Showing posts with label makmur. Show all posts
Showing posts with label makmur. Show all posts

Sunday, April 22, 2018

Maze Runner 2018, Antibodi & Keberlangsungan Ummat

Jika sobat kamu terkena penyakit menular masihkah kamu bergaul dengannya? Iya, kalo penyakitnya gak terlalu berbahaya namun jika mematikan maka seharusnya untuk beberapa saat tidak berhubungan langsung dengannya. Nah, ada sebuah film fiksi ilmiah di tahun 2018 yang berjudul Maze Runner: The Death Cure, yang rilis pada 26 Januari silam. Memang versi bluray nya baru ngorbit di internet belakangan ini dikarenakan faktor hak cipta dan hak tayang di bioskop, so wajar di dunia maya gambar beningnya jeda beberapa bulan dari tanggal rilisnya. Ini pun kadang situs pengunggah tetap beresiko kena pelanggaran copyright. Selama digunakan untuk tontonan pribadi mungkin tiak begitu masalah. Di dalam film ini disebutkan bahwa  wabah penyakit yang disebut "flare", terjemahan bebasnya semacam penyakit zombi, dalam terjemahan subtitle Indonesia di tuliskan wabah suar karena memang penyakit ini mudah menyebar seperti jangkauan sebuah suar (nyala kembang api) yang melambung tingggi dengan sinar terang sebagai penanda, memiliki daya jangkau pandang ratusan kilometer. Nah, wabah ini juga cepat menyebar layaknya suar tersebut. Tokoh Thomas sebagai aktor utama dalam film tersebut memiliki daya imunitas yang tinggi terhadap penyakit suar ini. Darahnya bahkan memiliki kualitas level tinggi yang mampu melawan virus suar. Thomas dan teman-temannya memiliki misi menyelamatkan sekolompok remaja yang akan dijadikan bahan percobaan untuk mencari vaksin penangkal wabah suar. Sekelompok remaja yang ditawan di dalam kereta dibebaskan oleh thomas dan kawan-kawannya.
Adegan yang cukup atraktif ditonton apalagi bagi penggemar film fiksi ilmiah, ini patut masuk dalam bucket list film favorit 2018. Penilaian imdb (laman review film) memberikan skor 6.5 untuk film karya Wes Ball ini. Menurut pribadi saya, juga seorang penyuka film barat, sisi plusnya pada aspek jiwa korsa yang dimiliki oleh Thomas beserta kelompoknya untuk mengemban misi yang sudah dimandatkan pada mereka. Dengan penuh semangat tim yang tinggi, kerjasama yang didasari tanggungjawab atas masing-masing jobnya, membuat misi semakin lancar dijalankan.
Ada problem internal yaitu manakala Thomas bertemu dengan kekasihnya yang bernama Teresa yang saat itu berada di pihak musuh. Teresa ini sedang melakukan penelitian untuk menemukan vaksin atau obat penyembuh wabah suar, caranya antara lain dengan menjadikan tawanan para remaja yang memiliki imunitas tubuh yang bagus untuk diujicoba dalam laboratorium milik perusahaan dimana ia berada Sebetulnya film ini saduran dari novel yang berjudul "Death Cure" karya James Dashner, novel fiksi tentang cara menyembuhkan wabah mayat hidup atau zombie.
Thomas masih memiliki masalah juga dengan sahabatnya yang bernama Newt, temannya ini diam-diam juga telah tertular wabah suar sehingga ia harus segera mendapatkan vaksin penyembuhannya. Di akhir cerita Newt terlanjur menjadi zombie dimana kesadaran dirinya hilang dan memiliki sikap agresif menyerang manusia normal untuk ditulari wabah. Film ini perlu pemahaman alur cerita agar benar-benar meresapi, karena bagi penonton yang tidak begtu suka dengan film bergenre thriller maka sulit mengikuti jalan ceritanya.
Ada Pengorbanan Untuk Menyelamatkan
Berkorban untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, memberi untuk kebaikan orang banyak, hilangkan ego untuk keberlangsungan umat. Mungkin bahasa saran yang bisa diberikan dari amanat film ini. Pengorbanan yang bukan saja bersifat individual namun kolektif untuk memberikan kebermnfaatan yang lebih luas. Ada gejolak protes yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar tembok pemerintahan terhadap orang-orang yang berada di dalam tembok. Awalnya thomas berada di luar zona tembok yang sewaktu-waktu wabah itu bisa menyerangnya. Namun di dalam tembok juga tak kalah rumitnya, ternyata ada tokoh yang memiliki ego luar biasa tinggi menginginkan serum atau vaksin penyembuh wabah suar itu hanya untuk dirinya sendiri. Dialah tokoh antagonis dalam film yakni Janson yang diperankan oleh Adian Gillen.
Nah, ngomongin masalah amanat dari suatu film bisa saja menghubungkan atau mencari benang merah dengan realita lokal, regional, ataupun kawasan yang kita tinggali. Sudut pandang subjektif penulis juga sangat mendominasi dalam penilaian dan kritikan. Semuanya oke-oke saja di era informasi global.
Dalam sebuah pentas demokrasi misalnya saja pastilah tokoh antagonis ada. Demokrasi yang embrionya dari barat memang mau tidak mau tetap ada kelemahannya. Budaya timur yang cenderung mengandalkan musyawarah mufakat akan sedikit mengalami gesekan ketika jajak pendapat suara terbanyak kadang positif, terkadang negatif. Positifnya mencerminkan suara mayoritas, negatifnya suara bisa dibeli yang penting banyak. Contoh jajak pendapat yang merugikan adalah lepasnya timor timur dengan adanya referendum jajak pendapat, yang akhirnya lepas dari NKRI, padahal secara emosional lebih dekat dengan bangsa Indonesia baik secara sejarah maupun kultur dibandingkan kedekatan dengan Portugis maupun Australia pada waktu itu. Contoh suara terbanyak yang belum menghasilkan manfaat secara masif adalah hasil pilpres 2014 yang belum memberikan sosok yang mampu membawa Indonesia maju dan sejahtera, 4 tahun bisa dijadikan pembuktian lho. Tenaga kerja asing dari Cina lebih di istimewakan, sebaliknya pemuda lulusan sarjana dari bangsanya sendiri dibiarkan menganggur. Kayak gini enggak layak untuk menjabat 2 periode, cukup 1 kali periode saja, khawatir negara ini tambah hancur enggak keurus. Selama 4 tahun sudah banyak morat maritnya daripada prestasinya.
Tokoh egois yang antagonis, egois ingin maju lagi, antagonis karena kontra terhadap kepentingan rakyat, enggak peka terhadap masalah yang dihadapi rakyat kebanyakan. Antagonis kontra dengan janji-janjinya sendiri yang terlanjur dipublikasikan dengan tambahan pencitraan, tidak mampu ditunaikan. Tuh contoh lah prestasi jaman sby, meski diawal-awal mimpin ada tragedi tsunami Aceh namun terlihat jelas leadership dan manajemennya. Musibah kemanusiaan sekaliber tsunami Aceh yang skalanya sangat besar mampu ditangani dengan baik, padahal tsunami Aceh tergolongan bencana alam maha dahsyat dalam kurun 15 tahun terakhir. Lha ini enggak ada bencana alam sebesar tsunami Aceh saja morat marit enggak karuan, tenaga kerja, utang luar negeri, pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah, harga pertalite, tarif listrik, dsb. Ya elah masih saja sempat2nya ngurusi kambing, muter2 pencitraan pake scoopy, wes ora mutu blas...
Pengorbanan dong jangan hanya pencitraan saja, leader itu untuk seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, jangan nurutin emak moncong putih saja, menang kemarin di tahun 2014 itu enggak nyampe 60%, jadi baik pendukungnya sendiri maupun rakyat yang lain diurusin semua (yang enggak dukung cukup banyak lho, termasuk penulis). Kebijakan itu pemerintah yang punya, dengan segala fasilitas negara yang dimiliki seharusnya dioptimalkan untuk mensejahterakan rakyat dan memajukan bangsa. Keberlangsungan ummat, keberlangsungan rakyat, bukan keberlangsungan para penjilatnya thok, ini pemimpin bangsa bukan sekelas ketua geng motor saja. Banyak pekerjaan rumah sebelum laporan pertanggungjawaban. Kalo enggak mampu, dengan sadar dan legowo seperti pak soeharto yang lengser tahun 1998 itu lho. Inget, catet, tokoh antagonis (pro cukong anti rakyat) endingnya mengenaskan, enggak di dunia enggak juga di akhirat. Malah di yaumul hisab lebih serem lagi, ini berdasarkan kitab suci bahwa pemimpin yang culas dan tidak amanah hisabnya paling lama sendiri karena membawahi jutaan rakyat. Sungguh berat menjadi pemimpin yang amanah. Lebih Berat lagi yang tidak amanah, lebih berat siksaannya di akhirat.
Tergiur dengan kenyamanan semata, dan kemewahan semu, hanya ego pribadi atau satu golongan tertentu mengalahkan kepentingan dan kemaslahatan jutaan rakyat, mirip film maze runner si tokoh antagonis yaitu Janson bilang "Ini kapal penyelamat, seluruh dunia akan musnah. Tak berarti kita harus musnah bersamanya. Menyelamatkan orang-orang yang dipilih untuk diselamatkan." Kemudian dengan mengucapkan kalimat seperti itu si Janson langsung mengambil serum yang berada di tangan Teresa untuk digunakan sendiri demi keselamatan pribadi semata. Sebuah rasa ego yang menghilangkan rasa belas kasihan dan kepekaan sosial, tak ada untuk kemaslahatan bersama yang ada ego pribadi dan satu golongannya itu. Itulah ciri-ciri dari karakter antagonis dan biasanya menghasilkan pengikut-pengikut yang suka menjilat disebut penjilat setia, mencari aman untuk dirinya atau posisi yang akan didapatkannya.
Masalah bagi yang suka terhadap keadilan manakala ketimpangan hukum terjadi. Problem besar bagi rakyat dan pembelanya manakala terjadi kehancuran yang makin hari makin jelas terlihat, yah bisa saja ditutup-tutupi, namun aroma menyengat dari ketidakmampuan itu semakin detik semakin menyebar kemana-mana. #2019GantiPresiden memang belum dilaksanakan karena masih tahun 2018, begitu tanggal mainnya insyaalloh rakyat akan menyadari betapa urgennya gerakan #2019GantiPresiden.
Sobat muda yang gak suka politik jangan cuek, minimal peka terhadap lingkungan sekitar, yang muda itu yang bergerak, muda itu enerjik, youth is agent of change. Tonton panggung politik dengan menjadi penonton yang cerdas, dukung dengan menjadi pendukung yang rasional, kalo mau jadi pelaku maka bermainlah dengan cara fairplay. So it is fair #2019GantiPresiden secara konstitusi lewat jalur pilpres. Sobat muda yang enggak hobi ngomongin yang berat-berat semisal tema politik, maka cukup tonton saja pentas demokrasi, bisa juga tonton film Maze runner 2018 dengan klik link untuk mengunduh:

