondering if we were leaving a trail of oil and petrol behind us.
What a relief it was when the boulders suddenly disappeared, giving way to a stretch of plain where the only obstacles were clumps of bushes. But there was  worse to come. Just ahead of us there was a huge fissure. In response to renewed pleadings, Bruce stopped. Though we all got out to examine the fissure, he remained in the car. We informed him that the fissure extended for fifty yards and was two feet wide and four feet deep. Even this had no effect. Bruce engaged low gear and drove at a terrifying speed, keeping the front wheel astride the crack as he followed its zig-zag course. Before we had time to worry about what might happen, we were back on the plain again. Bruce consulted the map once more  and told us that the village was now only fifteen miles away. Our next obstacle was a shallow pool of water about half a mile across. Bruce charged at it, but in the middle, the car came to a grinding halt. A yellow light on the dashboard flashed angrily and Bruce cheerfully announced that there was no oil in the engine!


Related Posts:

Thursday, May 24, 2018

Welcome to The Jungle, Bukan Hukum Rimba

Selamat datang di hutan, ada frase negatif jika diterapkan untuk kondisi hukum di negara saat ini yaitu hukum rimba. Siapa yang kuat, dia yang menang. Sisi mengayomi yang tertindas, terlihat sangat kurang. Tertindas berarti bukan dia itu minoritas namun dari sisi pembelaan dan penyikapan masalah hukum. Minoritas yang kuat dengan uangnya mampu mempengaruhi keputusan hukum lewat peradilan yang ada. Hukum rimba, baca saja seperti itu. Nyatanya demikian, proses hukum yang tidak fair terlihat sekali di masa pemerintahan periode 2014 - 2019, sekarang sudah 2018 kurang dari 1 tahun hampir selesai namun mampu menunjukkan keadilan di mata hukum.
Masih ingat beberapa kebijakan pemerintah yang sempat bikin blunder? Yang terbaru misalnya menteri agama mengeluarkan list 200 mubaligh versi pemerintah, ini justru memecah belah umat Islam. Memecah belahnya dimana? Indonesia itu sangat luas dengan jumlah pemeluk agama Islam yang banyak, jumlah masjid saja lebih dari 200 se-Indonesia. Hal yang sama juga dengan jumlah dai/ mubaligh se-Indonesia, mengapa dai/ mubaligh yang legal untuk berceramah hanya berjumlah 200 saja? Kan nyeleneh itu namanya. Belum lagi ada daftar dai yang sudah almarhum. So, pemerintah itu jangan suka-suka dalam membuat aturan maupun kebijakan, ini kaitannya dengan bangsa bukan selevel RT/RW. Jika ada salah sedikit saja bisa berdampak besar bagi stabilitas negara dan bangsa. Jangan semena-mena dengan kekuasaan yang sekarang dimiliki. Negara ini bukanlah hutan rimba dimana yang kuat dialah yang menang, bukan. Namun pemerintah justru harus membuat aturan dan kebijakan yang membuat bangsa ini tentram, alias tidak bikin suasana gaduh. Keadilan harus ditegakkan setinggi-tingginya, maka rakyat akan trust pada pemerintah itu sendiri.
Jika penguasa itu memiliki mental diktator dan penindas, bengis, berat sebelah, tidak adil, bahkan lebih mengedepankan keuntungan material, negara di bisniskan, bukan rakyat yang dikedepankan maka sama saja negara ini tanpa aturan. Negara diliputi kegelapan, awan gelap yang mendukung semangat berbuat curang, kejahatan, dan kelicikan yang lebih pro pada praktek-praktek neo liberal.
Yaps, kondisi yang belum stabil terus menerus bisa membuat peluang terjadinya collapse alias tumbangnya kehormatan bangsa dan negara. Pemerintah yang semrawut bisa jadi dikarenakan oleh apaturnya (secara personalnya) belum memiliki integritas. Ditambah lagi mental birokrasi yang panjang, rumit, dan berpeluang menyuburkan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Padahal ini sudah melewati fase reformasi yang menentang segala bentuk praktek KKN.
Bolehlah kita menyebutnya selamat datang di hutan belantara, dimana yang kuatlah yang menang, rakyat lemah tidak mendapat pengayoman dan perlindungan yang layak, yang punya duit yang berkuasa sedangkan yang miskin semakin tertindas tanpa bisa bersuara. Yaps, karena suara mereka juga sudah terbeli dengan uang. Sungguh miris, jika hal tersebut benar-benar terjadi. Butuh pahlawan untuk menyelamatkan kondisi yang buruk ini agar bisa kembali ke arah masa depan bangsa yang cerah. Butuh nahkoda yang piawai dalam memimpin negara dan bangsa. Yang berwibawa, cerdas dan amanah. Ternyata rakyat mampu mengumpulkan kekuatan untuk menumbangkan pemimpin yang kurang kredibel, suka berbohong, apalagi lebih mementingkan gerombolannya saja. Dengan kekuatan media sosial sepertinya bisa menjadi alternatif solusi untuk menyalurkan semangat kebenaran dan keadilan.
Tema tulisan di artikel ini seperti sebuah judul film Jumanji: Welcome to the Jungle di tahun 2017 yang menceritakan sekelompok pemuda yang bermain game papan dimana misinya menyelamatkan hutan dari pengaruh kekuatan yang jahat, agar hutan kembali normal sedia kala. Para jagoan tersebut masing-masing memiliki skill dan talenta yang berbeda, mereka hebat pada posisinya masing-masing. Sangat profesional, melakukan kerja berdasarkan keahliannya. Mengurusi masalah yang menjadi bidangnya, bukan mengurusi urusan di luar bidang keahlian yang dimiliki. Coba lihat beberapa menteri saat ini, mereka mengurusi masalahnya sendiri belum selesai eh malah ngurusi urusan menteri lain. Beberapa juga membuat kecewa banyak rakyat dengan kebijakkannya dan omongannya yang kadang menyakiti hati rakyat.
Ini dia tautan unduhan untuk film Jumanji 2017:
1. Jumanji: Welcome to the Jungle 2017 HDTS.mkv (901.5 MB) [sub indo]
2. Jumanji: Welcome to the Jungle 2017 bluray.mkv (950.3 MB) [sub indo]

Related Posts: