Tuesday, October 4, 2016

Nenek Moyang, Wow Siapakah Mereka?

Nyiur di tepi pantai menjadi pemandangan sebagian besar pesisir kepulauan di nusantara ini. Tapi tahukah sobat semua bahwa bangsa Indonesia yang sekarang ini mau tidak mau harus mengetahui asal-usul nenek moyangnya. Secara tidak sengaja saya membaca artikel berkaitan dengan hal ini ketika mencoba membantu tugas adik saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dia kelas X. Tugas tersebut terkait dengan mapel sejarah. Nah ketika adik saya itu mulai mengajukan dengan pertanyaan-pertanyaan kepada saya, ada yang bisa jawab langsung dan ada beberapa yang belum tahu jawabannya. Sehingga mau nggak mau saya cari tahu di mbah google, berikut pertanyaan yang diajukan oleh adik saya:
1. Sebutkan pendapat para ahli terkait asal usul nenek moyang bangsa Indonesia!
2. Apa yang dimaksud dengan persebaran proto-melayu, deutro melayu dan melanesoid?

3. Jelaskanlah rute perjalanan dan budaya dari masing-masing persebaran tersebut?
4. Dari persebaran yang ada, apa saja keturunan bangsa yang dihasilkan oleh nenek moyang yang ada?
Akhirnya, saya melakukan kompilasi dari berbagai sumber dan akhirnya mampu terkumpul artikel sebagai berikut (dalam rangka share tugas yang dimiliki oleh adik saya tadi):
Pendapat Para Ahli Asal Usul nenek Moyang Bangsa Indonesia
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia hingga kini sebetulnya masih menjadi perdebatan bagi para ahli sejarah (sejarawan). Masing-masing dari mereka memberikan teori, bukti, argumen, dan alasan dari pendapat mereka untuk memperoleh pembenarannya sendiri. Kendati begitu, ada satu pendapat yang memperoleh dukungan paling kuat karena alasannya dapat dibuktikan secara logis dengan bukti-bukti sejarah yang sudah terverifikasi. Ya, pendapat itu adalah pendapat dari seorang sejarawan asal Belanda, Van Heine Geldern. Untuk mengetahui bagaimana kisah asal usul nenek moyang bangsa Indonesia sesuai versi Geldern, Anda dapat menyimak ulasannya di sini. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia Kendati sudah ada pendapat tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yang paling beralasan kuat. Kita tentu perlu tahu beberapa pendapat ahli sejarah lainnya, karena siapa tahu pendapat-pendapat mereka itulah yang merupakan sebuah kebenaran. 
Yang namanya sejarah itu hanya berdasar pada duga dan kira, kebenaran absolut bukankah hanya tuhan yang tahu. Nah berikut ini adalah 15 pendapat ahli sejarah tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang berhasil kami rangkum dari beberapa sumber.
1                 1.   Pendapat Drs. Moh. Ali
Drs. Moh. Ali beranggapan bahwa asal usul nenek moyang bangsa Indonesia bersumber dari daerah Yunan, Cina. Anggapan ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang menyebut jika bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat kala itu. Mereka kemudian  pindah ke selatan, ke pulau-pulau di Austronesia termasuk  Indonesia. Ali berpendapat jika nenek moyang orang Indonesia berasal dari hulu sungai besar yang berada di daratan Asia, mereka berdatangan ke Indonesia dengan cara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung sejak 3.000 sampai 1.500 SM (Proto Melayu) sedangkan gelombang kedua terjadi pada 1.500 sampai 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri kelompok yang datang pada gelombang pertama adalah mereka masih berkebudayaan Neolitikum dengan tipe perahu bercadik-satu sebagai alat transportasi menyeberangi lautan, sedangkan orang-orang gelombang kedua memakai perahu bercadik-dua.
2.      Pendapat Prof. Dr. H. Kern
Prof. Dr. H. Kern berpendapat bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Ilmuan asal Belanda ini menyebut jika hasil penelitiannya menunjukan bahwa  bahasa-bahasa yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia, dan Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Dengan fakta itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah yang sama dengan bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju ke kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia. Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.
3.      Pendapat Willem Smith
Untuk menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith melakukan identifikasi terhadap bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan penelitiannya, ia kemudian mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3 bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria. Nah, Indonesia sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke dalam penggunaan bahasa Austria.
4.      Pendapat Prof. Dr. Sangkot Marzuki
Prof. Dr. Sangkot Marzuki menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia memiliki asal usul dan keterkaitan dengan Austronesia dataran Sunda. Ini didasari oleh penelusuran terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia. Atas dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai manusia purba saat itu tidak memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia zaman sekarang. Menurutnya, mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari Afrika.
5.      Pendapat Van Heine Geldern
Pendapat Van Heine Geldern sebetulnya tak jauh beda dengan pendapat Kern. Ia menganggap jika bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari Asia Tengah. Kendati lebih baru dibanding dengan teori yang diajukan Kern, pendapat dan teori Geldern lebih dapat dipercaya karena didukung oleh penemuan beberapa artefak, dan benda-benda sejarah lainnya yang ditemukan di Indonesia memiliki kesamaan dengan benda-benda sejarah yang ditemukan di daratan Asia.
6.      Pendapat Prof. Mohammad Yamin
Prof. Mohammad Yamin menentang semua teori-teori yang menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia justru berasal dari luar Indonesia. Menurut beliau, orang Indonesia saat ini benar-benar asli berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia justru malah meyakini jika ada sebagian bangsa dan suku di luar negeri yang nenek moyangnya berasal dari Indonesia. Landasan pemikiran yang menjadi dasar Yamin adalah banyaknya temuan fosil dan artefak di Indonesia yang lebih lengkap dibanding daerah lain di Asia. Contohnya, temuan fosil Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tidak diketemukan di daerah-daerah lain di Asia termasuk Asia Tenggara (Indochina).
7.      Pendapat Prof. Dr. Krom
Prof. Dr. Krom mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah keturunan asli orang-orang China Tengah. Hal ini didasari pemikiran sederhana, yaitu karena di Cina Tengah banyak sekali terdapat sungai besar. Sebagian dari mereka menyebar ke seluruh kawasan Indonesia pada zaman batu tua (sekitar 2.000 SM sampai 1.500 SM).
8.      Pendapat Dr. Brandes
Dr. Brandes berpendapat jika suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia mempunyai kesamaan secara etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa bangsa yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di Pulau Formosa (Taiwan), barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan Bali; serta timur di tepi pantai barat Amerika.
9.      Pendapat Hogen
Hogen berpendapat bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di Sumatera beramilasi secara genetik dengan bangsa Mongol yang datang pada gelombang pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu).
10.  Pendapat Max Muller
Mac Muller berpendapat secara lebih spesifik. Ia menyebut jika asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari semenanjung Asia Tenggara. Kendati begitu, alasan Muller ini tidak didukung alasan yang jelas dan terverifikasi.
11.  Pendapat Mayundar
Mayundar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia adalah berasal dari India. Mereka menyebar ke beberapa wilayah di Indocina, ke Indonesia, dan akhirnya ke Asia Pasifik. Asumnsi Mayundar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jika bahasa Austria adalah bahasa Muda di kawasan India bagian timur.
12.  Pendapat Mens
Mens berpendapat bangsa Indonesia sebetulnya berasal dari keturunan Mongol yang terdesak akibat keberadaan bangsa bangsa lain yang lebih kuat. Mereka kemudian bermigrasi secara besar-besaram ke arah selatan termasuk ke kawasan Indonesia
13.  Pendapat Sultan Takdir Alisyahbana
Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bernenekmoyangkan bangsa melayu. Pendapatnya ini didasari oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki kesamaan yang signifikan.
14.  Pendapat Gorys Kraf
Gorys Kraf berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang lebih maju dibanding kebudayaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Austronesia seperti Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan Indochina
15.  Pendapat Harry Truman Simandjutak
Harry Truman Simandjutak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak dipakai di Indonesia adalaha generasi kedua dari Bahasa Austronesia. Ini menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau Formosa, di Taiwan.

