Nyiur di tepi pantai menjadi pemandangan sebagian besar pesisir kepulauan di nusantara ini. Tapi tahukah sobat semua bahwa bangsa Indonesia yang sekarang ini mau tidak mau harus mengetahui asal-usul nenek moyangnya. Secara tidak sengaja saya membaca artikel berkaitan dengan hal ini ketika mencoba membantu tugas adik saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dia kelas X. Tugas tersebut terkait dengan mapel sejarah. Nah ketika adik saya itu mulai mengajukan dengan pertanyaan-pertanyaan kepada saya, ada yang bisa jawab langsung dan ada beberapa yang belum tahu jawabannya. Sehingga mau nggak mau saya cari tahu di mbah google, berikut pertanyaan yang diajukan oleh adik saya:
1. Sebutkan pendapat para ahli terkait asal usul nenek moyang bangsa Indonesia!
2. Apa yang dimaksud dengan persebaran proto-melayu, deutro melayu dan melanesoid?
3. Jelaskanlah rute perjalanan dan budaya dari masing-masing persebaran tersebut?
4. Dari persebaran yang ada, apa saja keturunan bangsa yang dihasilkan oleh nenek moyang yang ada?
Akhirnya, saya melakukan kompilasi dari berbagai sumber dan akhirnya mampu terkumpul artikel sebagai berikut (dalam rangka share tugas yang dimiliki oleh adik saya tadi):
Pendapat Para Ahli Asal Usul nenek Moyang Bangsa
Indonesia
Asal
usul nenek moyang bangsa Indonesia hingga kini sebetulnya masih menjadi
perdebatan bagi para ahli sejarah (sejarawan). Masing-masing dari mereka
memberikan teori, bukti, argumen, dan alasan dari pendapat mereka untuk
memperoleh pembenarannya sendiri. Kendati begitu, ada satu pendapat yang
memperoleh dukungan paling kuat karena alasannya dapat dibuktikan secara logis
dengan bukti-bukti sejarah yang sudah terverifikasi. Ya, pendapat itu adalah pendapat
dari seorang sejarawan asal Belanda, Van Heine Geldern. Untuk mengetahui
bagaimana kisah asal usul nenek moyang bangsa Indonesia sesuai versi Geldern,
Anda dapat menyimak ulasannya di sini. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Kendati sudah ada pendapat tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yang
paling beralasan kuat. Kita tentu perlu tahu beberapa pendapat ahli sejarah
lainnya, karena siapa tahu pendapat-pendapat mereka itulah yang merupakan
sebuah kebenaran.
Yang namanya sejarah itu hanya berdasar pada duga dan kira,
kebenaran absolut bukankah hanya tuhan yang tahu. Nah berikut ini adalah 15
pendapat ahli sejarah tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang
berhasil kami rangkum dari beberapa sumber.
1 1. Pendapat Drs. Moh. Ali
Drs. Moh. Ali beranggapan
bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia bersumber dari daerah Yunan,
Cina. Anggapan ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang menyebut jika bangsa
Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang
lebih kuat kala itu. Mereka kemudian pindah ke selatan, ke pulau-pulau di
Austronesia termasuk Indonesia. Ali berpendapat jika nenek moyang orang
Indonesia berasal dari hulu sungai besar yang berada di daratan Asia, mereka
berdatangan ke Indonesia dengan cara bergelombang. Gelombang pertama
berlangsung sejak 3.000 sampai 1.500 SM (Proto Melayu) sedangkan gelombang
kedua terjadi pada 1.500 sampai 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri kelompok yang
datang pada gelombang pertama adalah mereka masih berkebudayaan Neolitikum
dengan tipe perahu bercadik-satu sebagai alat transportasi menyeberangi lautan,
sedangkan orang-orang gelombang kedua memakai perahu bercadik-dua.
2.
Pendapat Prof. Dr. H. Kern
Prof. Dr. H. Kern berpendapat
bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Ilmuan asal
Belanda ini menyebut jika hasil penelitiannya menunjukan bahwa
bahasa-bahasa yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia,
dan Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Dengan fakta
itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah yang sama
dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia. Menurutnya, nenek-moyang
bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju ke kepulauan
Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa
yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia. Selain nama geografis,
istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi
pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa.
3.
