Sewaktu kecil pas usia 8 tahun (usia SD)
saya memiliki hobi menangkap capung bersama dengan teman di samping rumah. Kebetulan
tidak jauh dari rumah saya terdapat sungai yang airnya hingga saat ini masih
jernih, cuma ketika banjir berwarna kecoklatan. Namun ketika cuaca normal
kalopun hujan tidak terlalu lebat, maka warna airnya transparan. Kadang dasar
sungai akan terlihat, maka hal yang mengasyikan juga yaitu menangkap “uceng”
(sejenis ikan air tawar yang lonjong dan bergaris) yang sering berada di
sela-sela batu air sungai. Hobi bermain tangkap capung ini ternyata berlanjut
ketika saya sudah memiliki anak. Anak laki-laki saya yang bernama Hisyam, suka
sekali diajak untuk menangkap capung. Padahal diusianya yang 3 tahun lebih 3
bulan itu dia belum bisa menangkap seekor capung pun karena ternyata memang
cukup sulit. Saya sendiri dengan tangan kosong (tanpa bantuan alat) harus
ekstra mengendap-endap agar capung tidak terbang. Mata capung yang tergolong
besar, bulat dan lebar ini bisa melihat hingga 360 derajat yang artinya jika
ada musuh yang datang dari belakang tubuhnya dia mampu mendeteksi dan
melihatnya sehingga dengan mudah bisa menghindar lalu terbang. Berhubung sudah
sedikit terbiasa bermain tangkap capung maka saya memiliki trik sendiri yaitu
ketika dengan tangan kosong maka gerakan tangan sebisa mungkin berasal dari
persis belakang tubuh capung dan posisi tidak terlalu tinggi (sejajar). Kemudian
langkah selanjutnya gerakkan ibu jari dan telunjuk untuk menjepit ekornya yang
panjang. Nah ketika sudah kena ekornya, maka hati-hati dengan mulut capung
terkadang menggigit kulit, meskipun tidak menyebabkan infeksi ataupun iritasi
tapi cukup terasa sakit. Anak saya pernah di gigit capung di pipinya ketika dia
memegang capung padahal ekornya sudah diikat dengan benang halus namun tetap
saja nempel di pipi dan akhirnya gak sengaja menggigit.
Keunikan mata capung yang membuatnya
istimewa adalah sudut pandangnya mencapai 360 derajat yang digunakannya sebagai
perlindungan dari pemangsanya. Bagian tubuh lainnya yang tergolong khas yaitu
terletak pada sayap transparan. Sayap transparan yang dimiliki capung ini
ringan dan membuatnya lincah dan sigap terbang sewaktu-waktu. Tubuhnya yang
cenderung ramping dengan ekor panjangnya memungkinkan dia terbang hinggap di
ranting atau rumpung kapan saja bahkan dimana saja. Jenis capung secara ilmu
biologi kurang lebih memilki 5.900 spesies yang namanya telah dikenal secara
ilmiah. Wow, jenis yang cukup banyak. Bahkan saya sendiri baru mengetahui saat
belajar dan membaca buku, sebelumnya saya tahunya 1 jenis capung yang banyak
terdapat di sekitar sungai dan samping rumah saya.
Capung memiliki proses perkembangbiakan
yang sederhana namun efektif dalam memperbanyak keturunannya tersebut. Dia menjatuh
telu-telurnya di air biasanya sungai, sawah, danau, atau kolam yang ditumbuhi
tanaman air. Nah, telurnya tersebut menempel kuat disela-sela batang tanaman
air. Setelah durasi waktu tertentu telur tersebut mengalami proses metamorfosis
yang tidak sempurna hingga bentuk nimfa. Capung sendiri melakukan proses molting
yaitu pergantian kulit hingga lebih dari satu kali sampai dia memiliki sayap
yang kuat atau menjadi capung dewasa. Dalam referensi sumber yang pernah saya
baca bentuk nimfa dari capung ini berlangsung hingga 1 tahun lebih sampai
akhirnya menjadi capung yang sering saya dan anak saya tangkap.
