Showing posts with label folktales. Show all posts
Showing posts with label folktales. Show all posts

Thursday, February 9, 2017

Dongeng Penebang Kayu dan Peri Cantik

Ada sebuah kisah menarik tentang balasan dari perbuatan kita kembalinya kepada diri kita sendiri. Dongeng ini sebetulnya di beberapa negara memiliki versi yang berbeda namun pada intinya memiliki pesan moral akan hukum menabur dan menuai, siapa yang menanam dialah yang akan memanen dari jerih payahnya tersebut. Sebaliknya siapa saja yang berbuat hal buruk maka keburukan itu  sejatinya kembali pada dirinya sendiri. Sebuah ajaran klise, namun senantiasa berlaku dalam kehidupan ini. Dongeng ini mengambil tokoh seorang penebang kayu (bisa disebut juga penebang pohon) yang ketika itu sedang dalam perjalanan menuju hutan. Ia pergi melakukan kegiatan rutinnya itu dengan suasana gembira. Secara tidak sengaja di tengah perjalanan ia melihat seekor rusa (kijang) yang terperangkap oleh jebakan yang dibuat oleh pemburu. Lalu ia mendekati si rusa tadi dan hatinya terpanggil untuk melepaskan si rusa. Tiba-tiba si rusa bisa berbicara dan berteriak meminta tolong padanya. Si penebang kayu pun membantunya bebas. Karena yang dibebaskan adalah rusa yang mampu berbicara, ia meyakini bahwa binatang tersebut adalah sejenis siluman atau seseorang yang terkena sihir atau kutukan sehingga berubah menjadi rusa. Ia kemudian meminta sebuah pertanyaan padanya apakah ada imbalan yang ia bisa dapatkan. Jawaban dari si rusa tadi cukup memuaskan yaitu dia boleh meminta satu permintaan yang bisa dikabulkannya.  Sang penebang kayu ingin menikahi seorang wanita yang cantik. Si rusa mengatakan jika ia ingin menikahi wantia cantik maka menikahlah dengan salah seorang peri (bidadari) yang turun dari langit (surga). Berdasarkan informasi dari si rusa maka sang penebang kayu harus menyembunyikan pakaian salah satu dari peri (bidadari) tersebut agar ia tidak bisa kembali ke langit. Ia pergi ke sebuah telaga (danau) pada malam hari sesuai dengan waktu yang diberitahukan oleh si rusa. Nah, disana ternyata ada tujuh peri yang sedang mandi tanpa busana sehelai pun. Ia dengan segera mencari pakaian para peri tersebut dan mengambil satu diantaranya untuk disembunyikan.
Singkat cerita waktu para peri sudah habis dan saatnya kembali ke langit (surga), mereka segara berkemas dan memakai pakaian mereka. Salah satu diantara mereka tidak mampu menemukan pakaiannya sehingga akhirnya tetap tinggal di bumi tidak bisa kembali ke langit. Sang penebang kayu datang berpura-pura menawarkan bantuan dengan memberikan pakaian milik ibunya untuk dipinjamkan kepada peri itu. Karena ia tidak bisa kembali ke langit maka dia menerima bantuan dari penebang kayu sekaligus menjadi istri dari si penebang kayu. Setelah beberapa tahun berlalu pasangan ini memiliki 2 orang anak. Dan rahasia siapa yang menyembunyikan bajunya sudah terkuak yaitu suaminya sendiri. Peri pun meminta agar baju miliknya dikembalikan. Penebang kayu enggan mengembalikan baju peri karena ia takut jika istrinya itu akan pergi meninggalkan dirinya dan kembali ke langit. Dengan segala upaya  berupa bujukan dan rayuan maka peri pun berhasil mendapatkan bajunya kembali, lalu ia bersama kedua anaknya kembali ke langit ke tempat asal dimana para peri berada. Sang penebang kayu menjadi sedih dan sangat merindukan istri dan kedua orang anaknya. Hari-harinya berubah menjadi sendu, murung dengan meratapi kepergian istri dan kedua anaknya yang kembali ke langit.
Suatu hari dia secara kebetulan bertemu lagi dengan rusa ajaib yang pernah ditolongnya. Dia pun menceritakan tentang kepergian istri dan anaknya ke langit (surga). Rusa itu berusaha membantunya dengan berkata bahwa jika ia benar-benar ingin bertemu dengan istri dan anaknya maka ia malam hari nanti harus pergi ke puncak gunung. Disana akan mendapati sebuah ember besar yang bisa ia gunakan untuk perjalanan menuju langit. Dengan saran yang diberikan oleh rusa, sang penebang kayu langsung bergegas menuju ke tempat yang dimaksud. Dan melakukan segala apa yang disarankan oleh rusa. Sesampai di langit ia bertemu dengan istri dan kedua anaknya. Waktu terus berlalu dan penebang kayu tiba-tiba merindukan ibunya di bumi. Peri menyarankan agar ia menaiki kuda khusus. Ada syarat yang harus dilakukan agar ia tetap bisa ke langit lagi. Syaratnya Cuma satu yaitu ia tidak boleh turun dari kuda khusus tersebut. Sang penebang kayu berjanji akan mematuhi syarat yang diberikan oleh peri (istrinya). Turunlah ke bumi dengan perasaan sukacita setelah bisa berkumpul dengan istri dan anaknya dan sekarang ia bisa turun kembali ke bumi untuk menemui ibu. Sampailah ia di depan rumahnya.
Disana ia mendapatkan ibunya berada di depan rumah dan sedang membawa semangkuk sup hangat.  Ketika melihat anaknya datang maka bahagialah hati si ibu, sambil memanggilnya “Anakku kemari, nikmati sup hangat ini..” Sang penebang kayu karena bahagia dan tergiur dengan sup hangat yang terlihat nikmat itu, ia menjadi lupa dengan syaratnya. Dia mengambil sup hangat dan juga menumpahkannya di punggung kuda karena tidak bisa menjaga keseimbangan. Kuda kaget, sang penebang kayu terpelanting, mankuk sup jatuh ke tanah. Belum lagi kuda khusus yang ia tunggangi langsung pergi kabur ke langit. Sebuah akhir yang sedih karena sang penebang tidak bisa bertemu lagi dengan istri dan anaknya untuk selamanya.
Sejujurnya watak dari tokoh penebang kayu dalam dongeng ini tidak terlalu buruk. Yang menjadikannya ia mendapatkan hal buruk di akhir adalah karena beberapa sifat kecil yang harusnya ia buang jauh-jauh. Sifat yang harus ia buang jauh-jauh adalah berbohong/berdusta (soal menyembunyikan pakaian), harusnya ia jujur. Awalan yang salah niat dan itikad yang buruk akan menyeret kita ke jalan yang semakin menyimpang. Sifat kedua yaitu ingkar janji (soal syarat dalam menunggangi kuda), penebang kayu terbuai oleh semangkuk sup hangat dan kondisi bahagia (euforia) pertemuannya dengan ibu sehingga melanggar syarat agar tetap tidak menginjak tanah. Tidak adanya komitmen dalam memegang janji apalagi amanah bisa menjadikan kita menuju ambang keruntuhan, walaupun sukses itu sudah di tangan bahkan hal yang begitu istimewa sudah kita miliki.
Itulah dongeng penabang kayu dan peri cantik. Tanamkan dalam diri kita agar mengawali perbuatan dengan niat yang baik. Menolonglah dengan tulus tanpa niatan untuk mendapatkan imbalan. Bersikaplah jujur dan amanah. Ajaran moral ini adalah ajaran nilai-nilai kebaikan yang diyakini secara universal. Maka bagi muslim yang mempelajari sirah nabi yaitu ketika Rasulullah SAW sebelum kenabian dikenal sebagai orang jujur dan amanah. Dan ketika turun “nubuwat” padanya semakin mantap dengan bimbingan Allah swt untuk menyebarkan Islam sebagai penyempurna  ajaran agama samawi sebelumnya. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan nilai tanggung jawab (amanah). Ajaran moral ini selaras dengan nilai-nilai kebaikan secara universal. Dan semakin membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Agama yang membawa kedamaian untuk manusia bahkan seluruh penghuni alam semesta ini.
Sebagai muslim berpegang teguhlah pada tali agama Allah yaitu Islam, dengan panduan utama Al Quran dan Sunah (Hadits). Jika terjadi penistaan terhadap agama Islam, marilah kita bela meskipun harta  dan jiwa harus dipertaruhkan. Apalagi ketika kita sedang memerangi kemungkaran, memerangi kedustaan, memerangi pemimpin yang tidak amanah, bahkan hanya mementingkan golongan (kubu) pengusung dirinya. Pemimpin yang memiliki karakter munafik tidak ada manfaatnya bagi kebaikan bangsa sehingga perlu diingatkan. Jika masih bebal, kami muslim masih memliki pemimpin yang lebih bagus dan berkualitas dibandingkan pemimpin yang jauh dari nilai-nilai keislaman.
Teks Narrative tentang kisah Woodcutter (penebang kayu) berikut versi dalam bahasa Inggris, dapatkan versi mp3 nya untuk file listening dengan klik link [unduh mp3]

