Monday, November 30, 2015

Konfirmasikan, mencegah kesalahpahaman

Arti konfirmasi sering didekatkan makna memastikan, mengecek (cross check), tabayun yang berhubungan dengan sebuah berita, informasi, data, serta sebuah perkara. Biasanya berita memiliki sumber berita yang akurat namun jika berita tersebut melalui  beberapa perantara maka akurasinya semakin menurun artinya tingkat validitasnya semakin rendah. Yang aman adalah mendapatkan informasi langsung dari pelaku pertama. Untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber kesatu biasanya mengalami kendala karena keterbatasan jarak yang jauh (tempat), jadwal waktu yang ketat/ padat, atau sulitnya menemui penutur asli sehingga akhirnya menggunakan perantara pihak lain. Hal ini mirip seperti bermain game membisikan pesan,ada informasi yang hilang (berkurang), ada juga informasi yang ditambahkan sendiri oleh si pembawa pesan. Akhirnya informasi menjadi rancu, kabur, bahkan sebatas rumor, gosip, isu, kabar burung dan lainnya. Kejelian dalam menelaah berita sangat diperlukan, sebagaimana kita tahu misalnya dalam bab perawi hadits, terdapat beberapa tingkatan hadits jika dilihat dari perawinya. Maka pengiriman pesan, informasi, atau berita pun demikian, ada hadist yang tingkatnya dhoif (lemah), informasi pun ada yang sifatnya kurang bisa dipercaya (tidak ada trust). Pintar-pintarlah dalam menerima berita yang ada karena ketelitian dalam menerima berita menjadikan kita orang yang tidak mudah termakan isu murahan.
Adakalanya informasi atau sebuah isu itu diciptakan sengaja simpang siur dengan tujuan terjadi gejolak dalam ranah publik, menjadi gunjingan panas (fitnah),  menjurus kepada pencemaran nama baik (bisa individu, kelompok, atau instansi). Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan proses tabayun tentang kebenaran dari sebuah berita tersebut. Apalagi dalam Islam perkara menggunjing (ghibah) itu dilarang, karena diibaratkan memakan bangkai saudaranya. Ayolah ciptakan berita dan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga trust itu tumbuh dalam masyarakat. Belajar banyak mengenai informasi dan komunikasi, setelah menguasasi ilmunya pergunakan untuk kepentingan kebaikan, memberikan dampak positif, memiliki efek mencerahkan (to enlight), mencerdaskan (to educate), menginspirasi (to inspire), menguatkan (empower), serta mengarahkan (to guide).
Apakah kita mau sebuah organisasi intelejen asing mengusik ketenangan, stabilitas nasional, mengacaukan masyarakat dengan membajak (hijacked) informasi penting negara Indonesia? Sebagai warga negara yang cinta tanah air, patriotik, serta menjunjung tinggi kedaulatan neagar, saya yakin tidak ingin negara Indonesia diobok-obok oleh kepentingan asing, dikuras sumber alamnya tanpa mensejahterakan masyarakat, disetir sesuai keinginan pihak asing, yang akhirnya bangsa Indonesia dijajah secara ekonomi, teknologi, bahkan dari aspek sistem komunikasi dan informasi. Saat ini memang diakui teknologi Indonesia kalah dari beberapa negara maju seperti Amerika, Korea, Jepang, Australia, Jerman. Sehingga kadangkala infomasi negara disadap oleh mereka demi kepentingan sepihak. Ayo segenap generasi muda teruslah belajar agar kita bisa memberikan kontribusi kepada kemajuan negara dan bangsa Indonesia, agar kita punya power, martabat, serta prestasi besar ketika berinteraksi dengan masyarakat global.
Materi pembelajaran Bahasa Inggris yang membahas tentang konfirmasi yaitu dalam pokok bahasan functional text, terdapat di dalamnya jenis surat konfirmasi (confirmation letter), berikut adalah contohnya;

Budiman Arif
22 Diponegoro Street, Semarang
024( 5448629)
December 5, 2015

Ahmad Ilham
Human Resources Manager
Delta Plastic Supplier
110- 114 Rungkut Industri 2 Street, Surabaya - East Java

Dear Mr.  Ahmad,
I am writing this letter to confirm that i will be attending the interview scheduled on December 12 at 10.00 am at your corporate office. I am enthusiastic to meet you to an interview in your company. I was very happy when I received a call from your office extending offer for an interview. I will try  my level best and make full use of the opportunity given. Helping one to develop, team work and using ones potential in right areas are the points that your organization emphasizes. They are aligned to my personal goals. This interview will be mutually beneficial as you will get an idea about  my personality traits and how those will help  your organization and I will get more information about working of your organization.
As a fresher , this interview is a great opportunity for me. Thanks a lot for considering me for the position of Sales Assistant depending on my educational qualifications. I will carry mydetailed resume, testimonials as required by your organization for the interview.
I’m looking forward to meet you next week.
Your sincerely,

Budiman Arif

QUESTIONS
1. From the text we know that the writer wants to express.....about his willingness for the interview.
A. Gratitude
B. Complaint
C. Confirmation
D. Possibility
E. Cancellation

2. Which of the following statements is true based on the passage?
A. The writer received the letter a week ago
B. The writer has been working as a sales assistant for two years ago for another company
C. The writer received a call to come for the interview
D. The writer is not so eager about the position offered by the company
E. The writer is ready for the test before the interview is scheduled

3. It can be inferred from the text that the writer....
A. Has previous working experience at the same position in another company
B. Has just graduated from his study
C. Got information about the vacancy from his friend working at the company
D. Is actually not interested in the position offered
E. Does not have qualification for the job offered

4. "This interview will be mutually.." The underlined word means....
A. Highly qualified
B. Reciprocally
C. Dependently
D. Independently
E. Constantly


18 comments:

  1. 7. Peluang (O) = opportunity

    ReplyDelete
  2. 1. c. confirmation
    2. C. The writer received a call to come for the interview
    3.C. Got information about the vacancy from his friend working at the company
    4. A. Highly qualified

    ReplyDelete
  3. 1. c. confirmation
    2. C. The writer received a call to come for the interview
    3.C. Got information about the vacancy from his friend working at the company
    4. A. Highly qualified

