Showing posts with label spoof. Show all posts
Showing posts with label spoof. Show all posts

Sunday, June 3, 2018

Nothing to Worry About, Tak Ada Yang Perlu Dicemaskan

Tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kondisi negara saat ini. Toh masih baik-baik saja, masih aman-aman saja. Banyak rakyat yang masih bisa makan. Di bulan puasa ini rakyat bisa menghemat makan. Harga-harga masih terkondisikan di pasar. Tak usah perlu was-was untuk hari esok, pergi kerja dapet uang ato tidak bahkan punya kerjaan ataupun tidak.Yaps, beberapa orang temanku bilang begitu ketika merespon hastag #2019GantiPresiden. Mungkin beliau-beliau ini perlu pencerahan agar tahu kondisi nyata, apalagi untuk anak cucu generasi penerus nantinya.
Tiada kekhawatiran memang bagus jika persepsi tersebut dimaknai sebagai sikap tawakal kepada Tuhan yang Maha Kuasa setelah melakukan ikhtiar ini dan itu. Jika belum melakukan apa-apa, apalagi menutup mata, telinga dan parahnya lagi menutup pikiran maka yang terjadi adalah adanya informasi kurang berimbang karena telah menjadi korban media yang mencoba memberitakan (melakukan) pencitraan terhadap pemimpin saat ini. Hal demikian dikatakan terlalu menutup diri karena tidak mau tahu dan membuka kesadaran diri bahwa sekarang ada sesuatu yang tidak beres dengan dengan kondisi bangsa khususnya nahkoda yang memimpin. Jelas-jelas sudah banyak janji yang tidak ditunaikan. Jangankan ketika menjadi orang nomor 1, ketika menjadi walikota dan gubernur saja sudah melanggar janjinya bahwa akan memimpin selama 5 tahun tidak meninggalkannya di tengah jalan. Buktinya, belum sampe 5 tahun jadi walikota, ia berambisi jadi gubernur. Eh, urusan di Jakarta belum beres 5 tahun, ia demi ambisinya sekaligus memanfaatkan kepolosan dan kesederhanaannya (hasil pencitraan) maju ke pilpres. Dan ketahuan deh, ternyata selama ini  prestasi yang kelihatan moncer tersebut bukan 100% kenyataan, hanya karena sudut kamera yang sudah pas (bantuan media dan cukong aseng).
Intinya, jangan percaya sama pemimpin yang suka ingkar janji alias pandai berbohong jika tidak ingin urusan negara dan bangsa ini tambah amburadul. Kasihan generasi pelanjut tongkat estafet bangsa akan diwarisi puluhan masalah-masalah yang besar akibat salah urus negara di masa sekarang.
Ada cerita terkait orang yang terlalu over self confidence dengan sebuah keadaan yang sedang dialaminya. Cerita ini tentang orang yang bepergian melewati jalanan yang rusak. Dikisahkan sekelompok remaja pergi touring menggunakan jeep offroad. Yang memegang kemudi sebut saja namanya Bruce. Ia sangat yakin dengan medan yang dilaluinya. Ketika 2 orang temannya mengingatkan bahwa perkampungan selanjutnya masih jauh, si Bruce ini tetap gigih dengan keinginannya melanjutkan perjalanan. Ketika baru saja keluar dari satu kampung yang disinggahi di depan mereka terpampang jalanan yang berlubang dan kerikil yang berserakan di badan jalan. Kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Karena kendaraan yang digunakan jenis offroad maka tiada kekhawatiran bagi Bruce untuk terus melaju. Dengan sesekali melihat peta, ia meyakinkan kepada temannya bahwa desa selanjutnya hanya berjarak kurang lebih 20 mil jauhnya.
Mobil tersebut melaju dengan kecepatan tinggi karena untuk menghemat waktu agar segera sampai di desa berikutnya. Kondisi jalan yang semakin jelek, lubang yang banyak menganga dan kerikil yang juga bertebaran membuat mobil terkadang sedikit oleng ke kanan dan ke kiri. Temannya di belakang semakin khawatir kalau-kalau mesin dan tangki oli maupun bahan bakar bocor terkena  benturan batu sepanjang jalan yang berlubang. Namun jawab Bruce apa? Tak perlu banyak kekhawatiran akan hal tersebut karena ia sudah terampil untuk jenis jalan medan offroad seperti itu.
Mereka sedikit lega karena jalanan berlubang dan berbatu sudah tidak ada, di depan mereka hanya terdapat hamparan padang rumput dan semak belukar yang luas.  Kendaraan terus melaju dengan kecepatan masih tinggi, hingga tiba-tiba Bruce menghentikan kendaraan ketika di depannya terdapat retakan yang membentuk kubangan yang cukup lebar dan dalam. Bruce meminta temannya untuk mengecek kubangan tersebut, alih-alih dia hanya duduk di dalam mobil sambil mengamati temannya tersebut. Laporannya ternyata kubangan itu lebar sekitar 2 kaki atau kurang lebih hampir 1 meter dan kedalaman mencapai 4 kaki (kira-ra 1,5 meter). Menyikapi laporan dari temannya, Bruce langsung tancap gas. Ketika sudah masuk kubangan mobil berhenti manakala tanda oli di meteran bahan bakar menunjukan kosong alias kehabisan. Jelaslah ada kebocoran disana. Disitulah ending dari terlalu keras kepala, rasa khawatir disini bukan dimaknai galau namun diartikan sebuah kewaspadaan dan kehati-hatian agar tidak terlalu ugal-ugalan atau sembrono dalam mengemudi. Ditambah lagi medan yang dilalui di kondisi jalanan yang tidak normal, penuh lubang dan kerikil.