Fairy and the woodcutter
Once upon a time, there lived a woodcutter. One day, he was working in the forest and saw a deer in a trap. “Please help..help!” The woodcutter set the deer free. “Thank you. You saved my life. What can I do for you?” Well..I Want to marry a beautiful wife.” I see, listen! Tonight, fairies will come down for heaven. They will take a bath in the stream, when they take a bath, hide one of their clothes. The fairy without clothes can’t back to heaven. Then she will marry you.”
“Remember! Don’t give the fairy’s clothes back until she gives birth to three children. “I understand. Thank you deer,”  Okay, good luck, bye!” That night, fairies came down from heaven. The woodcutter was watching them from behind a rock. “Let’s take a bath.” While the fairies took a bath, the woodcutter hid one of the fairies clothes. “Then sun is rising. Let’s go!,” Oh, no! My clothes are gone! Where are my clothes? Where are they?” Don’t worry. These are my mother’s shirt and skirt. Put them on!”
The fairy couldn’t go heaven without her clothes. So she got married to the woodcutter. Soon, the fairy gave birth to two children. “Darling, I want to see my clothes. Please, give them back to me.” You will go back to heaven if I do.” No, I won’t. Please, please, let me see my clothes.”
At last, he gave them to his wife. But as soon as she got them back, she put them on and flew back up to heaven with her two children. “Stop, stop! Don’t go, come back, come back....!”
The woodcutter miss his wife and children so much. He cried day and night. One day, he met the deer. He told the deer what happened. “Please, help me!” Okay! Tonight, go to the mountain. A big bucket will come down from heaven. Jump in the bucket and you can go to heaven.” That night, woodcutter rode the bucket and went up to heaven. There he met his family. “Mom, daddy is here.” The woodcutter was happy to see his family. He stayed for days in heaven. But soon,  he missed his mother. “Ride this horse and go to your mother. But don’t get off the horse, remember that!”
“Mother, I am back,” Oh, my son! Yo come back.”
“Mother, I have to go now.” Okay! Then, eat this bean soup and go.”
But he dropped the hot bean soup. It fell on the back of the horse. The horse jumped up and down wildly.” Aaaa...!!” The woodcutter fell off. The horse flew back to heaven alone. “Oh, no come back, horse. Come back!” But the horse never come back. He had to spend all his life with his mother and couldn’t see his wife and children ever again.”
Related Posts:

Thursday, August 13, 2015

Mendongeng, Ketrampilan Orangtua yang hampir dilupakan

Mungkin acara/kegiatan mendongeng orangtua (bapak/ ibu) dengan anaknya sekarang sudah tergantikan dengan adanya gadget teknologi canggih sekarang, namun ternyata kebiasaan ini memiliki nilai positif, salah satunya adalah membangun hubungan dari aspek psikologis antara si orangtua terhadap putra putrinya. Manfaat lain yang bisa diperoleh adalah menanamkan nilai moral dengan hikmah yang ada dalam dongeng atau cerita yang dibacakan/ diceritakan tersebut, tergantung dari pilihan judul dongeng yang akan digunakan menjadi bahan materinya, misalnya kisah 25 nabi/rasul, sahabat nabi, bahkan sampai hikayat ataupun dongeng, apalagi bangsa Indonesia ini memiliki khasanah cerita rakyat yang sangat beragam dan melimpah.