Asal usul nenek moyang bangsa indonesia (Proto-Melayu, Deutro Melayu, dan Melanesoid). 
Penduduk asli kepulauan Indonesia menurut Sarasin bersaudara adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mulanya mereka tinggal di Asi bagian tenggara. Namun, ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa sehingga memisahkan penggunungan vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama. Setelah itu, beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Oleh Sarasin, penduduk asli tersebut disebut sebagai suku bangsa Vedda. Ras yang masuk dalam kelompok tersebut, seperti suku bangsa Hieng di Kamboja, suku bangsa Miaotse Yao-Jen di Cina, dan suku bangsa Senoi di Semenanjung Malaya.
Para pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Para pendatang tersebut datang dalam dua tahap. Oleh Sarasin para pendatang tersebut disebut sbagai Proto-Melayu dan Deutro Melayu. Kedatangan Proto-Melayu dan Deutro Melayu terpisah dan diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
·         Proto-Melayu
Diperkirakan Proto-Melayu datang dari Cina bagian selatan. Proto-Melayu tersebut diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai ke pulau-pulau paling timur di Pasifik. Ras Melayu tersebut mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecokelat-cokelatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan), Proto-Melayu berimigrasi ke Indocina dan ke Siam, kemudian ke kepulauan Indonesia. Mula-mula Proto-Melayu tersebut menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Di Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu membawa peradaban batu.
Pada waktu datang para imigran baru (Deutro Melayu atau ras Melayu Muda), Proto-Melayu berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan untuk tempat hunian. Kedatangan Proto-Melayu terisolasi dari dunia luar dan peradaban mereka memudar. Setelah itu, antara penduduk asli dan Proto-Melayu melebur dan mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, suku bangsa Dayak, suku bangsa Toraja, suku bangsa Alas, dan suku bangsa Gayo.
Adanya kehidupan ras Proto-Melayu yang terisolasi menyababkan ras Proto-Melayu sedikit mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun kebudayaan Islam di kemudian hari. Kelak para ras Proto-Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru.
Adanya persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Ada beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma yang banyak mengandung kemiripan dengan bahasa batak.
·         Deutro Melayu
Deutro Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian selatan. Di kepulauan Indonesia, Deutro Melayu membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi (kebudayaan Dongson). Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson. Bila dibandingkan dengan ras Proto-Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih tinggi. Deutro Melayu membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu ditandai dengan keahlian mereka mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan Deutro Melayu ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka tinggalkan berupa kapak persegi panjang. Peradaban tersebut dapat dijumpai di Malaka, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah, Deutro Melayu mempunyai kemampuan membuat irigasi di tanah-tanah pertanian. Sebelum mereka membuat irigasi, mereka terlebih dahulu membabat hutan. Selain itu, ras Deutro Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran yang lebih maju bila dibandingkan dengan pendahulunya. Hal tersebut karena petualangan yang dilakukan Deutro Melayu sebagai pelaut dan dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan.
Perpindahan yang dilakukan Deutro Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagin dari ras Deutro Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada yang hingga ke Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin banyak di kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto-Melayu dan Deutro Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Semua penduduk di kepulauan Indonesia, kecuali penduduk papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutro Melayu.
·         Melanesoid
Selain Proto-Melayu dan Deutro Melayu, di Indonesia juga ada ras lain yaitu ras Melanesoid. Ras Melanesoid tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan Benua Australia. Ras Melanesoid di kepulauan Indonesia tinggal di Papua. Suku bangsa Melanesoid menurut Daldjoeni sekitar 70% menetap di Papua dan yang 30% tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini. Pada awalnya, kedatangan bangsa Melanesoid di Papua berawal ketika zaman es berakhir (tahun 70000 SM). Ketika itu kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku, maka permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan dengan permukaan saat ini. Pada saat tersebut muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau baru tersebut memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju ke kawasan Oseania.
Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga sampai ke Papua dan kemudian ke Benua Australia yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungkan dengan Papua. Pada waktu itu, bangsa Melanesoid mencapai 100 jiwa yang meliputi wilayah Papua dan Australia. Pada waktu masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang kita lihat saat  ini. Adapun asal mula bangsa Melanesoid adalah Proto Melanesoid. Proto Melanesoid tersebut adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak di Papua hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Manusia Wajak tersebut hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebenarnya rumah tersebut hanya kemah atau tadah angina yang sering menempel pada dinding gua yang besar. Kemah atau tadah angina tersebut hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan untuk berlindung, sedangkan untuk aktivitas yang lain dilakukan di luar rumah.
Setelah itu, bangsa Proto Melanesoid terdesak oleh bangsa Melayu. Bangsa Proto Melanesoid yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran dengan bangsa Melayu. Pencampuran kedua bangsa tersebut menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu yang saat ini merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Proto Melayu Dan Deutro Melayu : Pengertian, Persebaran di Indonesia, Suku Bangsa
Berdasarkan kesimpulan Kern bahwa nenek-moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa di Vietnam Utara (Tonkin), Kamboja, dan Kochin Cina (Indocina). Namun, sebelum mereka tiba di Kepulauan Indonesia, di Indonesia sendiri telah ada bangsa yang lebih dulu berdiam. Bangsa tersebut berkulit hitam dan berambut keriting (ras Negrito). Hingga sekarang bangsa tersebut mendiami Indonesia bagian timur pedalaman dan sebagian Australia. Jadi, sebetulnya bangsa berkulit hitam inilah yang merupakan penduduk asli Indonesia.
Sementara itu, sekitar tahun 1.500 SM, bangsa dari Campa terdesak oleh bangsa lain yang lebih kuat yang datang dari Asia Tengah (sekitar Mongol). Bangsa yang terdesak ini lalu bermigrasi ke Kamboja dan meneruskannya ke Semenanjung Malaka. Dari Malaka, mereka melanjutkan pelariannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Filipina. Yang di Filipina lalu melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi dan Maluku.
Selanjutnya, mereka yang mendiami wilayah Indonesia membentuk komunitas masing-masing. Mereka berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti Aceh, Batak, Padang, Palembang, di Sumatera; Sunda dan Jawa di Pulau Jawa; Dayak di Kalimantan, Minahasa, Bugis, Toraja, Makassar di Sulawesi; Ambon di Maluku. Sedangkan mereka yang bercampur dengan bangsa asli yang berkulit hitam berkembang menjadi suku-suku tersendiri, seperti di Flores.
Selain teori di atas, ada pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Melayu.
Bangsa Melayu ini telah mendiami Indonesia bagian barat dan Semenanjung Melayu (Malaysia) sejak dulu. Para ahli membagi dua bangsa Melayu ini: Proto Melayu atau Melayu Tua dan Deutro Melayu atau Melayu Muda.
1. Melayu Tua (Proto Melayu)
Bangsa Melayu Tua ini memasuki wilayah Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM. Mereka masuk melalui dua rute: jalan barat dan jalan timur. Jalan barat adalah melalui Semenanjung Melayu kemudian terus ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke seluruh Indonesia. Sementara jalan timur adalah melalui Kepulauan Filipina terus ke Sulawesi dan kemudian tersebar ke seluruh Indonesia. Para ahli memperkirakan bahwa bangsa Melayu Tua ini peradabannya satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan manusia purba yang ada di Indonesia. Orang-orang Melayu Tua ini berkebudayaan Batu Muda (Neolitikum). Benda-benda buatan mereka masih menggunakan batu namun telah sangat halus. Kebudayaan kapak persegi dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong melalui jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras kulit hitam.
Pada perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena kedatangan bangsa Melayu Muda. Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih berdiam di Indonesia bagian timur, seperti di Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (Ras Negrito) yang tidak mau bercampur dengan bangsa Proto Melayu lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar terhindar dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap sebagai “peganggu”. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat meski populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang Semang di Malaka.
2. Melayu Muda (Deutro Melayu)
Bangsa Melayu Muda memasuki kawasan Indonesia sekitar 500 SM secara bergelombang. Mereka masuk melalui jalur barat, yaitu melalui daerah Semenanjung Melayu terus ke Sumatera dan tersebar ke wilayah Indonesia yang lain. Kebudayaan mereka lebih maju daripada bangsa Proto Melayu. Mereka telah pandai membuat benda-benda logam (perunggu). Kepandaian ini lalu berkembang menjadi membuat besi. Kebudayaan Melayu Muda ini sering disebut kebudayaan Dong Son. Nama Dong Son ini disesuaikan dengan nama daerah di sekitar Teluk Tonkin (Vietnam) yang banyak ditemukan benda-benda peninggalan dari logam. Daerah Dong Son ini ditafsir sebagai tempat asal bangsa Melayu Muda sebelum pergi menuju Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia di antaranya adalah kapak corong (kapak sepatu), nekara, dan bejana perunggu.
Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan (cetakan). Keturunan bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan hasil penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal dari bahasa Austronesia Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan lain-lainnya, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan selat.
Di samping dipisahkan oleh selat dan samudera, perbedaan bahasa pun disebabkan karena setiap pulau di Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda. Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun setelah menetap di tempat masing-masing mereka pun mengembangkan bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu dipakai dan masih diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang baru dilihat di tempat tinggal yang baru (Indonesia) mereka membuat kata-kata mereka sendiri. Jadi, jangan heran, bila ada sejumlah kata yang terkadang sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti yang berbeda sama sekali, tak ada hubungan. Ada pula kata yang memiliki arti yang masih berhubungan meski tak identik, seperti kata “awak”. Kata awak bagi orang Minang berarti “saya”, sedangkan menurut orang Sunda berarti “badan”.
Selanjutnya, bangsa Melayu Muda inilah yang berhasil mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju daripada bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang menjadi penduduk di pedalaman. Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan Negrito masih bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola moyang mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya luar seperti India, Islam, dan Eropa. Sedangkan bangsa Deutero Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu- Budha, Islam, dan Barat.