Cerita ini mirip kenyataan kondisi jalan raya Bojong-Wiradesa yang jadi korban truk besar pengangkut material dan tanah proyek jalan tol pantura. Kerusakan jalan yang sudah cukup parah. Sudah banyak memakan korban jiwa hingga meninggal di tempat, baik karena kecelakaan tunggal sebab jalan yang berlubang maupun serempetan bahkan tabrakan karena sama-sama mencari jalur yang tidak rusak. Itulah proyek tol yang saat ini kurang memperhatikan keberadaan jalan dan pengguna jalan raya di sekitar proyek tol tersebut.
Ada makna lain menurut subjektif penulis yaitu terkait pengemudi yang sembrono terlalu meremehkan dan menggampangkan urusan, dengan slogan ora usah khawatir, tenang saja kondisi masih aman terkendali, dsb. Pengemudi (sopir) di cerita Bruce ini dianalogikan sebagai pemimpin yang ngakunya berprestasi dan capable dalam memimpin (over), sehingga saran dari temannya tidak dihiraukan lagi. Dengan kondisi jalan rusak ia tetap menggeber laju kendaraannya sekencang-kencangnya hingga oleng. Untungnya tidak terbalik. Namun keteledorannya tersebut akhirnya dipetik dengan bocornya tangki oli mesin karena benturan keras dengan batu. Begitupun pemimpin yang kurang peka terhadap masalah rakyat dan negaranya saat ini. Kondisi utang negara yang sangat besar, impor yang dilakukan yang tidak mempertimbangkan rakyatnya sendiri, tenaga kerja asing yang membuat cemburu rakyatnya di saat susah cari kerja dan penghasilan, kebijakan menaikkan BBM yang kurang memihak rakyat kecil, listrik naik, dan belum lagi masalah penanganan hukum, penuntasan kasus korupsi e-ktp, blbi, serta kebijakan dalam bidang ekonomi, rupiah melemah terhadap dolar, dll. Justru ia sibuk membangun image positif dirinya sendiri demi maju lagi di pilpres. Sebetulnya mudah saja agar rakyat simpati, tunaikan seluruh janji-janji politiknya sewaktu kampanye mencalonkan dirinya pada pilpres 2014 yang lalu bukan dengan cara pembodohan publik ataupun pencitraan belaka. Alih-alih terbuka terhadap kritikan dan masukan, eh malah memperalat Pancasila dengan milik segolongan kelompok saja. Yang mengkritik dirinya dianggap anti Pancasila. Padahal beberapa kasus terjadi justru partai dari pendukungnya berlaku radikal dan anarkis terhadap salah seorang wartawan radar bogor ketika terjadi penggerebekan di kantor media tersebut. Wis piye jal, yang pancasilais malah sering berlaku mirip preman jalanan.
Artikel cerita touring melewati jalanan rusak disadur dari text spoof berbahasa Inggris, berikut teksnya:
The rough road across the plain soon became so bad that we tried to get Bruce to drive back to the village we had cme from. Even though the road was littered with boulders and pitted with holes, Bruce was not in the least perturbed. Glancing at his map, he informed us that the next village was a mere twenty miles away. It was not that Bruce always underestimated the difficulties. He simply had no sense danger at all. No matter the conditions were, he believed that a car should be driven as fast as it could possibly go.
As we bumped over the dusty track, we swerved to avoid large boulders. The wheels scooped up the stones which hammered ominously under the car. We felt sure that sooner or later a stone would rip a hole in our patrol tank or damage the engine. Because of this, we kept looking back, wondering if we were leaving a trail of oil and petrol behind us.
What a relief it was when the boulders suddenly disappeared, giving way to a stretch of plain where the only obstacles were clumps of bushes. But there was  worse to come. Just ahead of us there was a huge fissure. In response to renewed pleadings, Bruce stopped. Though we all got out to examine the fissure, he remained in the car. We informed him that the fissure extended for fifty yards and was two feet wide and four feet deep. Even this had no effect. Bruce engaged low gear and drove at a terrifying speed, keeping the front wheel astride the crack as he followed its zig-zag course. Before we had time to worry about what might happen, we were back on the plain again. Bruce consulted the map once more  and told us that the village was now only fifteen miles away. Our next obstacle was a shallow pool of water about half a mile across. Bruce charged at it, but in the middle, the car came to a grinding halt. A yellow light on the dashboard flashed angrily and Bruce cheerfully announced that there was no oil in the engine!