Nah, bagi anda yang sedang mempelajari writing (menulis) dalam Bahasa Inggris, dongeng atau cerita termasuk kedalam genre Narrative text. Jenis teks ini memiliki tujuan to entertain/ to amuse dengan menyisipkan pesan moral ataupun hikmah (moral value) dengan harapan ada penanaman nilai-nilai kehidupan untuk membentuk manusia yang berkepribadian/ berkarakter.










Berikut adalah contoh teks naratif:

The legend of Tangkuban Perahu (Sangkuriang)
Very long time ago in West Java, there lived a king, named Prabu Sungging Pabangkara. He was good ruler. He liked hunting in the forest very much.
In the forest, there lived she-pig, actually a cursed goddess. One day, she came out of her hiding place looking for water. There she saw a coconut shell filled with water. Expecting it to be a fresh water, she drank it, having no suspicious that it was king’s urine left there the day before when he went hunting. 
The consequence was very strange. She became pregnant. Few months later she gave birth to a very pretty girl. When the king was hunting again in the forest, he saw the girl and was attracted by her beauty. He took her to his place, and then he called her Dayang Sumbi and treated her as his own daughter. Time passed and Dayang Sumbi grew up into a beautiful girl. She was fond of weaving
One morning as she was weaving, her weaving spool flew out of the window to the field. Because she was very tired, she mumbled, whoever is willing to help me pick up the spool. I’ll treat her as my sister if she is a girl. If he is a man, I’ll treat him as my husband. These words were heard by a dog, called Tumang, actually cursed god too. He immediately picked up the spool and gave it to Dayang Sumbi. Seeing the dog had helped her, she fainted. The god had decided for her to undergo the fate. She became pregnant and a short time afterwards she gave birth to healthy strong son whom she called Sangkuriang.

Sangkuriang became a handsome young man, as time went by. Likes his grandfather, he was fond of hunting in the forest and Tumang was faithful friend when roaming the woods. He didn’t realize that Tumang was his father. One day, when the dog didn’t obey him to chase the pig, Sangkuriang was very angry and killed the dog and cut up his flesh into pieces and took it home to his mother. For a moment Dayang Sumbi was speechless and took a spool and flung it at him.
This left a scar on the spot. Then Dayang Sumbi sent him away. Sangkuriang left and wandered through the woods. He walked for years. Finally he returned to his native place, but did not recognize it any longer. At the end of a vast rice field, he noticed a house and saw a young girl sitting at her weaving-loom. He approached her and was charmed by her beauty. He was unaware that she was his own mother. Dayang Sumbi had been given eternal beauty by the gods which was why she looked young forever. She looked at him and noticing his good looks, she promised to marry him. 
They made plans for their wedding day, but one day she discovered the scar on his forehead. She knew that he was her own son who had come back to his village. She made an effort to make him understand that marriage between them was impossible, but Sangkuriang refused to accept it. She had an idea and aid to him “All right, you shall marry me if only you can dam up the citarum river and build a vessel all in one night.”


















Sangkuriang agreed and started to work by using his magic powers and his praying to the gods for help. To prevent the marriage, before Sangkuriang finished his work, she stretched the red veil which covered her head over the eastern side of the plain. Through her magic powers, the red light spread over the landscape, giving the impression that the sun was rising and that time was up. Angrily, Sangkuriang kicked the vessel which was almost finished upside down. Sometimes later the vessel became the mountain of Tangkuban Perahu on the northern side of Bandung.


CHECKING YOUR UNDERSTANDING ABOUT STORY ABOVE
1.What does the text tell us about?
2.What is the type of the text above? Mention the generic structure of the text!
3.Where does the story take place?
4.Who was Raden Sungging Pebangkara?
5.What did Dayang Sumbi look like?
6. What is the purpose of the text above?
7. She looked at him..” What does the underlined word refer to?
6.