Related Posts:

Monday, May 16, 2016

Gagal Paham, Salah Paham, Yo Wes...

Kurangnya pengetahuan dan wawasan luas menyebabkan fanatik sempit dan memandang rendah kelompok lain. Kalangan terdidik menyebutnya sebagai etnosentrism. Terlepas dari bahasan ilmiah, ini hanya sekedar curhat, hal buruk semakin terpuruk dikarenakan orang yang terdidik terlalu banyak tahu dan kemudian mencari keuntungan secara materi dari pengetahuannya diteruskan dengan memperdaya orang-orang yang kurang terdidik. Contoh kasus nyata adalah dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Dokter yang buruk sifatnya akan memaksa pasiennya dengan memberi resep obat yang mahal meskipun sakit si pasien sebetulnya biasa-biasa saja. Dia memberi rasa takut yang berlebihan dan terkadang menggantikan sebagai malaikat maut karena bisa menentukan kapan pasien itu meninggal. Hal baik manakala bertujuan membantu pasien. Hal buruk manakala bertujuan menguras isi kantong pasien. Yah, si dokter tersebut memanfaatkan kebodohan pasien yang tidak tahu menahu akan masalah kesehatan dan dunia kedokteran, kadang mendengar istilah-istilah kedokteran saja pasien sudah dibuat migrain dan demam. Tahu namun memperdaya orang yang belum (tidak) tahu. Paham namun memberikan pemahaman yang salah kepada orang lain.
Bagaimana jika terjadi pada kalangan tokoh masyarakat bahkan tokoh agama? Yang dengan alat agama itu, mereka berusaha membuat pandangan sempit terhadap golongan lain bahkan sampai menyebar fitnah. Sungguh tindakan buruk yang menimbulkan renggangnya ukhuwah. Munculnya fanatik sempit dikarenakan sudut pandang yang digunakan hanya satu sisi. Tidak mau terbuka terhadap pemikiran pihak lain. Bahaya fanatik sempit bisa meruncing hingga saling fitnah dan saling klaim kebenaran, karena "benar" itu adalah versi mereka sedangkan versi di luar mereka adalah salah besar. Akhir-akhir ini terjadinya salah paham antar kelompok, golongan, ataupun etnis merupakan akar masalah yang sewaktu-waktu menjadi BISUL yang tiba-tiba pecah, memecah ketahanan nasional, keutuhan bangsa ini. Lihat saja, bagaimana kesalahpahaman itu sengaja dipelihara, dirawat dan disuburkan dengan kaburnya berita (tidak jelas) di kalangan masyarakat. Masyarakat akhirnya "gagal paham" dalam menyikap permasalahan tertentu.
Siapa tahu di negeri ini masih banyak orang alim ya?! Yang ilmunya benar-benar mampu menjadi cahaya bagi masyarakat yang sedang kehausan dan lapar akan keadilan. Masyarakat akhirnya merindukan sosok pemimpin yang disebut sebagai "ratu adil" yang sebenarnya tidak ada. Hanya sebuah utopia belaka. Mari cermati baik-baik salah satu tokoh yang pernah dielu-elu kan yang dikira dan dianggap "merakyat" sekali, dimana diyakini mampu menyelesaikan permasalahan bangsa, membawa Indonesia sejahtera adil dan makmur. Tiba gilirannya diberi kesempatan memimpin, ora becus. Saat ini yang terjadi hanyalah pepesan kosong. Jalan ditempat iya. Tidak masalah jika jalan ditempat itu bagian dari latihan baris berbaris anak pramuka, nah jika levelnya nasional, apa tidak semakin tertinggal dengan singapura, malaysia, thailand, brunei, dan negara asia tenggara lainnya?