Pendapat Willem Smith
Untuk menentukan asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith melakukan identifikasi terhadap
bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan
penelitiannya, ia kemudian mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3
bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria. Nah, Indonesia
sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke dalam penggunaan
bahasa Austria.
4.
Pendapat Prof. Dr. Sangkot Marzuki
Prof. Dr. Sangkot Marzuki
menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia memiliki asal usul dan
keterkaitan dengan Austronesia dataran Sunda. Ini didasari oleh penelusuran
terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia. Atas
dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang menyebut jika
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Menurutnya, Homo Erectus atau
Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai manusia purba saat itu tidak
memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia zaman sekarang. Menurutnya,
mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari Afrika.
5.
Pendapat Van Heine Geldern
Pendapat Van Heine Geldern
sebetulnya tak jauh beda dengan pendapat Kern. Ia menganggap jika bahasa
Indonesia adalah bahasa yang berasal dari Asia Tengah. Kendati lebih baru
dibanding dengan teori yang diajukan Kern, pendapat dan teori Geldern lebih
dapat dipercaya karena didukung oleh penemuan beberapa artefak, dan benda-benda
sejarah lainnya yang ditemukan di Indonesia memiliki kesamaan dengan
benda-benda sejarah yang ditemukan di daratan Asia.
6.
Pendapat Prof. Mohammad Yamin
Prof. Mohammad Yamin menentang
semua teori-teori yang menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia justru
berasal dari luar Indonesia. Menurut beliau, orang Indonesia saat ini
benar-benar asli berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia justru malah
meyakini jika ada sebagian bangsa dan suku di luar negeri yang nenek moyangnya
berasal dari Indonesia. Landasan pemikiran yang menjadi dasar Yamin adalah
banyaknya temuan fosil dan artefak di Indonesia yang lebih lengkap dibanding
daerah lain di Asia. Contohnya, temuan fosil Pithecanthropus soloensis dan
wajakensis yang tidak diketemukan di daerah-daerah lain di Asia termasuk Asia
Tenggara (Indochina).
7.
Pendapat Prof. Dr. Krom
Prof. Dr. Krom mengungkapkan
bahwa masyarakat Indonesia adalah keturunan asli orang-orang China Tengah. Hal
ini didasari pemikiran sederhana, yaitu karena di Cina Tengah banyak sekali
terdapat sungai besar. Sebagian dari mereka menyebar ke seluruh kawasan
Indonesia pada zaman batu tua (sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM).
8.
Pendapat Dr. Brandes
Dr. Brandes berpendapat jika
suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia mempunyai kesamaan secara etnik,
fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa yang mendiami daerah-daerah yang
melintang dari utara di Pulau Formosa (Taiwan), barat di Pulau Malagasi
(Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali; serta timur di tepi pantai barat
Amerika.
9.
Pendapat Hogen
Hogen berpendapat bahwa bangsa
yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera beramilasi secara genetik dengan
bangsa Mongol yang datang pada gelombang pertama (Proto Melayu dan Deutro
Melayu).
10. Pendapat
Max Muller
Mac Muller berpendapat secara
lebih spesifik. Ia menyebut jika asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari semenanjung Asia Tenggara. Kendati begitu, alasan Muller ini tidak
didukung alasan yang jelas dan terverifikasi.
11. Pendapat
Mayundar
Mayundar berasumsi bahwa
bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia adalah
berasal dari India. Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke
Indonesia, dan akhirnya ke Asia Pasifik. Asumnsi Mayundar ini didukung hasil
penelitiannya yang menyebut jika bahasa Austria adalah bahasa Muda di kawasan
India bagian timur.
12. Pendapat
Mens
Mens berpendapat bangsa
Indonesia sebetulnya berasal dari keturunan Mongol yang terdesak akibat
keberadaan bangsa bangsa lain yang lebih kuat. Mereka kemudian bermigrasi
secara besar-besaram ke arah selatan termasuk ke kawasan Indonesia
13. Pendapat
Sultan Takdir Alisyahbana
Sultan Takdir Alisyahbana
mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bernenekmoyangkan bangsa
melayu. Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki
kesamaan yang signifikan.