Related Posts:

Monday, May 16, 2016

Gagal Paham, Salah Paham, Yo Wes...

Kurangnya pengetahuan dan wawasan luas menyebabkan fanatik sempit dan memandang rendah kelompok lain. Kalangan terdidik menyebutnya sebagai etnosentrism. Terlepas dari bahasan ilmiah, ini hanya sekedar curhat, hal buruk semakin terpuruk dikarenakan orang yang terdidik terlalu banyak tahu dan kemudian mencari keuntungan secara materi dari pengetahuannya diteruskan dengan memperdaya orang-orang yang kurang terdidik. Contoh kasus nyata adalah dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Dokter yang buruk sifatnya akan memaksa pasiennya dengan memberi resep obat yang mahal meskipun sakit si pasien sebetulnya biasa-biasa saja. Dia memberi rasa takut yang berlebihan dan terkadang menggantikan sebagai malaikat maut karena bisa menentukan kapan pasien itu meninggal. Hal baik manakala bertujuan membantu pasien. Hal buruk manakala bertujuan menguras isi kantong pasien. Yah, si dokter tersebut memanfaatkan kebodohan pasien yang tidak tahu menahu akan masalah kesehatan dan dunia kedokteran, kadang mendengar istilah-istilah kedokteran saja pasien sudah dibuat migrain dan demam. Tahu namun memperdaya orang yang belum (tidak) tahu. Paham namun memberikan pemahaman yang salah kepada orang lain.
Bagaimana jika terjadi pada kalangan tokoh masyarakat bahkan tokoh agama? Yang dengan alat agama itu, mereka berusaha membuat pandangan sempit terhadap golongan lain bahkan sampai menyebar fitnah. Sungguh tindakan buruk yang menimbulkan renggangnya ukhuwah. Munculnya fanatik sempit dikarenakan sudut pandang yang digunakan hanya satu sisi. Tidak mau terbuka terhadap pemikiran pihak lain. Bahaya fanatik sempit bisa meruncing hingga saling fitnah dan saling klaim kebenaran, karena "benar" itu adalah versi mereka sedangkan versi di luar mereka adalah salah besar. Akhir-akhir ini terjadinya salah paham antar kelompok, golongan, ataupun etnis merupakan akar masalah yang sewaktu-waktu menjadi BISUL yang tiba-tiba pecah, memecah ketahanan nasional, keutuhan bangsa ini. Lihat saja, bagaimana kesalahpahaman itu sengaja dipelihara, dirawat dan disuburkan dengan kaburnya berita (tidak jelas) di kalangan masyarakat. Masyarakat akhirnya "gagal paham" dalam menyikap permasalahan tertentu.
Siapa tahu di negeri ini masih banyak orang alim ya?! Yang ilmunya benar-benar mampu menjadi cahaya bagi masyarakat yang sedang kehausan dan lapar akan keadilan. Masyarakat akhirnya merindukan sosok pemimpin yang disebut sebagai "ratu adil" yang sebenarnya tidak ada. Hanya sebuah utopia belaka. Mari cermati baik-baik salah satu tokoh yang pernah dielu-elu kan yang dikira dan dianggap "merakyat" sekali, dimana diyakini mampu menyelesaikan permasalahan bangsa, membawa Indonesia sejahtera adil dan makmur. Tiba gilirannya diberi kesempatan memimpin, ora becus. Saat ini yang terjadi hanyalah pepesan kosong. Jalan ditempat iya. Tidak masalah jika jalan ditempat itu bagian dari latihan baris berbaris anak pramuka, nah jika levelnya nasional, apa tidak semakin tertinggal dengan singapura, malaysia, thailand, brunei, dan negara asia tenggara lainnya?