Jenis Bangsa Prasejarah Indonesia & Keturunan Persebarannya
Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah di Kepulauan Indonesia ternyata sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:
1.      Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciri-ciri antara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
2.      Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
3.      Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya. 
Perpindahan/Migrasi Bangsa-bangsa ke Indonesia
Manusia pendukung yang berperan aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan itulah merupakan suatu bangsa yang melakukan perpindahan/imigrasi dari daratan Asia ke Kepulauan Indonesia bahkan masuk ke pulau-pulau yang tersebar di Lautan Pasifik.
Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:
1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:
Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda)
 Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).

Wednesday, September 28, 2016

Lisan, Tajam Dan Berbisa, Jagalah Wahai Kawan

Mulut ataupun ucapan lisan kita terkadang mampu membekas sangat dalam pada orang lain. Bekas tersebut bentuknya ada 2 hal yaitu kategori positif contohnya menginspirasi, menyadarkan, memotivasi bahkan menumbuhkan harapan, sedangkan hal lainnya yaitu kategori negatif misalnya saja ejekan, cemoohan, makian, perkataan yang mengandung unsur kebencian dan hinaan. Bagi orang lain yang mendapat kategori pertama dari lisan kita maka sungguh menjadi ladang amalan baik, sedangkan bagi orang lain yang mendapat kategori kedua maka sungguh hal yang menyakitkan dan menjadi amalan buruk kita. Tidaklah mudah untuk menghindari omongan negatif ketika berbincang dan berdiskusi dengan orang lain. Hal itu sungguh dipengaruhi oleh kebiasaan kita. Apa yang diucapkan oleh lisan kita juga dipengaruhi oleh apa yang kita baca, kita dengar dan mungkin apa yang kita lihat dan pikirkan. Maka perkataan yang baik (bagus) kepada orang lain, dalam ajaran Islam, diyakini sebagai sedekah bahkan kategori dakwah. Kecenderungan lebih enak dan mengasyikkan ketika menggunjing, berkata kotor, mesum, bercanda, hal tersebut sudahdisadari banyak orang. Namun cara menghindarinya belum mampu dilakukan oleh mereka. Pengaruh tontonan (film) memiliki persentase sekitar 15 % bahkan bisa lebih. Kita sadari sendiri bahwa minat baca masyarakat Indonesia secara umum masih rendah, sehingga jarang hal-hal yang diomongkan dilatarbelakangi oleh jenis bacaan. Karena belum kelasnya masyarakat kita membahas yang sedikit intelek dan berkualitas, ini secara riil terjadi di lapangan. Harapan penulis dengan generasi baru yang dikondisikan sejak dini maka bangsa Indonesia kedepan jika MAMPU berkomitmen maka memiliki kenaikan persentase dalam minat baca karena semakin banyaknya kaum terdidik dan terpelajar. Sehingga apa yang diomongkan, apa yang dibahas, apa yang diobrolkan itu memiliki harga dan nilai yang baik bukan sekedar gosip dan gunjingan belaka.
Masyarakat saat ini banyak meniru dari yang ditonton, apalagi saluran TV kabel sudah bisa dinikmati sampai kota pinggiran, tidak lagi hanya konsumsi kota-kota besar. Internet dan mudahnya akses informasi juga membuat  style dan selera tontonan masyarakat menjadi berubah. Sayangnya acara maupun tontonan yang edukatif dan memiliki nilai pengajaran moral, etika, nilai kemanusiaan itu sudah sedikit jumlahnya. Entah itu beruba hiburan, film, drama, bahkan acara live hiburan hingga ke tayangan berita.
Paragraf diatas maksud penulis adalah memaparkan faktor pendorong dari kualitas pembicaraan, mutu obrolan, selera topik perbincangan, dan akhirnya menjadi lifestyle masyarakat apa yang menjadi trend untuk diobrolkan. Terlepas dari beragamnya isi obrolan tadi, maka anjuran untuk menjaga lisan, menjaga perkataan adalah butuh latihan. jadi latihan berbicara itu perlu dilakukan, sama halnya latihan untuk menulis, latihan jurnalisme, latihan mendengar, latihan berpidato, dan lainnya. Yang penulis maksud disini bukan berbicara formal saja yang perlu dilatih namun ketika ngobrol (informal) juga dilatih untuk membicarakan hal yang baik, akan lebih bagus jika isinya adalah penyemangat, dakwah, syiar, hingga hal-hal yang mencerahkan. Kalaupun ketika kondisi emosional sedang tidak menentu akan lebih baik dengan Diam. Nah, itu cara terbaik ketika kita sedang marah ataupun kondisi uring-uringan. Perlu diingat, mulut/lisan ini menjadi sangat beracun dibandingkan bisa ular sekalipun atau sebaliknya memiliki nilai lebih dibanding berlian. Lisan harus benar-benar dijaga dari perkataan yang sia-sia. Perbanyaklah mendengar tausyiah dari siapa saja, perbanyak membaca, kalaupun menonton suatu hiburan tontonlah yang masih memiliki nilai edukasi.
Sebetulnya hal tersebut kembalinya pada pribadi (sifat & karakter bawaan) manusia itu sendiri (40%), keluarga dan orang terdekat (20%), bahan bacaan & media informasi (15%), sekolah /perkuliahan (15%), teman pergaulan/ rekan kerja (8 %), dan sisanya yang belum masuk kategari diantara 5 hal tersebut. Persentase itu hanyalah asumsi bahwa paling tidak 5 hal/aspek tersebut dari pribadi kita memilikinya dan sedikit banyak persentase tadi cocok, kecuali jika memiliki kondisi khusus misalnya pada masyarakat di kawasan perang atau konflik yang hidupnya belum bisa normal, atau daerah pedalaman yang belum tersentuh pendidikan dan media informasi modern. Kita pernah melihat bahwa dalam sebuah film dimana orang yang tinggal dengan sekelompok hewan (kera atau binatang lainnya) maka kosakata bahasa yang digunakanpun mungkin terbatas sehingga omongan yang keluar dari lisannya juga terbatas. Maksud dari penulis adalah demikian adanya. Lisan itu kaitannya dengan bahasa, nah isi dari artikel ini lebih cenderuang pada content (isi/pembicaraan) bukan seberapa seseorang itu mahir berbicara dalam banyak bahasa, atau seberapa banyak bahasa asing yang dikuasai. Menurut penulis, jumlah sedikit dari bahasa yang dikuasai itu akan menjadi lebih baik dibanding multilingual namun dia selalu berbicara kasar, jorok, cemoohan, bahkan isinya hanya ngibul dan fitnah saja.
