Showing posts with label kuliah. Show all posts
Showing posts with label kuliah. Show all posts

Sunday, July 8, 2018

Gengsi Vs Kualitas Diri, Wah Si Nganu?

Baru lulus kuliah atau tamat sekolah? Masih nganggur? Begitulah pertanyaan yang kerap muncul, pusingnya gak terlalu sih, cuma gengsi dan malu kalo masih di rumah aja gak ada kerjaan. Apalagi tetangga sebelah asyik ngegosip perihal nganggurnya diri kita.
Beberapa orang di desa saya tetap enjoy dengan pekerjaannya sebagai petani meskipun harus bergulat dengan lumpur, terkadang sepulang dari sawah penampilannya dekil, kotor dan bau keringat. Sebaliknya ada beberapa orang yang lain enggak mau ke sawah apalagi nyangkul bahkan membajak sawah. Lebih baik ia nganggur daripada berpanas-panas ria di ladang. Kelompok yang terakhir ini cenderung gengsi. Sehingga sebuah fakta di desa saya hampir 90 persen pemuda maupun remaja lulusan sma sederajat maupun yang enggak sekolah lebih memilih merantau ke kota besar, seperti Jakarta, semarang, dsb. Eh ternyata di kota besarpun mereka akhirnya mau enggak mau jadi pekerja lapangan (istilahnya kuli kasar/buruh). Bedanya adalah kalo mudik bisa sewa mobil mewah dengan harapan citra dirinya sebagai kuli tidak terlihat.
Sejujurnya tidak ada yang salah dengan sebuah pekerjaan selama ia menghasilkan pendapatan untuk kehidupan diri dan keluarganya, tentunya dengan cara yang baik. Namun, sekali lagi ada orang yang lebih memilih kerja kantoran dengan gaji kecil namun ia duduk manis di dalam ruangan ber-ac, di belakang meja, dengan seragam kemeja bersih dan wangi. Dibandingkan misalnya jualan bubur ayam keliling kompleks, gang, perumahan, maupun jualan (pedagang kaki lima) di pasar.
Target untuk bekerja menjadi seorang karyawan maupun staff menjadi hal idaman, sehingga ratusan orang lulusan perguruan tinggi yang fresh graduate, antri lamar kesana kemari. Nyali berwiraswastanya masih rendah. Nah, ada fenome baru dengan adanya dampak positif media sosial, terutama kaum hawa dengan mengoptimalkan kelebihan fisiknya nyambi endorse sebuah produk tertentu, dengan demikian ia mendapat fee (fulus). Jualan online merebak.
Tahukah sobat semua? Ternyata yang namanya kerja sampingan tetap dikesampingkan. Banyak orang masih memburu pekerjaan favorit dan gaji pasti tiap bulan. Terbukti pelamar CPNS membludak, lowongan pekerjaan tersebut menjadi idola bagi para pencari kerja.
Tenaga kerja dan Lapangan Kerja
Pekerjaan pokok dengan gaji jutaan tiap bulan menjadi serbuan yang laris manis oleh para penganggur maupun orang yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski awal mulanya prinsip mereka adalah tetap bekerja meski upah kecil, dibandingkan menganggur.
Ini sebuah momok bagi pemerintah di negara berkembang seperti Indonesia untuk menyediakan lapangan kerja baru dengan upah yang pantas (biasanya masing-masing kota memiliki UMR). Perusahaan yang bergerak di bidang tertentu yang tergolong padat karya untuk saat ini sangat dibutuhkan. Apalagi beberapa masalah besar seperti hutang luar negeri, nilai tukar rupiah, kenaikan BBM, tarif listrik, dan kesulitan ekonomi lainnya. Hal tersebut jika tidak dicarikan solusi yang tepat bisa menimbulkan angka kriminalitas terutama yang berkaitan dengan penjambretan, perampokan, penipuan, peredaran uang palsu, hingga mudahnya orang-orang pengangguran tersebut dibeli dengan murah suara dan harga dirinya.
Pekerja Kasar Vs Pekerja Kantoran