Dimanakah letak "gagal paham" yang dialami masyarakat sekarang? Menurut pribadi saya, saat ini, mayoritas masyarakat di pelosok (desa, kampung, dusun), ketika menjumpai dan melakukan prosesi pemilihan pemimpin di level manapun (desa, kabupaten, kota, provinsi, nasional) masih berpikir pendek belum sampai 5 tahun kedepan bahkan 10 tahun kedepan. Suara mereka tergadai dengan 50 ribu, 20 ribu, atau sekedar nasi bungkus. Sampai saat ini mereka gagal paham bahwa si tikus (pemimpin berjiwa koruptor dan berhati iblis) telah membodohi dan memperalat dengan senjata ampuh yaitu politik uang. Gagal paham, jika ternyata 1 suaranya itu sangat berharga dan berpengaruh terhadap hampir 255 juta jiwa, dalam aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, termasuk kebutuhan spiritual. Contoh kebutuhan spiritual yang terganggu adalah kasus di negara lain (Cina), disana beberapa bulan lalu kebutuhan dan hak seorang muslim dibatasi dalam ritual ibadahnya, ini terjadi karena pemimpin (pemerintah) negara tersebut trauma dengan Islam (memiliki pandangan sempit) bahkan skeptis terhadap segala sesuatu yang berbau Islam.
Yo wes lah, sebagai muslim sejati, saat ini jalani kehidupan sesuai syariat, yakini kesemrawutan, keruwetan, polemik, problema, adalah by designed (rancangan) dari Allah swt dengan tujuan agar ujian itu membuat tangguh umat muslim. Jika kita menjadi bagian dari kelompok kebenaran maka beruntunglah, karena track yang kita lalui sudah pas dengan perintahNya. Hormati dan sayangi saudara-saudara kita sesama muslim, hindari dan jauhi perselisihan yang bersifat masalah furu (cabang), jika antar umat agama yang berbeda saja mampu toleransi, kenapa dengan sesama muslim justru bersitegang? Bukankah Allah swt mengumpulkan dan mentautkan hati orang-orang beriman. Adakah yang salah dengan umat ini? Yo wes, instropeksilah, bisa jadi banyak perintah wajib yang tidak dijalankan dengan sempurna, ibadah sunah yang sudah jarang sekali dirutinkan, sehingga keberkahan dalam ukhuwah itu sekarang sedang dicabut. Semoga Allah swt senantiasa menjaga hati kita, menjaga iman kita, menjadikan kita sebagai hamba lebih tawadhu dan takut padaNya.
Fenomena sosial dan intrik yang ada, ikuti saja, tapi jadilah penonton, pelaku, pemain, ataupun pendukung bahkan sekedar penyimak yang memiliki kecerdasan dan kepahaman. Al Fahm itu dasarnya adalah ilmu. Maka banyak-banyak membuka diri dengan membaca, terbuka dengan pemikiran dari luar golongan kita tanpa mengubah keyakinan dan pendirian yang sudah dimiliki. Menjadi masyarakat yang cerdas. Menjadi cerdas dengan memiliki ilmu. Menjadi berilmu dengan terus belajar. Belajar tanpa kenal istirahat dan kata henti, karena berhentinya kita dalam belajar adalah sebuah kematian jiwa. Dimana jiwamu sekarang wahai sobat? Dimanakah hatimu sekarang wahai kawan? Dan dimanakah perasaanmu wahai pemimpin hingga engkau tega membiarkan rakyatmu tertindas dan kelaparan.
Berikut teks spoof terkait dengan kondisi salah paham seorang juru tulis terhadap tamu hotelnya, kita simak bersama:
Teks Spoof
On a recent vacation at a resort with my
in-laws, we planned to spend an afternoon at the
pool with our kids. We wanted to bring our own
drinks, but were unsure of the hotel's policy. My
brother-in-law called the front desk, and assuming
everyone was familiar with the brand of ice chest he
had, asked if it was all right if he brought a
Playmate to the pool. After a pause the clerk asked,
"Does she have her own towel?".