Pernahkah mendengar bisa (racun) ular yang membunuh korbannya seketika itu juga, ada juga bisa ular yang membunuh korban membutuhkan waktu lama karena proses menyebarnya racun juga lama? Nah, lisan juga disini akan lebih mematikan daripada bisa (racun) dari ular yang terganas sekalipun. Ada sekelumit cerita di sebuah masyarakat yang ingin  mematikan salah satu jenis tanaman namun bukan dengan cara menebang atau mencabutnya. Masyarakat itu hanya perlu setiap kali melewati pohon/tanaman itu berkata "tanaman jelek, mati saja kamu!" dan hal ini dilakukan oleh semua anggota masyarakat tersebut setiap kali melewati tanaman yang dimaksud. Nah ternyata, tidak mebutuhkan waktu lama, hanya beberapa minggu saja (kurang dari sebulan) maka tanaman itu layu, makin layu dan akhirnya mati. Sehingga perkataan atau lisan ini bisa disimpulkan memiliki keampuhan tersendiri bahkan hingga kepada tanaman. Meski itu hanya cerita tapi memberikan pesan moral bahwa lisan yang berisi perkataan negatif memiliki dampak buruk bagi si penerima (yang mendengarkan). Wah, kalau begitu tidak apa-apa dong, karena si pelaku terhindar dari masalah. Eits, sebentar, karena ternyata lisan kita, ucapan/ perkataan yang disampaikan yang keluar dari mulut kita nantinya juga akan dipertanggungjawabkan. Tahu makna doa? kata-kata yang diucapkan kita juga mampu bisa berubah menjadi doa yang mustajab dan tidak ada hijabnya dengan Sang Khaliq, contoh saja adalah doa bagi orang yang sedang teraniaya ataupun keadaan terdesak dan terancam. 
Apapun alasannya, apapun pertimbangannya, apapun motifnya, marilah perbaiki kualitas omongan kita. Jagalah lisan kita dari kata-kata yang negatif. Jika belum mampu maka diamlah. Jangan sampai lisan ini lebih beracun dari bisa ular, sebaliknya keluarkan kata-kata yang mampu menyembuhkan, mengobati, menguatkan dan menginspirasi. Jika belum mampu, ketika sedang dalam situasi diskusi jadilah pendengar yang baik, selektif dalam mendengar, selektif dalam membaca, selektif dalam menonton, bukan karena memilih teman tertentu saja namun dalam kerangka pmebelajaran/pelatihan. Dan ketahuilah bahwasanya hidup itu sarana pembelajaran yang tiada henti, hidup itu pelatihan dan ujian bagi manusia yang tiada habis-habisnya, hingga benar-benar menang dan menaklukan hidup atau sebaliknya kalah ketika jiwa ini sudah terlepas dari raganya yaitu maut menjemput. Okelah kawan, lidah yang tidak bertulang ini terkadang sulit dikendalikan meski tidak runcing namun lebih tajam daripada pedang, meski didalam mulut namun memiliki bisa yang mematikan dibandingkan racun ular. Selamat, menjaga lisan, berkatalah yang baik atau sekali lagi diamlah. Sometimes silent is gold.
Bacaan tentang ular, jenis ular, spesiesnya, dari yang beracun hingga ular sawah yang tidak membahayakan bisa dijumpai dalam teks bergenre Report. Jenis teks Report memiliki tujuan pada pembacanya adalah memberikan informasi tentang sebuah fenomena alam secara ilmiah ataupun bisa fenomena sosial yang sifatnya faktual (beradasarkan fakta yang ada). Topiknya bisa berupa, hasil karya manusia, tema sosial (pengangguran, demonstrasi, kerusuhan, makar, dll), tema bencana alam misalnya gempa bumi, banjir, tanah longsor, dll. Berikut contoh teks Report pada jenjang kelas XI SMA/MA, bacaan berjudul : "Snakes";
SNAKES
Snakes are reptiles (cold-blooded creatures). They belong to the same group as lizards (the scaled group, Squamata) but form a sub-group of their own (Serpentes).
Snakes have two legs but a long time ago they had claws to help them slither along.
Snakes are not slimy. They are covered in scales which are just bumps on the skin. Their skin is hard and glossy to reduce frictiion as the snake slithers along the ground.
Snakes often sun-bake on rocks in the warm weather. This is because snakes are cold-blooded and they need the suns’ warmth to heat their body up.
Most snakes live in country. Some types of snakes l;ive in trees, some live in water, but most live on the ground in deserted rabbit burrows, in thick, long grass and old logs.
A snake’s diet usually consists of frogs, lizards, and mice and other snakes. The Anaconda can eat small crocodiles and even wild boars.
Many snakes protect themselves with their fangs. Boa constrictor can give you a bear hug which is so powerful it can crush every single bone in your body. Some snakes are protected by scaring their enemies away like the cobra. The flying snakes glides away from danger. Their ribs spread apart and the skin stretches out. Its technique is just like the sugar glider’s.
QUESTIONS
1.       What do you know about snakes?
2.       Why do most snakes have hard and glossy skin?
3.       What do snakes often sun-bake on the rocks in the warm weather for?
4.       What do snakes feed on?
5.       What does paragraph four show us about?