Cukup menyenangkan untuk belajar biologi,
ternyata jika langsung praktek di alam tidak membosankan karena prosesnya yang
mengasyikkan dan bikin seru. Banyak hal baru yang diperoleh. Model tubuhnya
juga ditiru untuk model pesawat helikopter meski saat ini desain helikopter
modern berkembang lebih sekedar seperti tubuh capung, paling tidak awalnya
memberi inspirasi model “helikopter” capung.
Kita terkesan terhadap capung, kita
terkesan dengan belalang, lebah, bahkan terkesan dengan banyak hal yang ada di
bumi ini. Maka mari kita memuji Dzat yang Maha Bisa, Maha Pencipta segala
sesuatu, yaitu Allah swt. Semakin kita belajar tentang alam semesta dan segala
isinya entah hewan ataupun tumbuhan, bahkan manusia itu sendiri untuk dijadikan
objek pembelajaran maka tidak akan habis kebesaran Allah swt, tidak pernah
habis ilmu Allah swt. Layaknya mencelupkan telunjuk jari di samudera luas, air
yang menempel di jari itu adalah ilmu yang kita ketahui dan pelajari sedang air
yang ada pada samudera nan luas itu adalah ilmu Allah swt. Maka janganlah
menjadikan ilmu pengetahuan itu satunya-satunya pedoman akan tetapi jadikan
ilmu pengetahuan itu sarana kita untuk semakin mendekat dan taqwa kepada Allah swt.
Bahkan dalam QS Al Kahfi ayat 109, Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ
الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ
مَدَدًا
Katakanlah (wahai Muhammad),
“Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh
habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). [al-Kahfi/18:109]
Yuk, teruslah belajar apa saja, jangan
pernah merasa pandai apalagi takabur karena sudah mendapat gelar S1, S2, S3
atau menjadi profesor, doktor, guru, atau seorang ilmuwan. Namun ketika ilmu
pengetahuan itu justru membuat kita jauh dengan Allah swt maka sia-sialah ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Apalagi misalnya banyak orang-orang pintar
sekarang menggunakan kepandaiannya untuk menipu, membohongi dan berbuat
kerusakan dan menentang agama Allah. Naudzubillah. Mohon pada Allah Swt
agar apa saja yang kita pelajari membawa manfaat dan keberkahan tidak hanya
kepada pribadi semata namun membawa dampak positif pada masyarakat dan bangsa
ini. Amin. Kepemilikan ilmu juga akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga
bijaklah dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang kita miliki ini. Optimis
dalam Kebajikan dan teruslah memberi manfaat pada sesama.
Berikut teks report tentang Capung dalam
Bahasa Inggris:DRAGONFLY
Dragonfly
is a common name for any member of an order of predaceous aquatic insects. It is
characterized by an elongate body, agile flight, and two roughly equal pairs of
membranous wings. The order is divided into two suborders, the dragonflies and
damselflies. The dragonflies hold their wings spread when resting, while
damselflies hold their wings together above the body when resting. In both
groups, the wings are unable to disengage and fold down as in most other insects.
About 5,900 species are known. Dragonflies are found in all temperate and
tropical regions of the world.
The adult head
consists largerly of the compound eyes; the antenna are short and hairlike. Mouthparts
are adapted for biting and scooping prey from the air. Dragonflies do not have stingers, and they do
not bite humans. The legs are located far forward on the body and are used
mainly to grasp a resting spot such as a twig.
Most species of dragonflies have wingspreads 5 to 8 cm, but wingspreads
of tropical species may reach 20 cm.
Most
dragonflies simply drop their eggs into the water or attach them to the stems
of aguatic plants. Damselflies and a few dragonflies deposit elongated eggs in slits
that they make in the stems of plants at or below the waterline. The eggs
develop into nymphs that spend their life entirely submerged, feeding on other
aquatic animals. Dragonflies and damselflies undergo incomplete metamorphosis
during their development. Damselfly nymphs are generally more slender than
dragonfly nymphs and are further distinguished by three bannerlike gills at the
end of the abdomen. Dragonflies may remain in nymphal form from one to three or
more years; during this period, the nymph molts ten or more times. Nymphs crawl
out of the water just before their final molt and become winged adults.
Related Posts