Monday, February 22, 2016

Pemimpin Yang Korupsi beragama Islam, Non Tidak Korupsi, Hey Islam Sama Sekali Tidak Mengajarkan Korupsi


Pernahkah mendengar ada seorang tokoh yang sesumbar pemimpin non muslim yang tidak korupsi itu lebih baik daripada yang muslim tapi melakukan korupsi? Islam tidak pernah dan tidak ada dalam ajarannya untuk berbuat korupsi, ajaran kejujuran sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat beliau, terbukti ketika menjadi khalifah mereka sampai mengantarkan dan memanggul sendiri sekarung bahan makanan pokok kepada penduduk yang miskin. Nah, kalau ada tokoh yang sesumbar non muslim yang lebih baik dibanding yang muslim, ya biarin saja tidaklah benci kepadanya karena ketidak tahuan dia akan ajaran Islam. Namun, jika perkataannya itu bukan karena alasan tidak tahu melainkan menggiring opini yang sekuler (memisahkan antara agama dengan aspek kehidupan lainnya) maka saya berpendapat tokoh tersebut layak dicurigai memiliki kepentingan tersembunyi (bisa saja menarik simpati publik) demi pencalonannya dalam pemilihan gubernur.
Topik diatas mengingatkan bahwa Islam itu adalah way of life, cara ataupun sistem kehidupan sendiri. Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, beliau adalah seorang pemimpin spiritual, pemimpin negara, pedagang, sekaligus suami, kepala rumah tangga dan sebagai seorang ayah juga. Sebagai masyarakat yang awam mudah sekali tersesatkan dengan omongan tokoh yang sesumbar mulut tadi, sehingga memiliki cara berpikir negatif terhadap Islam, dia berpikir negatif sebelum mengenalnya. Sekali lagi seorang muslim tetaplah lebih baik dibandingkan selain muslim berdasarkan Al Quran dan Al hadits. Namun bagi muslim sendiri bukannya untuk menyombongkan identitas keIslamannya, di sisi lain pemahaman tentang Allah dan Rasulnya, Kitabnya, hingga meneladani Rasulullah SAW, tidak pernah diusahakannya dengan sungguh-sungguh.
Hadits tentang jumlahnya umat muslim yang banyak namun bagaikan buih, itu dikarenakan pemeluknya yang  belum mau sadar mendekat ke ajaran dan teladan Rasul. Sehingga si pemeluk tadi tidak memiliki kompetensi (tidak memenuhi standar minimum) sebagai muslim yang baik. Mari bagi sesama muslim tingkatkan kesadaran untuk berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulnya dan bertahap mempelajari Islam ini secara syumul (menyeluruh) dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan. Tetaplah seorang muslim lebih unggul, karena jika muslim itu benar-benar menjalankan syariat maka pribadi (karakternya) akan meniru Rasulullah SAW dan membawa keberkahan terhadap seluruh penghuni bumi, termasuk kepada semua umat manusia, sesama muslim, dengan nasrani, yahudi atapun atheis sekalipun hanya saja kita tidak mengikuti akidah yang kafir tadi namun tidak pula memusuhi mereka, kecuali dalam kondisi tertentu. Ingatkah cerita seorang yahudi tua yang membaca syahadat justru setelah yang menyuapinya, membantunya, bersikap ramah padanya meski yahudi tersebut memaki, menghujat, mempengaruhi orang lain agar benci kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Rasul wafat. Kenapa? Karena ketika beliau, Rasul, membantu seorang yahudi tua itu, beliau tetap diam, tidak marah ketika dimaki, dihujat, dicaci, karena ketidaktahuan belum kenalnya yahudi dengan pribadi Rasulullah SAW, bahkan sengaja tidak memperkenalkan dirinya kepada yahudi tua itu selama beliau masih hidup.