Dimanakah letak "gagal paham" yang dialami masyarakat sekarang? Menurut pribadi saya, saat ini, mayoritas masyarakat di pelosok (desa, kampung, dusun), ketika menjumpai dan melakukan prosesi pemilihan pemimpin di level manapun (desa, kabupaten, kota, provinsi, nasional) masih berpikir pendek belum sampai 5 tahun kedepan bahkan 10 tahun kedepan. Suara mereka tergadai dengan 50 ribu, 20 ribu, atau sekedar nasi bungkus. Sampai saat ini mereka gagal paham bahwa si tikus (pemimpin berjiwa koruptor dan berhati iblis) telah membodohi dan memperalat dengan senjata ampuh yaitu politik uang. Gagal paham, jika ternyata 1 suaranya itu sangat berharga dan berpengaruh terhadap hampir 255 juta jiwa, dalam aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, termasuk kebutuhan spiritual. Contoh kebutuhan spiritual yang terganggu adalah kasus di negara lain (Cina), disana beberapa bulan lalu kebutuhan dan hak seorang muslim dibatasi dalam ritual ibadahnya, ini terjadi karena pemimpin (pemerintah) negara tersebut trauma dengan Islam (memiliki pandangan sempit) bahkan skeptis terhadap segala sesuatu yang berbau Islam.
Yo wes lah, sebagai muslim sejati, saat ini jalani kehidupan sesuai syariat, yakini kesemrawutan, keruwetan, polemik, problema, adalah by designed (rancangan) dari Allah swt dengan tujuan agar ujian itu membuat tangguh umat muslim. Jika kita menjadi bagian dari kelompok kebenaran maka beruntunglah, karena track yang kita lalui sudah pas dengan perintahNya. Hormati dan sayangi saudara-saudara kita sesama muslim, hindari dan jauhi perselisihan yang bersifat masalah furu (cabang), jika antar umat agama yang berbeda saja mampu toleransi, kenapa dengan sesama muslim justru bersitegang? Bukankah Allah swt mengumpulkan dan mentautkan hati orang-orang beriman. Adakah yang salah dengan umat ini? Yo wes, instropeksilah, bisa jadi banyak perintah wajib yang tidak dijalankan dengan sempurna, ibadah sunah yang sudah jarang sekali dirutinkan, sehingga keberkahan dalam ukhuwah itu sekarang sedang dicabut. Semoga Allah swt senantiasa menjaga hati kita, menjaga iman kita, menjadikan kita sebagai hamba lebih tawadhu dan takut padaNya.
Fenomena sosial dan intrik yang ada, ikuti saja, tapi jadilah penonton, pelaku, pemain, ataupun pendukung bahkan sekedar penyimak yang memiliki kecerdasan dan kepahaman. Al Fahm itu dasarnya adalah ilmu. Maka banyak-banyak membuka diri dengan membaca, terbuka dengan pemikiran dari luar golongan kita tanpa mengubah keyakinan dan pendirian yang sudah dimiliki. Menjadi masyarakat yang cerdas. Menjadi cerdas dengan memiliki ilmu. Menjadi berilmu dengan terus belajar. Belajar tanpa kenal istirahat dan kata henti, karena berhentinya kita dalam belajar adalah sebuah kematian jiwa. Dimana jiwamu sekarang wahai sobat? Dimanakah hatimu sekarang wahai kawan? Dan dimanakah perasaanmu wahai pemimpin hingga engkau tega membiarkan rakyatmu tertindas dan kelaparan.
Berikut teks spoof terkait dengan kondisi salah paham seorang juru tulis terhadap tamu hotelnya, kita simak bersama:
Teks Spoof
On a recent vacation at a resort with my
in-laws, we planned to spend an afternoon at the
pool with our kids. We wanted to bring our own
drinks, but were unsure of the hotel's policy. My
brother-in-law called the front desk, and assuming
everyone was familiar with the brand of ice chest he
had, asked if it was all right if he brought a
Playmate to the pool. After a pause the clerk asked,
"Does she have her own towel?".