Monday, September 26, 2016

Jalan-jalan, Tadabur Alam, Pikiran fresh...

Otak dan Pikiran yang aktif bekerja artinya nonstop berpikir, berpikir dan berpikir terus membutuhkan jeda dan rehat. Rehatnya pikiran bagi muslim yang taat bisa dengan shalat atau ketika berdzikir. Bisa juga dengan mentadaburi alam, mengagungkan asma Allah swt dengan mengagumi ciptaan-Nya termasuk alam semesta ini. Bumi dan seisinya serta jagat raya telah diciptakan Allah swt tentunya dengan maksud dan tujuan tertentu. Salah satu bentuk ciptaanNya adalah manusia, dengan tujuan penciptaan agar manusia itu tunduk dan beribadah pada Allah swt. Gunung, pohon, sungai dan lautan, dan fenomena alam lainnya memiliki tujuan dan fungsinya masing-masing. Nah, kita bisa langsung mengagumi kebesaran Allah swt ketika kita tadabur alam bahkan ini sekaligus sebagai perenungan bagi kita sebagai manusia bahwasanya manusia itu sangat lemah dan kecil ketika dibandingkan dengan ciptaan Allah swt apalagi keberadaannya dibandingkan dengan alam semesta antara lain planet, gugusan bintang (galaksi, sungguh di luar jangkauan manusia. Maka kesombongan itu tidak pantas manusia miliki karena pada dasarnya tidak ada yang bisa disombongkan dari diri kita.
Jalan-jalan dengan tujuan untuk  memuji kebesaran Allah swt mampu meningkatkan iman dan menambahkan kedekatan kita pada sang Khaliq, sebaliknya jika jalan-jalan tersebut justru mengundang kemaksiatan misalnya saja hang-out di mall, nongkrong di pinggir jalan bahkan jalan berduaan untuk hal-hal mesum maka hal tersebut dapat menurunkan adzab dan laknat.
Ada 2 faktor dari tadabur alam yang paling tidak kita ingat agar selayaknya kegiatan ini membawa kebermanfaatan yaitu: hal pertama berupa tindakan menghindari yang sia-sia dari kegiatan jalan-jalan tersebut. Yang kedua adalah lebih cenderung untuk memberikan nuansa fresh pada pikiran kita setelah penat bekerja ataupun terlalu berat memikirkan urusan duniawi. Sehingga jikalau kedua hal ini mampu kita jaga dan pegang maka sedikit banyak agenda jalan-jalan kita memberi dampak positif untuk menguatkan dan mampu memberi kekuatan kembali untuk melanjutkan agenda ataupun pekerjaan.
Banyak destinasi (objek) yang layak dikunjungi dalam agenda tadabur alam kita. Kita sisihkan (buang jauh-jauh) tempat yang terlalu bising dan ramai apalagi memiliki tingkat polusi yang tinggi. Sehingga untuk tadabur alam alangkah baiknya jika tujuannya adalah kawasan yang masih alami belum terlalu banyak tersentuh modernitas dan teknologi karena tujuannya untuk menguatkan dan menyegarkan. Daerah pegunungan, kebun teh, pantai pasir putih yang sunyi, susur sungai dengan perahu kecil, danau yang airnya jernih, perkebunan agrobisnis semisal kebun apel, kebun mangga, kebun jeruk dan lainnya, hingga tempat pemancingan yang benar-benar alami. Nuansa seperti inilah yang mampu mendekatkan kita dengan alam. Apalagi jika pembaca suka sedikit tantangan yaitu dataran tinggi, puncak gunung yang aman, daerah pedesaan dan daerah pedalaman dengan jalur tracking jalan kaki maupun kendaraan off-road, pastilah sungguh mengasyikan.
Kembali kepada tujuan awal dari tadabur alam ini yang pada hakekatnya keindahan alam semesta tersebut ada yang menciptakan yaitu dzat yang Maha Indah, Allah swt. Perbanyaklah memuji keagunganNya, berdzikir dengan bertasbih, tahmid, merenungkan segala ciptaanNya, ayat kauliyah dan kauniyah. Dan sebagai insan sejati artinya manusia yang berakal dan memiliki kehendak serta nafsu, maka gunakanlah kelebihan itu untuk melakukan penjagaan alam terkait dengan interaksi kita yaitu manusia dengan lingkungan ataupun daerah yang kita tinggali. Tidak berbuat semena-mena dengan kehendak atau semau kita, merusak alam, membuang sampah sembarangan, membuat kerusakan dengan partisipasi dalam polusi air, udara serta tanah, bahkan mengambil sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Jika alam ini rusak dan semakin parah maka yang sejatinya dirugikan adalah manusia itu sendiri. Telah jelas dalam Al Quran disebutkan bahwa telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia, yaitu QS Ar Rum ayat 41, yang artinya:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Inilah keren dan canggihnya  Al Quran bahwa apa yang disebutkan didalamnya adalah sungguh-sungguh terjadi dan benar, karena memang datangnya dari sisi Allah swt. Apakah sebagian dari manusia tidak mengimani ayat-ayat Nya? Sungguh suatu kerugian besar jika hal tersebut terjadi. Oke, sobat semua mari mentadaburi ayat-ayat Allah swt  baik itu ayat kauniyah (segala sesuatu yang ada dalam alam semesta) maupun ayat kauliyah (yaitu ayat-ayat dalam Al Quran). Ayo terus perbaiki amal, mendekatlah pada Allah swt, semoga kita dipermudah dalam jalan menuju taqwa pada-Nya..
Text yang berisi tentang peristiwa pada masa lalu dan waktunya jelas artinya terjadinya itu disebutkan kapan apakah minggu lalu, bulan lalu ataupun tahun yang lalu maka bisa dipastikan teks tersebut berbentuk teks recount. kemudian ciri lainnya adalah teks recount ini terkadang melibatkan si penanya (the writer) dalam bercerita ataupun memmaprkan peristiwa dan kegiatan yang telah dilakukannya, misalnya kegiatan liburan, kegiatan jalan-jalan, kegiatan mancing, mendaki, dll. Berikut contoh teks recount materi kelas VIII SMP/MTs;
text 1
Last week, my family and I had a picnic. We went to Pangandaran Beach. We went there by bus. We left at six in the morning and arrived at 09.00 a.m.
At the beach, we did many activities. We walked along the seashore, rode a cart, played water and sand. Actually we also wanted to swim but the lifeguard didn’t allow us.
We were not the only family who went to the beach. There were so many domestic tourists nor foreign tourists went there. At the beach, we also watched some foreign tourist’s activities. Some tourists laid on the beach, while other had massage and rode carts.
When we felt tired, we took a rest to have some meal and drinks. At one o’clock, we went home. It was tiring but we were happy.
1.       who went to Pangandaran beach?
a. the writer
b. the writer family
c. the writer and the writer's family
d. the people
2.       When did they go to Pangandaran beach?
a. yesterday
b. last month
c. last year
d. last week
3.       How did they go there?
a. by train
b. by bus
c. by car
d. by motorcycle
4.       What time did they go there?
a. at 6
b. at 7
c. at 8
d. at 9
5.       What time did they arrive at the beach?
a. at 6
b. at 7
c. at 8
d. at 9
6.       At the beach, they did the following activities, except..
a. riding a cart
b. walking along the cat
c. player water and sand
d. swimming
7.       The following are the activities done by foreign tourists, except...
a. laying on the beach
b. walking along the seashore
c. massaging
d. playing cards

8.       Were they the only family who went to the beach?
a. yes, they were
b. no, they weren't
c. yes, they did
d. no, they didn't
text 2
What should you do when you are lost at an airport or other public places? You have to remember the following things.
Try to stay calm. Do not be panic. Stop and look around. Do you know where you should go? If so, look for signs to show you how to get there.
If you don’t know where to go, look for a booth marked “information.” The officers in the booth may wear uniforms or badges. Their job is to help people with problems.
So, if you get lost, don’t be scared. You have to think what you should do. Keep this in your mind and you will be all right.
9.       When you are lost, you have to...
a. panic
b. stay calm
c. be scared
d. run away
10.       When you are lost, you have to go to...
a. the toilet
b. the cashier
c. the information booth
d. the security

Saturday, September 24, 2016

Doctors, dokter, Oh dokter, Sehatnya Bangsa

Menjadi dokter membutuhkan biaya tidak sedikit, otak yang encer, dan tidak merasa jijik apalagi takut terhadap darah, luka, organ dalam tubuh manusia, kotoran, kuman, bakteri bahkan sampai korban yang terluka parah akibat suatu kecelakaan. Persyaratan dan kriteria yang banyak itulah yang menjadikan profesi dokter tidak banyak dijumpai di daerah pinggiran. Memang diakui profesi dokter untuk mendapatkannya harus menempuh studi & menghabiskan waktunya di jurusan kedokteran, dan cabangnya juga antara lain banyak dokter umum, dokter spesialis bedah saraf, bedah organ dalam, dokter, bagian dalam, ginekologi, dokter anak/ cabang pediatri, dan spesialis lainnya. Masing-masing spesifikasi tersebut memiliki syarat khusus untuk benar-benar menguasai di bidangnya. Diceritakan seorang remaja putri yang ketika studinya di jenjang sekolah menengah dia awalnya terkenal dengan kenakalannya, sering membolos terkadang berkelahi hingga dunia malam dilakukannya. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab, latarbelakang dia bertingkahlaku seperti itu adalah bahwa kondisi keluarganya adalah kurang harmonis. Ibunya yang telah meninggal, kemudian ayahnya telah menikah kembali dan ibu tirinya ini tidak bersahabat dengannya. Dia sering bertengkar dan memiliki masalah sehingga konflik tersebut tambah runyam manakala perhatian dari sang ayah semakin hilang, pelarian terburuknya adalah bergabung dengan geng. Karena kenakalannya itulah akhirnya si tokoh remaja putri ini dikeluarkan dari sekolahnya. Dia oleh ayahnya diantarkan ke rumah nenek dan tidak boleh lagi tinggal bersama sang ayah. Disisi lain tokoh utama ini memiliki kepribadian yang sangat kasar, egois, temperamental, dan tidak memiliki etika ketika bergaul bahkan cenderung memiliki watak negatif misalnya suka bohong, mencuri, mengintimidasi orang lain. Ayahnya yang sekedar seorang sopir menjadi stres & merasa tidak sanggup lagi menjaga dan mendidik dia.
Cerita ini berkembang menarik ketika dia pindah dan menetap di rumah sang nenek. Remaja putri ini bertemu dengan seseorang yang memiliki tingkat kepedulian sangat tinggi pada orang lain tanpa terlalu campur tangan terhadap kehidupan pribadi orang tersebut. Pertemuan pertamanya dengan tokoh pemuda yaitu di toko CD musik, dimana si gadis mencuri satu set CD musik dan ketahuan hingga diinterogasi oleh pemilik toko, nah pemuda tersebut membelanya dengan alasan dia seorang pelajar dan tidak melakukan perbuatan mencuri barang di toko tersebut. Setelah meninggalkan toko, si gadis bertemu dengan pemuda yang membelanya, namun saat ini pemuda tadi meminta agar si gadis berskap jujur kepadanya dan mengembalikan CD musik yang sudah dicuri ke toko. Si gadis tidak mau mengakui perbuatannya justru menyerang dan membanting si pemuda. Karakter tokoh si gadis dalam cerita ini memiliki ketrampilan bela diri yang lumayan, dia juga sempat menjadi pimpinan geng, sedangkan si pemuda adalah seorang guru sekaligus berprofesi seorang dokter yang sedang cuti atau tidak bekerja, dimana dia memiliki kepribadian yang ulet, disiplin, cerdas dan dia juga mewarisi kekayaan dari seorang direktur Rumah Sakit Swasta terkenal sehingga secara ekonomi dia sudah terjamin dan mapan. Si gadis tadi ternyata pindah sekolah ke tempat dimana pemuda dokter yang mengajar, bahkan menjadi wali kelasnya kelak. Dengan ketrampilan seni mengajar yang ulet dan pendekatan personal yang bagus perlahan naum pasti dia mampu merubah sisi negatif dari kehidupan si gadis sehingga dia tersadarkan dan termotivasi untuk menjadi seorang dokter, hal ini juga tuntutan dari sang nenek. Cerita si gadis ini memiliki kisah pilu dalam kehidupannya yaitu ketika sang nenek dioperasi dan mengalami kegagalan hingga kematian menjemputnya. Sejak itu dia bertekad untuk menjadi lebih baik dan mengejar cita-cita yang diimpikan yaitu menjadi seorang dokter. Sepeninggal kematian sang nenek berbekal uang tabungan yang diwariskan kepadanya yang berasal dari neneknya maka setelah selesai dari sekolah menengah, dia melanjutkan kuliah jurusan kedokteran.
Cerita tersebut memberikan inspirasi tentang kebulatan tekad dan motivasi serta bimbingan dari guru mampu mengubah kebiasaan buruk seorang pelajar nakal menjadi pelajar hebat, bahkan mampu menjadi teladan bagi si pelajar dalam meraih cita-citanya. Bahkan ketika cerita si gadis ini telah menjadi dokter, dia memiliki tingkat kepedulian yang sama dengan gurunya semasa di sekolah menengah atas, ia suka membantu dan berbuat lemah lembut terhadap pasien. Bahkan pasien yang berprofesi sebagai preman mampu diluluhkan hatinya, setelah keluar dari rumah sakit si pasien sekaligus bos preman tersebut memberinya hadiah berupa mobil sport, karena saking kagum pada dirinya. 
Latar belakang masa lalu yang cukup kelam tidak menjadikan masa depannya juga kelam, asalkan ada keinginan untuk berubah dan menjadikan cambuk agar bertengger di tempat teratas. Hinaan, bully, dan perlakuan kasar dari temannya mampu menjadi obat dan suntikan motivasi terbesarnya. Cerita ini terdapat dalam drama Korea berjudul "Doctors", drama tersebut bagus juga sebagai sarana pengenalan istilah-istilah kedokteran dan istilah yang digunakan dalam dunia kesehatan secara umum. Aktivitas keseharian di rumah sakit juga menjadi scene utama setiap episodenya.
