Wednesday, April 20, 2016

Bentuk syukur itu adalah Berbuat Lebih Dalam Beramal

Berbuat lebih dari ukuran normal memberikan nilai tambah pada diri kita. Bukan mendapatkan lebih besar dibandingkan orang lain dalam mendapatkan keuntungan materi, justru sebaliknya memberikan kontribusi yang lebih besar untuk lingkungan sekitar, itu baru namanya keren. Karena apa? Hal yang wajar manakala kebanyakan orang suka mendapat untung/ imbalan yang lebih banyak dalam hal harta namun tidak banyak orang yang mau berkontribusi lebih, jika itu kering imbalan (upah). Nah kerennya adalah kita termasuk golongan orang yang sedikit, yang benar-benar memberi tanpa pamrih. Memberikan bantuan kepada orang lain secara sukarela memiliki nilai kepuasan tersendiri yang tidak bisa dirasakan ketika melakukannya karena sebuah pekerjaan yang sudah dibayar (gaji). Sebetulnya, keunggulan yang dimiliki tiap individu selayaknya mampu dirasakan faedahnya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Ada sebuah kisah seorang yang kaya raya, saudagar yang memiliki harta berlimpah, yang memiliki hobi dan sangat suka sekali dengan batangan emas. Meski hartanya melimpah dan banyak, namun jika belum memiliki bahkan mengumpulkan batangan emas maka dia belum merasa puas. Suatu ketika, dia mulai rajin menukarkan hartanya dengan batangan emas hingga akhirnya terkumpul beberapa batangan emas. Dia menyimpan batangan emas dalam sebuah kain (karung goni) lalu ia kubur di depan halaman/ pekarangannya. Saking cintanya setiap hari setelah selesai berjualan dan selesai dari pekerjaannya, ia menggali batangan emas yang dikubur tadi. Setelah puas melihat, ia mengubur kembali batangan emas tersebut. Dan ia lakukan hal yang sama berulang-ulang setiap hari sehabis bekerja. Ia tidak bosan ataupun malas untuk menggali dan mengubur. Sampai pada akhirnya, suatu hari sekembalinya dari pasar, ia melakukan hobinya tadi dimana tanpa sepengatahuan dirinya seorang pencuri telah melihat yang ia lakukan. Si pencuri tadi menunggu si saudagar kaya mengubur batangan emas. Setelah yang empunya masuk ke rumah dan suasana sudah gelap maka pencuri tadi menggali dan mengambil karung berisi batang emas milik saudagar kaya. Keesokan harinya sang saudagar kaget, saking terkejutnya dia berteriak, sambil menangis ia berkata; "Ohh batangan emasku, kenapa hilang?"
Karena suaranya cukup keras terdengar sampai ke rumah tetangganya, maka mereka berduyun-duyun datang dan bertanya, kenapa berteriak dan menangis, setelah tahu jawabannya, para tetangga hanya berkomentar; "Ganti saja batangan emasmu yang hilang dengan batu-batu di jalan dan kemudian kuburkan saja, berpura-puralah yang kau timbun itu adalah emas. Selanjutnya nikmati dan lihat batangan emasmu yang berasal dari batu itu, karena sama saja emas atau batu, sama-sama tidak bergunanya hanya untuk pajangan dan dilihat saja tanpa pernah dimanfaatkan."
Sejak saat itu saudagar kaya tersadar, bahwa sebanyak apapun batangan emas yang sudah dicuri, tetap sama saja, toh selama ini batangan emas yang dilihatnya tidak pernah digunakan sebagaimana semestinya untuk dimanfaatkan secara nilai ekonomis dan kemasyarakatan. Dan hal ini sama dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya tapi dia tetap tidak menggunakan harta tersebut untuk kepentingan diri dan orang lain. Seperti sebuah peribahasa "Ada atau tidak itu sama saja", karena memang tidak diakui kehadirannya secara aspek kebermanfaatan.
Kondisi ini sekarang sudah lumrah banyak terjadi, hanya batangan emas secara real mungkin sedikit yang memilikinya. Namun batangan emas tersebut bisa berupa jumlah saldo tabungan di rekening bank yang kadang sampai milyaran bahkan triliunan rupiah, namun hanya sebatas dimiliki dan berupa angka. Pemiliknya bangga dengan jumlah nol yang berderet. Namun disisi lain uang yang banyak itu tidak pernah benar-benar bisa dinikmati secara wajar oleh dirinya, keluarganya, atau masyarakat. Ibaratnya kalau seorang pebisnis itu, uang yang dimiliki sebatas benda diam yang menunggu bunga bank, bukan uang yang diputar untuk modal usaha. Uang yang diputar untuk usaha masih lebih baik dengan alasan mampu memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sisi sosialnya masih nampak. Tapi jika hanya didiamkan dan berbunga apalagi dipinjamkan kepada orang miskin dengan unsur riba, justru disitulah keburukannya. Menggunakan jasa bank saja itu sudah berbau riba menurut hukum Islam, apalagi berlaku menjadi seorang rentenir.
Makna kata "dioptimalkan" disini mengandung maksud dan tujuan adalah agar harta kekayaan yang dimiliki membawa peluang kesejahteraan bagi orang lain. Melalui harta yang kita miliki banyak orang secara nyata terbantu, maka ada unsur pahala jariyah disana.
Rasa syukur diucapkan secara lisan atau bisa ditingkatkan dengan bentuk perbuatan amal kebaikan. Seperti contoh Nabi Muhammad SAW beribadah, shalat tahajud tiap malam karena bentuk syukurnya Beliau kepada Allah swt. Padahal beliau itu seorang Rasul dan Nabi yang sudah jelas dijamin masuk surga, logikanya kenapa masih tetap saja shalat bahkan tingkat kualitas ibadah beliau lebih tinggi dibanding dengan orang yang belum dijamin apa-apa oleh Allah swt. Itulah kenapa kita harus mencontoh baginda Rasulullah SAW.
Belajar bersyukur dengan berbuat untuk orang lain. Membantu orang lain tanpa tidak mengesampingkan diri, keluarga dan kerabat terdekat. Karena hal tersebut juga bentuk amal ibadah yang dianjurkan, selagi kita mampu dalam hal harta, tenaga, atau berupa pemikiran. Beramal dengan hati, beramal dengan kualitas yang diatas rata-rata adalah salah satu bukti bentuk taatnya dan syukurnya kita kepada Allah swt. Cerita tentang saudagar kaya dan batangan emas juga bisa dijumpai dalam teks narratif, bisa juga untuk bahan soal Ulangan akhir semerter (kenaikan kelas) karena hikmah yang terkandung sungguh dalam. Pembentukan karakter bisa dilakukan dengan menganalisa pesan moral dari sebuah cerita, hikayat ataupun dongeng, berikut teks naratif:
THE RICH MISER AND HIS GOLD BAR
There was once a rich miser who loved money and gold more than anything else. He was very rich, but he was not happy. What he really wanted was a beautiful bar of gold. So one day, he went to the goldsmith’s shop and traded a large bag of silver coins for a gold bar.
He thought the gold bar was the most beautiful thing in the world. He now worried that it might be stolen, so he decided to hide the gold bar in his garden. Each day he would dig it up and enjoy looking at it, and then he buried it again.
One evening, the miser did not notice that a thief had entered his garden. When he dug up the gold bar, the thief was watching him. After he had buried the gold bar again and gone into the house, the thief quickly dug it up and ran away with it.
The next day, when the rich miser went to dig up his gold bar, he found it missing! A neighbor heard him crying loudly and asked, “Why are you crying?’’
The rich man told him what had happened, and the neighbor said, “Well, now you can just bury a rock and pretend that it is the gold bar. After all, you were not making use of that gold bar for anything.

30 comments:

  1. 2 her
    4 faces
    5 death
    8 travelling
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her
    20 interrogated

    ReplyDelete
  2. 2 her
    4 faces
    5 death
    8 travelling
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her
    20 interrogated

    ReplyDelete
  3. her
    4 faces
    5 death
    8 travelling
    11.ensured
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her

    ReplyDelete
  4. 2 her
    4 faces
    5 death
    9 arrested
    11.ensured
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her

    ReplyDelete
  5. 2 her
    4 faces
    5 death
    9 arrested
    11.ensured
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her

    ReplyDelete
  6. 2 her
    4 faces
    5 death
    9 arrested
    11.ensured
    12 her
    14 her
    15 her
    17 her

    ReplyDelete