Ada sebuah kisah menarik tentang balasan
dari perbuatan kita kembalinya kepada diri kita sendiri. Dongeng ini sebetulnya
di beberapa negara memiliki versi yang berbeda namun pada intinya memiliki
pesan moral akan hukum menabur dan menuai, siapa yang menanam dialah yang akan
memanen dari jerih payahnya tersebut. Sebaliknya siapa saja yang berbuat hal
buruk maka keburukan itu sejatinya
kembali pada dirinya sendiri. Sebuah ajaran klise, namun senantiasa berlaku
dalam kehidupan ini. Dongeng ini mengambil tokoh seorang penebang kayu (bisa
disebut juga penebang pohon) yang ketika itu sedang dalam perjalanan menuju
hutan. Ia pergi melakukan kegiatan rutinnya itu dengan suasana gembira. Secara tidak
sengaja di tengah perjalanan ia melihat seekor rusa (kijang) yang terperangkap
oleh jebakan yang dibuat oleh pemburu. Lalu ia mendekati si rusa tadi dan
hatinya terpanggil untuk melepaskan si rusa. Tiba-tiba si rusa bisa berbicara
dan berteriak meminta tolong padanya. Si penebang kayu pun membantunya bebas.
Karena yang dibebaskan adalah rusa yang mampu berbicara, ia meyakini bahwa
binatang tersebut adalah sejenis siluman atau seseorang yang terkena sihir atau
kutukan sehingga berubah menjadi rusa. Ia kemudian meminta sebuah pertanyaan
padanya apakah ada imbalan yang ia bisa dapatkan. Jawaban dari si rusa tadi
cukup memuaskan yaitu dia boleh meminta satu permintaan yang bisa dikabulkannya.
Sang penebang kayu ingin menikahi
seorang wanita yang cantik. Si rusa mengatakan jika ia ingin menikahi wantia
cantik maka menikahlah dengan salah seorang peri (bidadari) yang turun dari
langit (surga). Berdasarkan informasi dari si rusa maka sang penebang kayu
harus menyembunyikan pakaian salah satu dari peri (bidadari) tersebut agar ia
tidak bisa kembali ke langit. Ia pergi ke sebuah telaga (danau) pada
malam hari sesuai dengan waktu yang diberitahukan oleh si rusa. Nah, disana
ternyata ada tujuh peri yang sedang mandi tanpa busana sehelai pun. Ia dengan
segera mencari pakaian para peri tersebut dan mengambil satu diantaranya untuk
disembunyikan.
Singkat cerita waktu para peri sudah habis dan saatnya kembali ke langit (surga), mereka segara berkemas dan memakai pakaian
mereka. Salah satu diantara mereka tidak mampu menemukan pakaiannya sehingga
akhirnya tetap tinggal di bumi tidak bisa kembali ke langit. Sang penebang kayu
datang berpura-pura menawarkan bantuan dengan memberikan pakaian milik ibunya
untuk dipinjamkan kepada peri itu. Karena ia tidak bisa kembali ke langit maka
dia menerima bantuan dari penebang kayu sekaligus menjadi istri dari si
penebang kayu. Setelah beberapa tahun berlalu pasangan ini memiliki 2 orang
anak. Dan rahasia siapa yang menyembunyikan bajunya sudah terkuak yaitu
suaminya sendiri. Peri pun meminta agar baju miliknya dikembalikan. Penebang kayu
enggan mengembalikan baju peri karena ia takut jika istrinya itu akan pergi
meninggalkan dirinya dan kembali ke langit. Dengan segala upaya berupa bujukan dan rayuan maka peri pun
berhasil mendapatkan bajunya kembali, lalu ia bersama kedua anaknya kembali ke
langit ke tempat asal dimana para peri berada. Sang penebang kayu menjadi sedih
dan sangat merindukan istri dan kedua orang anaknya. Hari-harinya berubah
menjadi sendu, murung dengan meratapi kepergian istri dan kedua anaknya yang
kembali ke langit.