14. Pendapat
Gorys Kraf
Gorys Kraf berpendapat bahwa
bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang lebih maju dibanding kebudayaan
bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari
bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Austronesia seperti Malaysia, Thailand,
Madagaskar, dan Selatan Indochina
15. Pendapat
Harry Truman Simandjutak
Harry Truman Simandjutak
mengemukakan bahwa bahasa yang banyak dipakai di Indonesia adalaha generasi
kedua dari Bahasa Austronesia. Ini menunjukan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Pulau Formosa, di Taiwan.
Asal usul nenek moyang bangsa indonesia
(Proto-Melayu, Deutro Melayu, dan Melanesoid).
Penduduk asli
kepulauan Indonesia menurut Sarasin bersaudara adalah ras
berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mulanya mereka tinggal di Asi bagian
tenggara. Namun, ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk
Laut Cina Selatan dan Laut Jawa sehingga memisahkan penggunungan vulkanik
kepulauan Indonesia dari daratan utama. Setelah itu, beberapa penduduk asli
kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan
daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Oleh Sarasin, penduduk asli
tersebut disebut sebagai suku bangsa Vedda. Ras yang masuk dalam kelompok
tersebut, seperti suku bangsa Hieng di Kamboja, suku bangsa Miaotse Yao-Jen di
Cina, dan suku bangsa Senoi di Semenanjung Malaya.
Para
pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Jumlah mereka
jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Para pendatang tersebut datang dalam
dua tahap. Oleh Sarasin para pendatang tersebut disebut sbagai Proto-Melayu dan
Deutro Melayu. Kedatangan Proto-Melayu dan Deutro Melayu terpisah dan
diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
·
Proto-Melayu
Diperkirakan
Proto-Melayu datang dari Cina bagian selatan. Proto-Melayu tersebut diyakini
sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar
sampai ke pulau-pulau paling timur di Pasifik. Ras Melayu tersebut mempunyai
ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecokelat-cokelatan, dan bermata sipit.
Dari Cina bagian selatan (Yunan), Proto-Melayu berimigrasi ke Indocina dan ke
Siam, kemudian ke kepulauan Indonesia. Mula-mula Proto-Melayu tersebut
menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Di
Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu membawa peradaban batu.
Pada
waktu datang para imigran baru (Deutro Melayu atau ras Melayu Muda),
Proto-Melayu berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke
hutan-hutan untuk tempat hunian. Kedatangan Proto-Melayu terisolasi dari dunia
luar dan peradaban mereka memudar. Setelah itu, antara penduduk asli dan
Proto-Melayu melebur dan mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, suku bangsa
Dayak, suku bangsa Toraja, suku bangsa Alas, dan suku bangsa Gayo.
Adanya
kehidupan ras Proto-Melayu yang terisolasi menyababkan ras Proto-Melayu sedikit
mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun kebudayaan Islam di kemudian
hari. Kelak para ras Proto-Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka
mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama
Kristen dan peradaban baru.
Adanya
persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka
menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia. Sementara suku
bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat. Ada beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa
Karen di Burma yang banyak mengandung kemiripan dengan bahasa batak.
·
Deutro Melayu
Deutro
Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian selatan. Di kepulauan
Indonesia, Deutro Melayu membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi
(kebudayaan Dongson). Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson.
Bila dibandingkan dengan ras Proto-Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih
tinggi. Deutro Melayu membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu
ditandai dengan keahlian mereka mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan
Deutro Melayu ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat
yang ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka
tinggalkan berupa kapak persegi panjang. Peradaban tersebut dapat dijumpai di
Malaka, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam
bidang pengolahan tanah, Deutro Melayu mempunyai kemampuan membuat irigasi di
tanah-tanah pertanian. Sebelum mereka membuat irigasi, mereka terlebih dahulu
membabat hutan. Selain itu, ras Deutro Melayu juga mempunyai peradaban
pelayaran yang lebih maju bila dibandingkan dengan pendahulunya. Hal tersebut
karena petualangan yang dilakukan Deutro Melayu sebagai pelaut dan dibantu
dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan.
Perpindahan
yang dilakukan Deutro Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut.
Sebagin dari ras Deutro Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada
yang hingga ke Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin
banyak di kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto-Melayu dan
Deutro Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia.
Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara serta
Toraja di Sulawesi. Semua penduduk di kepulauan Indonesia, kecuali penduduk
papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutro Melayu.