    ReplyDelete
  4. (BIRUL WALIDAIN)
    Islam sangat mengajarkan manusia (anak) untuk berbakti kepada orang tua, melihat betapa besar dan mulianya mereka merawat anak-anaknya dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap balasan apapun. Mereka akan berbuat apapun untuk melihat anaknya menjadi orang sukses, mereka akan berusaha sekuat tenaga meraka untuk memenuhi segala kebutuhananaknya. Sebegitu mulianya jasa orang tua kepada anaknya,
    bahwa kunci untuk mendapat ridho Allah, maka seorang anak harus mencari ridho dari orang tua terlebih dahulu, karena ketika orang tua anak tersebut ridho dengan apa yang dilakukannya maka insya Allah, Allahpun akan merestuinya. Karena mengingat bahwa tujuan manusia hidup untuk mencari ridho Allah. Bahkan dalam hadits itu ditekankan untuk lebih mencari ridhonya dibandingkan memancing kemarahannya. Karena jika sang anak membuatnya marah, maka marah Allahpun akan datang pada seorang anak tersebut.
    Maka ketika seorang anak hendak melakukan sesuatu mintalah ridho dari orang tua terlebih dahulu. Dan ketika orang tua merestui maka lakukanlah, namun jika orang tua tidak menginginkannya maka janganlah dilakukan. Menurut ulama’ seperti Amir Husain dari golongan Syafi’iyyah mengatakan bahwa, meminta ridho disini hanya untuk pekerjaan yang dihukumi fardhu kifayah dan yang sunah. Sedangkan untuk fardhu ‘ain kita bisa menentukan sendiri, akan tetapi tetap meminta pertimbangan dari orang tuanya.
    Ada beberapa kewajiban anak terhadap orang tua, meski orang tua tidak mengharap kita untuk membalasnya, namun ini bisa menjadi salahsatu bentuk ungkapan terimakasih, setelah kita mendapatkan hak sebagai seorang anak untuk dirawat dididik dan dicukupi kebutuhannya. Maka karena jasanya untuk mendidik dan merawat anak-anaknya hingga dewasa.
    1. Taat dan Patuh pada Perintah Orang Tua
    Taat dan patuh dalam nasihat dan perintahnya, tentunya perintah itu merupakan perintah yang mengandung kebaikan atau kemanfaatan. Jadi seorang anak harus mengikuti nasihat dan patuh dengan perintah orang tuanya. Namun lain halnya ketika anak tersebut diperintah untuk berbuat ingkar kepada Allah, maka kita harus menolaknya, cara menolaknyapun dengan cara yang halus, agar tidak menyakiti hatinya.
    2. Berbakti, Bersikap Tawadhu’ dan Kasih Sayang Terhadap Orang Tua
    Seorang anak harus berbakti dengan orang tuanya, bersikap tawadhu’ ketika berada dihadapannya, dengan arti anak tersebut harus mendengarkan atau memperhatikan semua perintah dan nasihat yang diberikan orang tuanya dan tidak membangkangnya. Dan harus bersikap kasih sayang terhadap mereka, walaupun sejatinya kasih sayang yang kita berikan tidak sebanding dengan apa yang telah diberikannya kepada anaknya.
    Rasa kasih sayang terhadap orang tua ini lebih ditekankan untuk anak yang orang tuanya sudah berusia lanjut, karena kebanyakan dari seorang anak itu malas untuk mengurus orang tuanya yang berusia lanjut, maka ini menjadi sebuah keutamaan dan rosul menjelaskan bahwa keberadaan orang tua yang berusia lanjut itu merupakan kesempatan yang paling baik untuk mendapatkan pahala dari Allaha dan menjadi jembatan untuk menuju kesurga. Karena itu amat rugi orang-orang yang menyia-nyiakan kesempatan itu. Namun walau seperti itu bukan berarti kita boleh menyakiti hati orang tua kita disaat masih muda, hal itu hanya lebih diutamakan.
    3. Menerima Keadaan Orang Tua apa adanya dan Menjaga Nama Baik Keduanya dan Keluarga
    Seorang anak harus bisa menerima keadaan orang tua dengan apa adanya, apabila orang tua tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai orang tua maka anak boleh manuntut haknya, namun tidak boleh sampai mencaci, membenci bahkan dendam terhadapnya. Karena hal itu sama saja dengan mengingkari rahmat yang diberikan Allah yaitu rahmat wujud. Adanya kita karena adanya orang tua kita.

    ReplyDelete
  5. (RUTIN TILAWAH QUR'AN SETIAP HARI)
    sadarkah kita bahwa Al Quran diturunkan oleh Allah kepada manusia agar menjadi sumber tazwid (pembekalan) bagi peningkatan ruhiy (spiritualitas), fikri (pemikiran) serta minhaji (metodologi da'wah)? Sehingga jika sehari saja kita jauh dari Al Quran, berarti terputuslah dalam diri kita proses tazwid tersebut?
    Sadarkah kita bahwa yang akan terjadi adalah proses tazwid dari selain wahyu Allah; baik itu dari televisi koran, majalah, maupun yang lainnya yang sesungguhnya akan menyebabkan ruh yang ringkih dan keyakinan yang melemah terhadap fikroh dan minhaj ?
    Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau proses tazwid itu telah terputus sepekan, dua pekan, bahkan berbulan-bulan. Semoga Allah menjaga kita dari sikap menjadikan Al Quran sebagai sesuatu yang mahjuran (ditinggalkan).
    Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu yang ditinggalkan "(QS.Al-Furqan:30)
    Sesungguhnya ibadah tilawah satu juz ini sudah tertuntut kepada manusia sejak dia menjadi seorang muslim. Oleh karena itu, cukup banyak orang-orang yang tanpa tarbiyah atau halaqoh, namun memiliki komitmen tilawah satu juz setiap hari, sehingga setahun khatam 12 kali (bahkan lebih, karena saat bulan Ramadhan dapat khatam lebih dari sekali).Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah keislaman kita membentuk kesadaran iltizam (komitmen) dengan ibadah ini ? Ketika kita melalaikannya, dapat diyakini bahwa kendalanya adalah dha'ful himmah (lemah dan kurangnya kemauan), bukan karena tidak mampu melafalkan ayat-ayat Al Quran seperti anggapan kita selama ini.Yang harus dibentuk dalam hal ini bukanlah hanya sebatas mampu membaca, namun lebih dari itu, bagaimana membentuk kemampuan ini menjadi sebuah moralitas ta'abbud (penghambaan) kepada Allah, sehingga hal ini menjadi sebuah proses tazwid yang berkesinambungan !
    Dan sekali-kali janganlah kita menutupi ketidak mampuan kita terhadap ibadah ini dengan berlindung di bawah waswas syaithan dengan bahasa sibuk, tidak sempat, acara terlalu padat dan lain sebagainya. Sadarilah bahwa kesibukan kita pasti akan berlangsung sepanjang hidup kita. Apakah berarti sepanjang hidup kita, kita tidak melakukan ibadah ini hanya karena kesibukan yang tak pernah berakhir ?
    Sejarah mencatat bahwa para sahabat dan salafusshalih ketika mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "bacalah Al Quran dalam satu bulan", maka begitu banyak yang menyikapinya sebagai sesuatu yang minimal. Bayangkan dengan diri kita yang sering menganggap tilawah satu juz itu sebagai sesuatu yang maksimal ! Maka tugas yang sangat minimal inipun sangat sering terkurangi, bahkan tidak teramalkan dengan baik.
    Bagaimana mungkin kita dapat mengulang kesuksesan para sahabat dalam membangun Islam ini, jika kita tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan (walaupun kita sadar bahwa ibadah satu juz ini bukan satu-satunya usaha di dalam berdakwah)?Sebutlah Utsman Ibn Affan, Abdullah Ibn Amr Ibn Ash, Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi'i Radhiyallahu 'Anhum. Mereka adalah contoh orang-orang yang terbiasa menyelesaikan bacaan Al Quran nya dalam waktu tiga hari sampai satu pekan. Karena bagi mereka khatam sebulan terlalu lama untuk bertemu dengan ayat-ayat Allah.Jadi, jika seseorang rutin setiap bulan khatam, berarti hanya sekali dalam sebulan ia bertemu dengan surat Maryam, misalnya.
    Dapat kita bayangkan seandainya kita berlama-lama dalam mengkhatamkan Al Quran. Berarti kita akan sangat jarang bertemu dengan setiap surat dari Al Quran. Mari jadikan Al Quran sebagai sahabat kita, dimana kita akan sangat rindu jika sehari saja tidak berjumpa. Barakallahu fiikum

    ReplyDelete
  6. 1. c. confirmation
    2. C. The writer received a call to come for the interview
    3. B. Has just graduated from his study
    4. B. Reciprocally

    ReplyDelete
  7. Mengunci Lisan dari Perkataan Keji dan Munkar
    Menjaga lisan menjadi perbuatan yang amat mulia dalam islam. Secara sederhana, kebaikan berislam seseorang bisa dilihat dan diketahui dari ucapannya. Karena itu siapa mampu menjaga lisannya, ia berpeluang besar mendapat jaminan rumah di Surga Allah SWT. Sahal bin Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga.” (HR. Bukhari).
    Satu waktu Rasulullah sedang berkumpul bersama para Sahabat, tiba-tiba datang seseorang mencaci Abu Bakar, Abu Bakar diam dan tidak mengomentari. Kemudian kembali ia mencaci Abu Bakar, Abu Bakar tetap diam dan tidak mengomentari. Ketiga kali ia kembali mencaci, maka Abu Bakar mengomentarinya. Kemudian Rasulullah beranjak meninggalkan majelis. Abu Bakar mengikuti Rasulullah dan bertanya: “Apakah engkau marah kepadaku wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Malaikat turun dari langit yang menyalahkan perkataan orang tadi, namun saat engkau mengomentarinya datanglah setan, dan aku tidak mendatangi tempat jika di sana setan hadir”.(HR. Abu Dawud).Betapa pentingnya menjaga lisan, hingga bisa diumpamakan lisan bagai simbol dan icon dari beragam amal perbuatan seseorang. Rasulullah bersabda: “Setiap kali manusia memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh merendahkan lisan dan berkata kepadanya: takutlah kepada Allah dalam bersama kami, karena kami tergantung kepadamu, jika kamu baik kami ikut baik, dan jika kamu menyimpang kami jadi menyimpang juga”. (HR. At-Tirmidzi).Sebagaimana hati, sejauh mana penjagaan dan pengendalian terhadap lisan, hal tersebut bisa menjadi ukuran amal perbuatan seseorang. Maka, antara hati dan lisan saling berkaitan dan mempengaruhi amal perbuatan. Rasulullah saw bersabda: “Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya”. (HR. Ahmad). .Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau berugkap kecuali dengan baik, menjauhi perkataan buruk seperti kata kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu domba. Setiap manusia dimintai pertanggungjawaban atas setiap perkataan dan ungkapannya. Firman Allah berbunyi: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18).
    Batasan (Adab) berbicara dalam Islam:
    a.Tidak berbicara kecuali dengan apa yang bisa mendatangkan kebaikan dan manfaat atau mencegah keburukan bagi dirinya atau orang lain.
    b.Mencari waktu yang tepat, sebagaimana kata hikmah: “Setiap tempat dan waktu ada pembicaraannya tersendiri”
    c.Memilih bahasa yang digunakan. Bahasa bisa menjadi tanda dan cermi bagi akal dan adab seseorang
    d.Tidak berlebihan dalam memuci dan mencela. Belebihan dalam memuji adalah bentuk dari riya’ dan mencari muka, dan berlebihan dalam mencela adalah bentuk dari permusuhan dan balas dendam.
    e.Tidak membuat manusia menjadi senang dengan mengucapkan apa-apa yang mengundang murka Allah. Sabda Rasulullah saw berbunyi: “Siapa yang membuat manusia senang dengan melakukan perkara yang mendatangkan amarah Allah SWT, maka ia dan urusannya akan diserahkan kepada manusia, dan siapa yang membuat manusia marah karena ia melakukan perkara yang membuat Allah ridha, maka Allah akan menjamin baginya perlindungan dari perlakuan manusia”.(HR. At-Tirmidzi).
    f.Tidak mengobral janji-janji yang sangat sulit ditepati. Allah SWT berfirman: “"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As Shaff:2-3).
    g.Tidak berbicara keji dan kotor, dan tidak menyimak orang yang berbicara keji dan kotor.
    h.Menyibukkan lisan untuk berzikir.

    ReplyDelete
  8. Nikmatnya Hidup Sederhana
    "Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana." Demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam Ahmad. Hadits ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. Dan, prinsip kesederhaan ini tidak hanya terucap melalui kata-kata tetapi juga mengejawantah dalam laku keseharian beliau.
    Ibnu Amir pernah memberikan kesaksian perihal hebatnya kesederhanaan dan ketawadhuan Rasulullah, di tengah kedudukannya yang luhur di antara umat manusia. "Aku pernah melihat Rasul melempar jumrah dari atas unta tanpa kawalan pasukan, tanpa senjata, dan juga tanpa pengawal."
    Menurut Ibnu Amir, Rasul menaiki keledai berpelanakan kain beludru dan dibonceng pula. Sering menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan dari seorang budak, mengesol sandalnya, menambal pakaiannya, dan mengerjakan pekerjaan rumah bersama isteri-isterinya.
    Pernah suatu ketika, Rasulullah bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian gemetar karena kewibawaan beliau. Melihat hal itu, Muhammad SAW berujar untuk menenangkan laki-laki tersebut, "Tenanglah aku bukanlah seorang raja, namun aku hanyalah anak dari wanita Quraisy yang makan dendeng." .Saat dia berkumpul dan berbaur dengan para sahabatnya, tak tebersit sedikit pun sikap untuk menonjolkan dirinya. Sehingga, manakala ada seorang tamu asing datang ia tak bisa membedakan Rasulullah dengan para sahabatnya. Ini memaksanya bertanya yang mana Rasulullah .Bayangkan, seorang tokoh publik kelas dunia-akhirat sulit dikenali lantaran kesederhanaan dan ketawadhuannya. Memilih hidup sederhana tidak identik dengan hidup miskin, atau memerosokkannya dalam kemiskinan, sebagaimana tercermin dalam hadits di atas. Sementara itu, di kalangan sahabat kita mengenal Mush'ab bin Umair.
    Pemuda ini kaya raya, tampil trendi, dan serba mewah, namun ketika tersibghah dengan nilai-nilai Islam, ia menjadi pemuda yang sederhana. Demikian Islam menginspirasi umatnya, yakni sederhana dalam berbagai hal, mulai dari cara berpakaian, bertempat tinggal, berkendaraan, dan sebagainya.
    Bukan sebaliknya, bergaya hidup secara berlebih-lebihan, glamour, boros, dan bermegah-megahan. Allah berfirman, "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
    Mengapa demikian, karena terbukti gaya hidup mewah, berlebih-lebihan, konsumtif, dan boros, seringkali menyeret pelakunya untuk melakukan hal apa pun demi memenuhi segenap nafsu dan ambisinya, serta memuaskan gengsinya. Entah dengan cara korupsi, mencuri, menipu, dan tindakan negatif lainnya.

    Wallahu a'lam.

    ReplyDelete
  9. Manfaat dari Hidup Hemat

    Banyak orang setuju bahwa hidup hemat itu baik untuk dilakukan. Sejak di bangku sekolah dan mungkin dalam keluarga, kita sudah diajarkan untuk hidup dengan hemat. Namun apakah Anda sudah menjalankannya dan tahu akan semua manfaat yang disebabkan dengan cara hidup berhemat? Jika Anda sudah tahu dan kemudian menyadari betapa besar manfaat ini maka kami yakin Anda akan dengan sendirinya menanamkan prinsip hidup hemat di keseharian Anda.

    Pola hidup hemat akan menjadikan Anda pribadi yang lebih matang dalam berfikir dan lebih berhati-hati dalam bertindak atau mengambil keputusan. Pola hidup hemat akan mengajarkan Anda untuk lebih bijak dalam mengatur serta mengelola keuangan. Tentunya tidak hanya itu, masih banyak lagi manfaat dalam menjalani pola hidup hemat ini hingga kami membagi manfaat hidup hemat ke dalam tiga bagian besar berdasarkan orang yang menerima keuntungannya.
    Manfaat untuk pribadi

    Terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan
    Memiliki dana cadangan untuk membangun masa depan karir Anda
    Sebagai Modal untuk berwirausaha
    Memiliki dana pensiun
    Tidak bergantung pada asuransi kesehatan
    Cadangan Investasi
    Sikap hemat menunjukkan pribadi yang lebih bertanggung jawab.
    Lebih sehat, karena kesempatan makan di luar rumah terkontrol
    Lebih percaya diri dalam menghadapi masa depan

    Manfaat untuk keluarga

    Memiliki dana untuk berlibur bersama keluarga
    Jaminan dana pendidikan anak
    Berjaga-jaga untuk keperluan darurat
    Menjadi teladan yang baik untuk keluarga

    Manfaat untuk lingkungan

    Menghemat pengeluaran energi
    Tidak menumpuk barang yang tidak terpakai
    Menjauhkan diri dari pencurian

    ReplyDelete