Suatu hari dia secara kebetulan bertemu
lagi dengan rusa ajaib yang pernah ditolongnya. Dia pun menceritakan tentang kepergian
istri dan anaknya ke langit (surga). Rusa itu berusaha membantunya dengan
berkata bahwa jika ia benar-benar ingin bertemu dengan istri dan anaknya maka
ia malam hari nanti harus pergi ke puncak gunung. Disana akan mendapati sebuah
ember besar yang bisa ia gunakan untuk perjalanan menuju langit. Dengan saran
yang diberikan oleh rusa, sang penebang kayu langsung bergegas menuju ke tempat
yang dimaksud. Dan melakukan segala apa yang disarankan oleh rusa. Sesampai di
langit ia bertemu dengan istri dan kedua anaknya. Waktu terus berlalu dan
penebang kayu tiba-tiba merindukan ibunya di bumi. Peri menyarankan agar ia
menaiki kuda khusus. Ada syarat yang harus dilakukan agar ia tetap bisa ke
langit lagi. Syaratnya Cuma satu yaitu ia tidak boleh turun dari kuda khusus tersebut.
Sang penebang kayu berjanji akan mematuhi syarat yang diberikan oleh peri
(istrinya). Turunlah ke bumi dengan perasaan sukacita setelah bisa berkumpul
dengan istri dan anaknya dan sekarang ia bisa turun kembali ke bumi untuk
menemui ibu. Sampailah ia di depan rumahnya.
Disana ia mendapatkan ibunya berada di
depan rumah dan sedang membawa semangkuk sup hangat. Ketika melihat anaknya datang maka bahagialah
hati si ibu, sambil memanggilnya “Anakku kemari, nikmati sup hangat ini..” Sang
penebang kayu karena bahagia dan tergiur dengan sup hangat yang terlihat nikmat
itu, ia menjadi lupa dengan syaratnya. Dia mengambil sup hangat dan juga menumpahkannya di punggung kuda karena tidak bisa menjaga keseimbangan. Kuda kaget,
sang penebang kayu terpelanting, mankuk sup jatuh ke tanah. Belum lagi kuda
khusus yang ia tunggangi langsung pergi kabur ke langit. Sebuah akhir yang
sedih karena sang penebang tidak bisa bertemu lagi dengan istri dan anaknya
untuk selamanya.
Sejujurnya watak dari tokoh penebang kayu
dalam dongeng ini tidak terlalu buruk. Yang menjadikannya ia mendapatkan hal
buruk di akhir adalah karena beberapa sifat kecil yang harusnya ia buang
jauh-jauh. Sifat yang harus ia buang jauh-jauh adalah berbohong/berdusta (soal
menyembunyikan pakaian), harusnya ia jujur. Awalan yang salah niat dan itikad
yang buruk akan menyeret kita ke jalan yang semakin menyimpang. Sifat kedua
yaitu ingkar janji (soal syarat dalam menunggangi kuda), penebang kayu terbuai oleh semangkuk sup hangat dan kondisi bahagia (euforia) pertemuannya dengan ibu sehingga melanggar syarat agar tetap tidak menginjak tanah. Tidak adanya komitmen dalam memegang
janji apalagi amanah bisa menjadikan kita menuju ambang keruntuhan, walaupun sukses itu sudah di tangan bahkan hal yang begitu istimewa sudah kita miliki.
Itulah dongeng penabang kayu dan peri
cantik. Tanamkan dalam diri kita agar mengawali perbuatan dengan niat yang baik. Menolonglah
dengan tulus tanpa niatan untuk mendapatkan imbalan. Bersikaplah jujur dan
amanah. Ajaran moral ini adalah ajaran nilai-nilai kebaikan yang diyakini secara
universal. Maka bagi muslim yang mempelajari sirah nabi yaitu ketika Rasulullah
SAW sebelum kenabian dikenal sebagai orang jujur dan amanah. Dan ketika turun “nubuwat”
padanya semakin mantap dengan bimbingan Allah swt untuk menyebarkan Islam
sebagai penyempurna ajaran agama samawi
sebelumnya. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan nilai tanggung jawab
(amanah). Ajaran moral ini selaras dengan nilai-nilai kebaikan secara
universal. Dan semakin membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Agama yang
membawa kedamaian untuk manusia bahkan seluruh penghuni alam semesta ini.