Saat ini kebutuhan dokter masih kurang terlebih di daerah pinggiran dan pedalaman. Di kampung saya saja, seorang mantri (petugas kesehatan) padahal bukan dokter, terkadang diminta bantuannya untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan jika terjadi insiden kecelakaan yang membutuhkan pertolongan pertama sebelum di bawa ke rumah sakit mantri terbut diminta mengobatinya. Dan ini berlangsung sudah sejak saya kecil hingga sekarang sudah berkeluarga. Mantri tersebut bahkan sekarang merangkap menjadi dokter secara beban dan tugas meski secara akademik profesinya tidak memiliki gelar dokter apapun. Jika ada orang yang mengkhitankan anaknya maka terkadang lari meminta bantuan kepada beliau karena jika ke kota terlalu jauh dan selain juga menghemat ongkos transport, namun yang ditakutkan adalah terjadinya mal praktek.
Kesehatan bangsa memang bukan satu-satunya tanggung jawab dari dokter. Tetapi paling tidak ketersediaan dokter di bidangnya masing-masing merupakan salah satu cermin majunya dunia kedokteran di negeri ini, disusul dengan fasilitas rumah sakit yang ada hingga tenaga kesehatan (termasuk perawat, bidan desa, dan tenaga pendukung di rumah sakit lainnya). Keterbatasan peluang menjadi seorang dokter yang utama adalah kendala biaya bagi orang yang tidak mampu, dan mungkin wawasan yang belum luas serta dipengaruhi minat dan informasi yang tersedia di masyarakat. Bahkan keberadaan dokter spesialis di rumah sakit tingakt kabupaten kota saja terkadang masih minim, sehingga ketika tenaganya dibutuhkan banyak pasien yang mengantri, belum lagi ketika si dokter membuka praktek secara pribadi di kliniknya sendiri sehingga tugas dan jadwal piket di Rumah Sakit tempat tugasnya terbengkelai dengan mengejar setoran pribadi.
Posisi dokter di masyarakat sangat dihormati dan dihargai, sehingga hal istimewa manakala dalam sebuah keluarga terdapat salah satu anggota menjadi dokter itu menjadi kebanggaan tersendiri. Harusnya hal inilah yang bisa dijadikan motivasi oleh para orang tua dan generasi remaja, tetapi sekali lagi ujungnya adlah biaya. Misanyla saja biaya pendaftaran masuk pertama kali diatas 100 juta, bagi orang kaya is okay, sedangkan bagi keluarga sederhana itu angka yang cukup wah. Tidak jarang otak encer terhenti di pos pembiayaan. beberapa waktu lalu program beasiswa bidikmisi mampu menghasilkan mahasiswa kedokteran yang berasal dari keluarga sederhana, namun jumlahnya masih beberapa gelintir saja.
Sehatnya bangsa juga dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakatnya terhadap kesehatan, semakin bagus pengetahuan mereka di bidang kesehatan diharapkan kesadaran untuk menjaga tubuh, lingkungan dan masyarakat agar bisa terwujud masyarakat yang sehat jasmani, jauh dari penyakit bahkan mampu menolong serta mencegah terjadinya wabah penyakit tertentu. Di bawah ini contoh teks Bahasa Inggris untuk kelas VIII yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan kedokteran:
text 1
I was hospitalized for a week because of malaria last month. At first, I had headache, aching muscles, stomachache, and weakness. Then, I got fever, chills, loss of appetite and vomiting. I thought that I got cold, but the doctor said that I had malaria. I was afraid because people suffered malaria can develop severe complications and die. The doctor and the nurse tried to calm me down. They said that malaria could be cured. The doctor then gave me medicine. After a week in the hospital, the doctor said that I could go home.
1. Who got malaria?
a. the writer
b. the doctor
c. the nurse
d. people
2. Here are the symptoms that the writer feels, except...
a. headache
b. stomachache
c. aching muscles
d. sore eye
3. What did the doctor give her?
a. injection
b. medicine
c. prescription
d. stethoscope
4. Why was the writer afraid?
a. Because it can't be cured
b. Because the writer was weak
c. Because malaria can cause death
d. because the writer was calm
text 2
Dino, Mrs. Hadi's son got an accident yesterday. He fell from the mango tree. His left leg hurt in this accident. Mrs. Hadi took him to the hospital. The doctor checked him and he said that he had to operate him. The doctor explained him that he would put platinum in his leg in order to join his broken bone of his leg.
The doctor took the victim to the operating room. After he finished to operate, the doctor bandaged his leg. Now, Dino has to take rest before he gets well.
5. Who fell from the mango tree?
a. Mrs. Hadi did
b. Mrs. Hadi's son did
c. Mrs. Hadi does
d. Dino does
6. Why did the doctor need to put the platinum in his leg?
a. for making him strong
b. for making him charming
c. for making his leg longer
d. for joining his broken bone of his leg
7. What is the main idea of the first paragraph?
a. Dino got an accident
b. Mrs. Hadi took Dino to the hospital
c. the doctor operated Dino
d. The doctor put platinum in his leg
8. What did the doctor do after he finished to operate him?
a. He asked him to go home
b. He asked him to take a rest
c. he joined his broken bone of his leg
d. He bandaged his leg
text 3
It was hot afternoon. Tono went home from school. He looked very hungry. He walked on the pavement but suddenly a car hit him from behind. He fell and was unconscious. people help him and ambulance came and took him to hospital.
Some nurses took Tono to a room then the doctor examined him. The nurses were very busy to help the doctor. his arm and leg were broke. So he had to stay in the hospital. He was conscious after parents, Mr. and Mrs. Abdi came to the hospital.
9. When did Tono get an accident?
a. was hungry
on a pavement
c. a car hit him from behind
d. in the afternoon
10. Was he conscious when he was taken to hospital?
a. Yes, he was
b. yes, it was
c. No, he wasn't
d. No, it wasn't

