Showing posts with label damselflies. Show all posts
Showing posts with label damselflies. Show all posts

Monday, November 28, 2016

Ayo Bermain Tangkap Capung, Siapa Suka?

Sewaktu kecil pas usia 8 tahun (usia SD) saya memiliki hobi menangkap capung bersama dengan teman di samping rumah. Kebetulan tidak jauh dari rumah saya terdapat sungai yang airnya hingga saat ini masih jernih, cuma ketika banjir berwarna kecoklatan. Namun ketika cuaca normal kalopun hujan tidak terlalu lebat, maka warna airnya transparan. Kadang dasar sungai akan terlihat, maka hal yang mengasyikan juga yaitu menangkap “uceng” (sejenis ikan air tawar yang lonjong dan bergaris) yang sering berada di sela-sela batu air sungai. Hobi bermain tangkap capung ini ternyata berlanjut ketika saya sudah memiliki anak. Anak laki-laki saya yang bernama Hisyam, suka sekali diajak untuk menangkap capung. Padahal diusianya yang 3 tahun lebih 3 bulan itu dia belum bisa menangkap seekor capung pun karena ternyata memang cukup sulit. Saya sendiri dengan tangan kosong (tanpa bantuan alat) harus ekstra mengendap-endap agar capung tidak terbang. Mata capung yang tergolong besar, bulat dan lebar ini bisa melihat hingga 360 derajat yang artinya jika ada musuh yang datang dari belakang tubuhnya dia mampu mendeteksi dan melihatnya sehingga dengan mudah bisa menghindar lalu terbang. Berhubung sudah sedikit terbiasa bermain tangkap capung maka saya memiliki trik sendiri yaitu ketika dengan tangan kosong maka gerakan tangan sebisa mungkin berasal dari persis belakang tubuh capung dan posisi tidak terlalu tinggi (sejajar). Kemudian langkah selanjutnya gerakkan ibu jari dan telunjuk untuk menjepit ekornya yang panjang. Nah ketika sudah kena ekornya, maka hati-hati dengan mulut capung terkadang menggigit kulit, meskipun tidak menyebabkan infeksi ataupun iritasi tapi cukup terasa sakit. Anak saya pernah di gigit capung di pipinya ketika dia memegang capung padahal ekornya sudah diikat dengan benang halus namun tetap saja nempel di pipi dan akhirnya gak sengaja menggigit.
Keunikan mata capung yang membuatnya istimewa adalah sudut pandangnya mencapai 360 derajat yang digunakannya sebagai perlindungan dari pemangsanya. Bagian tubuh lainnya yang tergolong khas yaitu terletak pada sayap transparan. Sayap transparan yang dimiliki capung ini ringan dan membuatnya lincah dan sigap terbang sewaktu-waktu. Tubuhnya yang cenderung ramping dengan ekor panjangnya memungkinkan dia terbang hinggap di ranting atau rumpung kapan saja bahkan dimana saja. Jenis capung secara ilmu biologi kurang lebih memilki 5.900 spesies yang namanya telah dikenal secara ilmiah. Wow, jenis yang cukup banyak. Bahkan saya sendiri baru mengetahui saat belajar dan membaca buku, sebelumnya saya tahunya 1 jenis capung yang banyak terdapat di sekitar sungai dan samping rumah saya.
Capung memiliki proses perkembangbiakan yang sederhana namun efektif dalam memperbanyak keturunannya tersebut. Dia menjatuh telu-telurnya di air biasanya sungai, sawah, danau, atau kolam yang ditumbuhi tanaman air. Nah, telurnya tersebut menempel kuat disela-sela batang tanaman air. Setelah durasi waktu tertentu telur tersebut mengalami proses metamorfosis yang tidak sempurna hingga bentuk nimfa. Capung sendiri melakukan proses molting yaitu pergantian kulit hingga lebih dari satu kali sampai dia memiliki sayap yang kuat atau menjadi capung dewasa. Dalam referensi sumber yang pernah saya baca bentuk nimfa dari capung ini berlangsung hingga 1 tahun lebih sampai akhirnya menjadi capung yang sering saya dan anak saya tangkap.
Cukup menyenangkan untuk belajar biologi, ternyata jika langsung praktek di alam tidak membosankan karena prosesnya yang mengasyikkan dan bikin seru. Banyak hal baru yang diperoleh. Model tubuhnya juga ditiru untuk model pesawat helikopter meski saat ini desain helikopter modern berkembang lebih sekedar seperti tubuh capung, paling tidak awalnya memberi inspirasi model “helikopter” capung. 
Kita terkesan terhadap capung, kita terkesan dengan belalang, lebah, bahkan terkesan dengan banyak hal yang ada di bumi ini. Maka mari kita memuji Dzat yang Maha Bisa, Maha Pencipta segala sesuatu, yaitu Allah swt. Semakin kita belajar tentang alam semesta dan segala isinya entah hewan ataupun tumbuhan, bahkan manusia itu sendiri untuk dijadikan objek pembelajaran maka tidak akan habis kebesaran Allah swt, tidak pernah habis ilmu Allah swt. Layaknya mencelupkan telunjuk jari di samudera luas, air yang menempel di jari itu adalah ilmu yang kita ketahui dan pelajari sedang air yang ada pada samudera nan luas itu adalah ilmu Allah swt. Maka janganlah menjadikan ilmu pengetahuan itu satunya-satunya pedoman akan tetapi jadikan ilmu pengetahuan itu sarana kita untuk semakin mendekat dan taqwa kepada Allah swt. Bahkan dalam QS Al Kahfi ayat 109, Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). [al-Kahfi/18:109]
Yuk, teruslah belajar apa saja, jangan pernah merasa pandai apalagi takabur karena sudah mendapat gelar S1, S2, S3 atau menjadi profesor, doktor, guru, atau seorang ilmuwan. Namun ketika ilmu pengetahuan itu justru membuat kita jauh dengan Allah swt maka sia-sialah ilmu pengetahuan yang kita miliki. Apalagi misalnya banyak orang-orang pintar sekarang menggunakan kepandaiannya untuk menipu, membohongi dan berbuat kerusakan dan menentang agama Allah. Naudzubillah. Mohon pada Allah Swt agar apa saja yang kita pelajari membawa manfaat dan keberkahan tidak hanya kepada pribadi semata namun membawa dampak positif pada masyarakat dan bangsa ini. Amin. Kepemilikan ilmu juga akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga bijaklah dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang kita miliki ini. Optimis dalam Kebajikan dan teruslah memberi manfaat pada sesama.
Berikut teks report tentang Capung dalam Bahasa Inggris:

DRAGONFLY
Dragonfly is a common name for any member of an order of predaceous aquatic insects. It is characterized by an elongate body, agile flight, and two roughly equal pairs of membranous wings. The order is divided into two suborders, the dragonflies and damselflies. The dragonflies hold their wings spread when resting, while damselflies hold their wings together above the body when resting. In both groups, the wings are unable to disengage and fold down as in most other insects. About 5,900 species are known. Dragonflies are found in all temperate and tropical regions of the world.
The adult head consists largerly of the compound eyes; the antenna are short and hairlike. Mouthparts are adapted for biting and scooping prey from the air.  Dragonflies do not have stingers, and they do not bite humans. The legs are located far forward on the body and are used mainly to grasp a resting spot such as a twig.  Most species of dragonflies have wingspreads 5 to 8 cm, but wingspreads of tropical species may reach 20 cm.
Most dragonflies simply drop their eggs into the water or attach them to the stems of aguatic plants. Damselflies and a few dragonflies deposit elongated eggs in slits that they make in the stems of plants at or below the waterline. The eggs develop into nymphs that spend their life entirely submerged, feeding on other aquatic animals. Dragonflies and damselflies undergo incomplete metamorphosis during their development. Damselfly nymphs are generally more slender than dragonfly nymphs and are further distinguished by three bannerlike gills at the end of the abdomen. Dragonflies may remain in nymphal form from one to three or more years; during this period, the nymph molts ten or more times. Nymphs crawl out of the water just before their final molt and become winged adults.
Related Posts