Biasanya orang muda lebih suka tampil necis dibanding berpenampilan lusuh, bau keringat, kusam karena efek bekerja kasar meski terkadang bayarannya bisa jadi lebih banyak pekerja buruh kasar. Hal ini seperti sebuah kisah menarik dari buku bahasa Inggris yang saya baca. Cerita ini berisi tentang kisah seorsng pemuda bernama Alfred Bloggs dalam lika-liku memperoleh pekerjaan. Ia bekerja sebagai tukang sedot debu dan bagian bersih-bersih. Yang ia lakukan tergolong pekerjaan kasar. Ia sendiri tidak berkata yang sebenarnya pada sang istri terkait dengan pekerjaan ini. Istrinya bahkan mengira Alfred bekerja di sebuah perusahaan prestisius karena setiap pagi ia melihat suaminya berpakaian rapi, berkemeja putih, rapi, dan terlihat orang kantoran.
Memang Alfred memakai seragam kerja yang necis dan bergengsi. Sesampainya di tempat kerja, ia berganti seragam dengan pakaian lapangan sebagai pekerja kebersihan, bisa dibilang tukang sapu. Ini berlangsung lebih dari 2 tahun. Hingga akhirnya ia khawatir jika pekerjaannya tersebut diketahui oleh istrinya dan minta cerai. Ia berusaha mencari pekerjaan sebagai juru tuulis di kantor jasa, upahnya jauh lebih kecil dibanding sebagai pembersih debu. Namun, ia tenang karena lebih bergengsi dan yang jelas tidak perlu ganti baju maupun seragam kerja karena sekarang sudah benar-benar menjadi pekerja kantoran. Ia rela bergaji kecil demi gengsi dan wibawa versi istrinya.
Saya kira kalo di era sekarang di Indonesia, orang yang suka gengsi jumlahnya sedikit soalnya untuk nyari kerja saja sulit apalagi pilih-pilih kerjaan. Dapet kerjaan dan dibayar aja udah untung.
Bagaimana solusi untuk meningkatkan level kesejahteraan masyarakat jika mencari kerja saja sulitnya minta ampun apalagi bicara soal upah maupun gaji yang berstandar UMK. Memang dibutuhkan pemimpin yang tangkas dan terampil untuk mencari solusi dari masalah pengangguran ini, agar sejahtera bersama maka diperlukan sinergi antara program pemerintah dengan komponen lain misalnya perusahaan swasta. Meningkatkan sektor ekonomi dengan mengoptimalkan program padat karya baik industri jasa, seni, perdagangan maupun perusahaan BUMN/BUMD. Di sisi lain kualitas/skill tenaga kerja harus diutamakan sehingga kinerjanya bagus. So, selain pekerja, boss negeri ini juga harus mantap soal kinerja, kapasitasnya sebagai leader juga benar-benar mumpuni bukan hanya sekedar pencitraan semata.
Berikut ini teks berbahasa Inggris cerita tentang Alfred Bloggs dan pekerjaannya:

The Double Life of Alfred Bloggs
These days, people who do manual work often receive far more money than clerks who work in offices. People who work on offices are frequently referred to as white collar workers for the simple reason that that they usually wear a collar and tie to go to work. Such is human nature, that a great many people are often willing to sacrifice higher pay for the privilege of becoming white collar workers. This can give rise to curious situation, as it did in the case of Alfred Bloggs who work as a dustman for the Ellesmere Corporation.
When he got married, Alf was too embarrassed to say anything to his wife about his job. He simply told her that he worked for the corporation. Every morning, he left home dressed in a fine black suit. He then changed into overalls and spent the next eight hours as a dustman. Before returning home at night, he took a shower and changed back into his suit. Alf did this for over two years and his fellow dustmen kept his secret. Alfs wife has never discovered that she married a dustman and she never will, fo Alf has just found another job. He will soon be working in an office as a junior clerk. He will be earning only half as much as he used to, but he feels that his rise in status is well worth the loss of money. From now on, he will wear a suit all day and others will call him Mr Bloggs not Alf.







Related Posts: