Perlukah kita memiliki jasad yang kuat (qowiyul jism) saat
ini? Lihatlah pusat-pusat kebugaran di kota-kota besar diserbu banyak peminat,
dengan alasan agar sehat, tubuhnya atletis, memiliki kebugaran prima, tampil
fit dan lincah. Mari kita lihat juga di pelosok desa yang jauh dari bau
perkotaan, beberapa orang ketika ingin olahraga atau memiliki tubuh yang sehat
tidak begitu sulit alasannya mereka terbiasa melakukan jalan kaki kemanapun
entah ke ladang, sawah, hutan, kebun, dsb (layaknya jogging pagi), sedang
remajanya ketika sore bermain bola di lapangan bersama-sama dengan temannya
satu kampung. Secara ekonomis lebih menghemat, karena tidak perlu membayar
untuk ke fitnes center atau tepat khusus futsal. Ditambah lingkungan kampung
yang cenderung udaranya masih bersih, kadar oksigennya masih tinggi jauh dari
pencemaran (polusi) udara. Saya menggaris bawahi tentang kebiasaan jalan kaki,
olah raga ini adalah olahraga termurah, termudah, tersehat, resiko cedera lebih
kecil, hemat dan praktis. Jenis aktivitas jalan kaki yang mungkin digemari
adalah outbond, tracking, hiking, menyusuri hutan, sungai, lembah, naik turun
bukit, melintasi kawasan kebun, perkampungan (countryside). Inilah yang
penulis lakukan bersama beberapa murid Rabu 23 Desember 2015 sebagai bentuk
meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan otot sekaligus mentadaburi keindahan
alam yang telah Allah swt ciptakan.
Mulai dengan mengadakan briefing singkat, berdoa,
membaca Al Quran, pengecekan perlengkapan dan personil. Kemudian berangkat pas
pukul 06.30 pagi disertai langit mendung, matahari besinar kurang cerah karena
tertutup mendung. Rombongan melakukan perjalanan jalan kaki selama hampir 1
jam, kemudian berhenti di masjid untuk mengambil air wudhu persiapan shalat
sunah dhuha berjamaah. Selepas shalat, berdzikir, membaca QS Al Hadid,
rombongan menikmati breakfast lontong, tempe, ditemani sebotol air
mineral. Dilanjutkan dengan jalan kaki menyusuri jalanan beraspal yang
menanjak, masuk ke hutan karet mulai menanjak naik sehingga membuat beberapa
peserta berjalan melambat karena efek baru saja sarapan lontong. Berjalan di
area hutan karet sampai pos kedua yaitu game tali & cek yel-yel. Peserta
dengan masih terengah-engah tetap semangat menyanyikan lagu yel-yelnya. Namun
karena kondisi mendung tergantikan oleh panas, semakin menambah terik matahari,
saat itu pukul 09.11, peserta tidak mampu menyelesaikan permainan tali, maka
untuk sementara ditunda dan dialihkan ke pos V.
Perjalanan dilanjutkan hingga 2 jam jalan kaki dengan
kondisi jalan setapak, jalan bebatuan, dan karena basah membuat alas kaki kami
kotor, berkelok-kelok. Medan yang dilalui cukup mudah tidak terlalu licin,
curam, hanya saja yang dikeluhkan beberapa peserta adalah 2 jam non stop jalan
tanpa istirahat.
Saya sedikit berbagi tips jalan jauh, salah satunya adalah
jangan terlalu sering berhenti (langkah kecil tapi stabil/konstan), jangan
mengumbar lisan (terlalu banyak mengobrol yang tidak terlalu penting
(buang-buang energi percuma), hindari kondisi perut terlalu penuh dengan
makanan ataupun minuman (karena ruang untuk udara kurang), gunakan alas kaki
yang nyaman (misal untuk trek rumput dan bebatuan, jalan aspal, adalah sandal
jepit karena sirkulasi udara untuk bagian jari kaki dan telapak kaki, meminimalisir
lecet ujung jempol kaki jika memakai sepatu, pandangan tidak menunduk ke bawah
terlalu lama (karena kadang membuat kurang awas dengan kondisi di depan
sekaligus otot leher akan kaku). Mungkin beberapa tips tadi terlihat sederhana
dan sepele, namun ketika dalam kondisi tubuh kurang fit maka kegiatan hiking
akan terbantu dengan tips tadi karena efisiensi tenaga.