Sebagai muslim berpegang
teguhlah pada tali agama Allah yaitu Islam, dengan panduan utama Al Quran dan
Sunah (Hadits). Jika terjadi penistaan terhadap agama Islam, marilah kita bela
meskipun harta dan jiwa harus
dipertaruhkan. Apalagi ketika kita sedang memerangi kemungkaran, memerangi
kedustaan, memerangi pemimpin yang tidak amanah, bahkan hanya mementingkan
golongan (kubu) pengusung dirinya. Pemimpin yang memiliki karakter munafik
tidak ada manfaatnya bagi kebaikan bangsa sehingga perlu diingatkan. Jika masih
bebal, kami muslim masih memliki pemimpin yang lebih bagus dan berkualitas dibandingkan
pemimpin yang jauh dari nilai-nilai keislaman.
Teks Narrative tentang kisah Woodcutter (penebang kayu) berikut versi dalam bahasa Inggris, dapatkan versi mp3 nya untuk file listening dengan klik link [unduh mp3]
Fairy and the woodcutter
Once upon a time, there lived a
woodcutter. One day, he was working in the forest and saw a deer in a trap. “Please
help..help!” The woodcutter set the deer free. “Thank you. You saved my life. What
can I do for you?” Well..I Want to marry a beautiful wife.” I see, listen!
Tonight, fairies will come down for heaven. They will take a bath in the
stream, when they take a bath, hide one of their clothes. The fairy without
clothes can’t back to heaven. Then she will marry you.”
“Remember! Don’t give the fairy’s
clothes back until she gives birth to three children. “I understand. Thank you
deer,” Okay, good luck, bye!” That
night, fairies came down from heaven. The woodcutter was watching them from
behind a rock. “Let’s take a bath.” While the fairies took a bath, the
woodcutter hid one of the fairies clothes. “Then sun is rising. Let’s go!,” Oh,
no! My clothes are gone! Where are my clothes? Where are they?” Don’t worry.
These are my mother’s shirt and skirt. Put them on!”
The fairy couldn’t go heaven
without her clothes. So she got married to the woodcutter. Soon, the fairy gave
birth to two children. “Darling, I want to see my clothes. Please, give them
back to me.” You will go back to heaven if I do.” No, I won’t. Please, please,
let me see my clothes.”
At last, he gave them to his
wife. But as soon as she got them back, she put them on and flew back up to
heaven with her two children. “Stop, stop! Don’t go, come back, come back....!”
The woodcutter miss his wife and
children so much. He cried day and night. One day, he met the deer. He told the
deer what happened. “Please, help me!” Okay! Tonight, go to the mountain. A big
bucket will come down from heaven. Jump in the bucket and you can go to heaven.”
That night, woodcutter rode the bucket and went up to heaven. There he met his
family. “Mom, daddy is here.” The woodcutter was happy to see his family. He stayed
for days in heaven. But soon, he missed
his mother. “Ride this horse and go to your mother. But don’t get off the
horse, remember that!”
“Mother, I am back,” Oh, my son! Yo
come back.”
“Mother, I have to go now.” Okay!
Then, eat this bean soup and go.”
But he dropped the hot bean soup.
It fell on the back of the horse. The horse jumped up and down wildly.” Aaaa...!!”
The woodcutter fell off. The horse flew back to heaven alone. “Oh, no come
back, horse. Come back!” But the horse never come back. He had to spend all his
life with his mother and couldn’t see his wife and children ever again.”
Related Posts:
No comments:
Post a Comment