·
Melanesoid
Selain
Proto-Melayu dan Deutro Melayu, di Indonesia juga ada ras lain yaitu ras
Melanesoid. Ras Melanesoid tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang
letaknya sebelah Timur Irian dan Benua Australia. Ras Melanesoid di kepulauan
Indonesia tinggal di Papua. Suku bangsa Melanesoid menurut Daldjoeni sekitar
70% menetap di Papua dan yang 30% tinggal di beberapa kepulauan di sekitar
Papua dan Papua Nugini. Pada awalnya, kedatangan bangsa Melanesoid di Papua
berawal ketika zaman es berakhir (tahun 70000 SM). Ketika itu kepulauan
Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan
maksimal dan air laut menjadi beku, maka permukaan laut menjadi lebih rendah
100 m dibandingkan dengan permukaan saat ini. Pada saat tersebut muncul
pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau baru tersebut memudahkan makhluk hidup
berpindah dari Asia menuju ke kawasan Oseania.
Bangsa
Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga sampai ke Papua dan kemudian
ke Benua Australia yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungkan
dengan Papua. Pada waktu itu, bangsa Melanesoid mencapai 100 jiwa yang meliputi
wilayah Papua dan Australia. Pada waktu masa es berakhir dan air laut mulai
naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah
seperti yang kita lihat saat ini. Adapun asal mula bangsa Melanesoid
adalah Proto Melanesoid. Proto Melanesoid tersebut adalah manusia Wajak yang
tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum
kenaikan permukaan laut yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak di Papua
hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Manusia Wajak
tersebut hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta
akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa
perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebenarnya
rumah tersebut hanya kemah atau tadah angina yang sering menempel pada dinding
gua yang besar. Kemah atau tadah angina tersebut hanya digunakan sebagai tempat
untuk tidur dan untuk berlindung, sedangkan untuk aktivitas yang lain dilakukan
di luar rumah.
Setelah
itu, bangsa Proto Melanesoid terdesak oleh bangsa Melayu. Bangsa Proto
Melanesoid yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran
dengan bangsa Melayu. Pencampuran kedua bangsa tersebut menghasilkan keturunan
Melanesoid-Melayu yang saat ini merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan
Maluku.
Proto Melayu Dan Deutro Melayu :
Pengertian, Persebaran di Indonesia, Suku Bangsa
Berdasarkan
kesimpulan Kern bahwa nenek-moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa
di Vietnam Utara
(Tonkin), Kamboja, dan Kochin Cina (Indocina). Namun, sebelum mereka tiba di
Kepulauan Indonesia, di Indonesia sendiri telah ada bangsa yang lebih dulu
berdiam. Bangsa tersebut berkulit hitam dan berambut keriting (ras Negrito).
Hingga sekarang bangsa tersebut mendiami Indonesia bagian timur pedalaman dan
sebagian Australia. Jadi, sebetulnya bangsa berkulit hitam inilah yang
merupakan penduduk asli Indonesia.
Sementara
itu, sekitar tahun 1.500 SM, bangsa dari Campa terdesak oleh bangsa lain yang
lebih kuat yang datang dari Asia Tengah (sekitar Mongol). Bangsa yang terdesak
ini lalu bermigrasi ke Kamboja dan meneruskannya ke Semenanjung Malaka. Dari
Malaka, mereka melanjutkan pelariannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Filipina. Yang di Filipina lalu melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi dan
Maluku.
Selanjutnya,
mereka yang mendiami wilayah Indonesia membentuk komunitas masing-masing.
Mereka berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti Aceh, Batak, Padang,
Palembang, di Sumatera; Sunda dan Jawa di Pulau Jawa; Dayak di Kalimantan,
Minahasa, Bugis, Toraja, Makassar di Sulawesi; Ambon di Maluku. Sedangkan
mereka yang bercampur dengan bangsa asli yang berkulit hitam berkembang menjadi
suku-suku tersendiri, seperti di Flores.
Selain
teori di atas, ada pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
adalah orang-orang Melayu.
1. Melayu
Tua (Proto Melayu)
Bangsa
Melayu Tua ini memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.
Mereka masuk melalui dua rute: jalan barat dan jalan timur. Jalan barat adalah
melalui Semenanjung Melayu kemudian terus ke Sumatera dan selanjutnya menyebar
ke seluruh Indonesia. Sementara jalan timur adalah melalui Kepulauan Filipina
terus ke Sulawesi dan kemudian tersebar ke seluruh Indonesia. Para ahli
memperkirakan bahwa bangsa Melayu Tua ini peradabannya satu tingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan manusia purba yang ada di Indonesia. Orang-orang
Melayu Tua ini berkebudayaan Batu Muda (Neolitikum). Benda-benda buatan mereka
masih menggunakan batu namun telah sangat halus. Kebudayaan kapak persegi
dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak
lonjong melalui jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras
kulit hitam.
Pada
perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena kedatangan
bangsa Melayu Muda. Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih berdiam di
Indonesia bagian timur, seperti di Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua.
Sementara itu, bangsa kulit hitam (Ras Negrito) yang tidak mau bercampur dengan
bangsa Proto Melayu lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar
terhindar dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap
sebagai “peganggu”. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat meski
populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di Siak, orang Kubu di Palembang,
dan orang Semang di Malaka.
2. Melayu
Muda (Deutro Melayu)
Bangsa
Melayu Muda memasuki kawasan Indonesia sekitar 500 SM secara bergelombang.
Mereka masuk melalui jalur barat, yaitu melalui daerah Semenanjung Melayu terus
ke Sumatera dan tersebar ke wilayah Indonesia yang lain. Kebudayaan mereka
lebih maju daripada bangsa Proto Melayu. Mereka telah pandai membuat
benda-benda logam (perunggu). Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat
besi. Kebudayaan Melayu Muda ini sering disebut kebudayaan Dong Son. Nama Dong
Son ini disesuaikan dengan nama daerah di sekitar Teluk Tonkin (Vietnam) yang
banyak ditemukan benda-benda peninggalan dari logam. Daerah Dong Son ini
ditafsir sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi menuju Indonesia.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia di antaranya adalah
kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan bejana perunggu.
Benda-benda
logam ini umumnya terbuat dari tuangan (cetakan). Keturunan bangsa Deutro
Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya
Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan hasil
penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal
dari bahasa Austronesia Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah
Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan
lain-lainnya, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang
dipisahkan oleh laut dan selat.
Di
samping dipisahkan oleh selat dan samudera, perbedaan bahasa pun disebabkan
karena setiap pulau di Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda.
Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun setelah menetap di tempat
masing-masing mereka pun mengembangkan bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu
dipakai dan masih diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda
yang baru dilihat di tempat tinggal yang baru (Indonesia) mereka membuat
kata-kata mereka sendiri. Jadi, jangan heran, bila ada sejumlah kata yang
terkadang sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti yang berbeda
sama sekali, tak ada hubungan. Ada pula kata yang memiliki arti yang masih
berhubungan meski tak identik, seperti kata “awak”. Kata awak bagi orang Minang
berarti “saya”, sedangkan menurut orang Sunda berarti “badan”.
Selanjutnya,
bangsa Melayu Muda inilah yang berhasil mengembangkan peradaban dan kebudayaan
yang lebih maju daripada bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang menjadi
penduduk di pedalaman. Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan
Negrito masih bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola moyang mereka, dan
kurang bersentuhan dengan budaya luar seperti India, Islam, dan Eropa.
Sedangkan bangsa Deutero Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu-
Budha, Islam, dan Barat.
Jenis
Bangsa Prasejarah Indonesia & Keturunan Persebarannya
Dengan
adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada
zaman prasejarah di Kepulauan Indonesia ternyata sudah dihuni oleh berbagai
bangsa yang terdiri dari:
1. Bangsa
Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciri-ciri
antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar
dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa
keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua
Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
2. Bangsa
Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri
antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk
mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja
(Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah),
Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku
Kubu (Sumatera Selatan).
3. Bangsa
Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan
bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang
menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku
Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.
Perpindahan/Migrasi
Bangsa-bangsa ke Indonesia
Manusia pendukung
yang berperan aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan itulah merupakan suatu
bangsa yang melakukan perpindahan/imigrasi dari daratan Asia ke Kepulauan
Indonesia bahkan masuk ke pulau-pulau yang tersebar di Lautan Pasifik.
Bangsa yang
berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara
bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina
dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:
1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua
Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini
merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa
Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan
perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:
- Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari
daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan
Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke
Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan
Neolithikum (Batu Muda)
- Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan
bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam
(perunggu).
k
ReplyDelete