Drama Korea berjudul "The Flower in prison, Jumlah episode: 50,









1. Flower 19.mkv (208.2 Mb) [Sub Indo]
2. Flower 20.mkv (211.6 Mb) [Sub Indo]
3. Flower 21.mkv (204.3 Mb) [Sub Indo]
4. Flower 22.mkv (213.2 Mb) [Sub Indo]
5. Flower 23.mkv (204.6 Mb) [Sub Indo]
6. Flower 24.mkv (213.3 Mb) [Sub Indo]
7. Flower 25.mkv (200.5 Mb) [Sub Indo]
8. Flower 26.mkv (214.4 Mb) [Sub Indo]
9. Flower 27.mkv (207.0 Mb) [Sub Indo]
10. Flower 28.mkv (214.2 Mb) [Sub Indo]
11. Flower 29.mkv (213.3 Mb) [Sub Indo]
12 Flower 30.mkv (210.2 Mb) [Sub Indo]
13. Flower 31.mkv (209.4 Mb) [Sub Indo]
14. Flower 32.mkv (210.7 Mb) [Sub Indo]
15. Flower 33.mkv (202.4 Mb) [Sub Indo]
16. Flower 34.mkv (211.8 Mb) [Sub Indo]
17. Flower 35.mkv (204.8 Mb) [Sub Indo]
18. Flower 36.mkv (212.7 Mb) [Sub Indo]

Drama Korea Blow Breeze dapat diunduh dengan klik link berikut, 20 Episode:

















1. Blow 1.mkv [Sub Indo]
2. Blow 2.mkv [Sub Indo]
3. Blow 3.mkv [Sub Indo]
4. Blow 4.mkv [Sub Indo]
5. Blow 5.mkv [Sub Indo]
6. Blow 6.mkv [Sub Indo]
7. Blow 7.mkv [Sub Indo]
8. Blow 8.mkv [Sub Indo]
9. Blow 9.mkv [Sub Indo]
10. Blow 10.mkv [Sub Indo]
11. Blow 11.mkv [Sub Indo]
12. Blow 12.mkv [Sub Indo]
13. Blow 13.mkv [Sub Indo]
14. Blow 14.mkv [Sub Indo]

Berikut ini link download Drama Korea "Descendant of the Sun", berisi 16 Episode:

1. DOTS 1.mkv [Sub Indo]
2. DOTS 2.mkv [Sub Indo]
3. DOTS 3.mkv [Sub Indo]
4. DOTS 4.mkv [Sub Indo]
5. DOTS 5.mkv [Sub Indo]
6. DOTS 6.mkv [Sub Indo]

Drama Korea judul "Jealousy Incarnate", unduh episodenya klik link berikut:

















1. Jealousy.E01.mkv [Sub Indo]
2. Jealousy.E02.mkv [Sub Indo]
3. Jealousy.E03.mkv [Sub Indo]
4. Jealousy.E04.mkv [Sub Indo]
5. Jealousy.E05.mkv [Sub Indo]

Download Drama Korea berjudul "Let's Fight Ghost", unduh melalui tautan berikut:










1. Lets.Fight.Ghost.E01.mkv [Sub Indo]
2. Lets.Fight.Ghost.E02.mkv [Sub Indo]
3. Lets.Fight.Ghost.E03.mkv [Sub Indo]
4. Lets.Fight.Ghost.E04.mkv [Sub Indo]
5. Lets.Fight.Ghost.E05.mkv [Sub Indo]

Related Posts: