Showing posts with label SMA/MA. Show all posts
Showing posts with label SMA/MA. Show all posts

Sunday, May 8, 2016

Curhat, Keluh Kesah ku Pada Mu

Ya Allah, Ya Rabb, lindungi diri ini dan kaum muslimin dari bahaya akhir zaman. Ya, di akhir zaman ada bahaya yang merebak sebagai tanda-tanda datangnya hari kiamat. Beberapa contoh adalah kemunculan dajjal, fitnah merajalela, perzinaan sudah menjadi hal yang biasa, ghibah dan pergunjingan menjadi makanan sehari-hari, penyakit al wahn menghinggapi kebanyakan manusia. Al wahn (cinta dunia dan takut mati), sebuah penyakit yang harus dikikis dengan cara mempertebal keimanan kita pada Allah swt. Mati itu hak semua makhluk yang bernyawa, meski kita tidak mau dan protes, namun akan tetap saja datang. Ketika suami istri tidur kemudian di esok harinya sang istri atau sebaliknya sang suami, didapati sudah tidak bernyawa, apa yang bisa kita lakukan. Padahal, tanpa sadar dengan percaya diri yang tinggi ketika tidur yakin akan bangun kembali, namun pernahkah kita mengira dan mempersiapkan bahwa ketika tidur dan memejamkan itu adalah kali terakhir kita melihat dunia. Hampir semua orang belum siap jika bablas tidak bangun kembali. Lalu, besoknya terulang ketika bisa bangun masih belum bersyukur, dengan seenaknya tanpa pernah berterimakasih pada Allah swt atas nafas dan kesempatan kehidupan yang diberikan pada kita. Atau misalnya saja ketika ada anak kita yang jatuh sakit kemudian menjadi parah hingga akhirnya menghembuskan nyawa terakhir, kemudian kita mengumpat, mengutuk, bahkan seketika itu tidak percaya sama Tuhan karena diambilnya anaknya tersebut, itu membuktikan kita belum memaknai segalanya adalah barang titipan, barang pinjaman, yang harus dikembalikan kepada pemilikNya. Sudahkah kita melihat secara mata, dan diperjelas dengan hati nurani, dimana letak kesiapan kita? Itu hak Allah swt untuk mengambil sewaktu-waktu yang dititipkan kepada kita termasuk diri kita sendiri. Sehingga jangankan kehilangan harta, anak, kehilangan nyawa sendiri kalau itu sudah saatnya maka ikhlas dan ridholah karena itu yang bisa manusia mampu lakukan selaku makhluk. 
Apalagi jika sekedar datangnya problematika kehidupan. Kehidupan itu memang sebuah ujian dan hakekat ujian itu tidak mudah, rekasa (sulit), capek, dan menguras tenaga, pikiran dan emosional. Namun tarik nafaslah panjang dan beristighfar, mohon ampun, mohon dikuatkan. Semua rasa yang dimiliki itu sama, maksudnya adalah jika kita bahagia, orang lain juga pernah bahagia, jika kita sedih juga orang lain pernah sedih, jika kita mendapatkan masalah hidup juga orang lain pernah mendapat masalah hidup, jika kita mendapat sebuah kesuksesan orang lain juga pernah mendapat kesuksesan. Lalu kenapa kita takut gagal, dan ketika gagal berputus asa hingga bunuh diri? Sungguh pendek pikiran dan keputusan kita. Siapkan jiwa ini dengan ujian dan tantangan. Hadapi, minta jalan yang terbaik bagi kita. Ketika ujian sulit itu memang yang terbaik, ya ketika datang hadapi dengan lapang. Pernah suatu waktu, curhat masalah di media sosial menjadi sesuatu yang nge-trend, sehingga di facebook, twitter, atau media sosial lain banyak keluhan, curhat pribadi yang bukan pada semestinya. Hingga masalah suami istri, masalah keluarga di umbar ke publik, padahal tidak semua orang suka jika status kita mengganggu mereka. Curhatan itu belum tentu layak dikonsumsi oleh orang lain, belum tentu orang lain mau dan senang mendengar (atau membaca) keluhan kita. Hal yang naif manakala segala status pribadi mengungkapkan masalah yang benar-benar rahasia ditulis di media sosial. Apalagi seharusnya keluh kesah itu bukan ditujukan kepada manusia. Bukan ditujukan di media sosial. Berkeluh kesahlah kepada Allah swt di sepertiga malam ketika shalat qiyamaul lail atau shalat tahajud, mintalah keputusan yang terbaik. Dan ketika curhat kepada Allah swt, maka solusi akan kita dapatkan dan tidak membuat masalah baru. Berbeda ketika ketika curhat dan berkeluh kesah di media sosial, selain menghabiskan waktu, kadang mengganggu dan membuat ill-feel, juga bisa menimbulkan dampak yang lebih berbahaya kedepannya. Pikir lagi, ketika kita curhat dan menulis status di media sosial, it's okay, but in what cases?
Biasanya ketika diri ini ingin dihargai dan diakui oleh orang lain, di media sosial kita mengunggah dan mengumbar segala yang kita lakukan dan segala yang kita miliki, hari-hari penuh dengan kehidupan di dunia maya. Sampai-sampai kehidupan nyata kita lupakan. Hingga ibadah kepada Allah swt kita nomor sekian kan. Lupa waktu, lupa pekerjaan, lepas akan tanggungjawab, tugas tercecer dan lupa mengurus diri sendiri secara nyata. Apapun masalah kita keluh kesah dan curhatkan kepada Allah swt. Apa sih sejatinya media sosial, facebook, twitter? Kembalikan motivasi awal kita menggunakan fasilitas tersebut. Jangan sampai justru menjadikan kehidupan kita lebih terpuruk karena adanya media sosial. Seharusnya membuat kita lebih produktif, lebih cerdas, lebih bergairah, lebih bertanggungjawab, lebih takwa. Namun ketika penggunaan media sosial sudah kelewat batas, so, hidup kita hanya terbatas di media sosial yang sebetulnya penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Nikmati hidup ini, jangan sia-siakan waktu yang telah Allah berikan, jangan buang waktu percuma hanya dengan nongkrongin media sosial, bahkan secara luas internet, tapi lakukan di dunia nyata, karena untuk ibadah dan akhirat itu butuh tindakan konkret bukan sesuatu yang fana. Hati-hati kecanduan dengan internet, media sosial atapun gadget itu sama saja dengan memposisikan hal-hal tersebut sebagai tuhan kita dan melupakan sampai mengingkari keberadaan Pencipta Yang Sesungguhnya, Tuhan yang Maha Kuasa, Allah, Rabbul Izzati.
Sudahlah kenapa terlalu mengurusi hal-hal yang yang berbau unreal (maya), lebihkan untuk berkhidmat di lingkungan sekitar kita, buatlah prestasi, buatlah kreasi yang mantap dan membawa manfaat untuk masyarakat secara luas. Jadikan Allah dan Rasulnya sebagai saksi amal-amal kita, serta jadikan orang-orang mukmin menjadi saksi atas prestasi kita, batasi untuk media sosial sekarang juga.
Berikut teks Hortatory Exposition terkait media sosial untuk materi kelas XI:

People Shouldn't Share Their Problems In Social Network

Sharing problems in social network really annoys to other people and embarrass themselves who do it.

People who share their problems in social network really annoys to other people. As a user of social network, I feel like they are disturbing my vision with their status. I wanna see news from people updates, but when they use it for sharing their problems, it’s annoying.

Sharing problems in social network is embarrassing. People think that the person who posted it has a terrible life or even bad. Finally, I strongly agree that people should not share their problem in social network. It’s better for them to write their feeling in a book which called diary or they just have to share it with their friends.