Nah, sudahkah tokoh yang berkoar-koar tadi tahu betul dengan sejarah Rasulullah dan para sahabatnya, kemuliaan hati rasul, kasih sayangnya, kedermawanannya, kejujurannya, sekaligus ketegasannya. Si tokoh yang sok tegas tadi hanya dibikin-bikin sekedar pencitraan, dan penuh konspirasi. Mereka sekali mendapat kesempatan menguasai pemerintahan, maka pribumi akan diperlakukan semena-mena tentunya dengan kasat mata melalui peraturan dan kebijakan yang diformalkan. Sadarlah umat Islam, kita ini tuan rumah di negeri ini, kenapa mau menjadi budak pendatang yang tidak mengangkat harkat, martabat, menyejahterakan seluruh bangsa. Baca dan lihat, Rasulullah mengajarkan membantu fakir miskin namun beliau sendiri adalah seorang yang punya secara materi (ketika melamar Khatijah lihat maharnya), secara materi beliau tidak kekurangan tetapi perhatian dan kepeduliannya terhadap fakir miskin begitu besar. Baca dan renungkan, janganlah menjadi muslim yang menjadi orang asing terahadap agamanya, Rasulnya dan Tuhannya, yaitu Allah swt. Mengaku muslim namun justru menjadi batu sandungan, memusuhi saudaranya sendiri. Pantaskah?
Ada yang lebih penting, semangat karena Allah swt dan RasulNya, itu haruslah mampu hadir dalam setiap aktivitas kita. Berusaha menjadi orang baik dan berusaha menjadi muslim yang benar-benar sesuai dengan predikat kemuslimannya. Agar diri kita termasuk dalam barisan manusia yang dinaungi dengan kasih sayang Allah swt dan mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di yaumil akhir kelak. Allahua'lam bishowab.
Belajarlah mengenai data dan fakta tentang sejarah Islam, sejarah Rasul dan para sahabatnya dari sumber yang shahih agar mendapat pencerahan dan keberkahan. Fakta itulah yang mampu menguatkan keimanan kita kepada Allah swt dan menambah kecintaan kita kepada Rasulullah kekasih Nya. Berikut ini bacaan Bahasa Inggris jenis teks spoof tentang proses pencarian fakta yang kadang salah penafsiran dan salah pemahaman hingga akhirnya tersesat, tidak selamat, bukan rahmat dan kebenaran yang didapat namun bahaya yang datang karena kebodohannya.

The Facts
                Editors of newspapers and magazines often go to extremes to provide their readers with unimportant facts and statistics. Last year a journalist had been instructed by a well-known magazine to write an article on the president’s palace in a new African republic.
                When the article arrived, the editor read the first sentence and then refused to publish it. The article began: “Hundreds of steps lead to the high wall which surrounds the president’s palace.” The editor at once sent the journalist a telegram instructing him to find out the exact number of steps and the height of the wall. The journalist immediately set out to obtain these important facts, but he took a long time to send them. Meanwhile, the editor was getting impatient, for the magazine would soon go to press. He sent the journalist two urgent telegrams, but received no reply. He sent yet another telegram informing the journalist that if he did not reply soon he would be fired. When the journalist again failed to reply, the editor reluctantly published the article as it had originally been written.
A week later, the editor at last received a telegram from the journalist. Not only had the poor man been arrested, but he had been sent to prison as well. However, he had at last been allowed to send a cable in which he informed the editor that he had been arrested while counting the 1084 steps leading to the 15 foot wall which surrounded to president’s palace.