Ikut berpartisipasi dalam kegiatan potong hewan bisa memberikan dampak positif lho, paling tidak dalam sisi kerjasama, pengorbanan, kesigapan dan sikap ketelitian. Generasi muda dengan berbagaimacam kegiatan positif adalah calon pemimpin masa depan. Aktivitas yang terus dilakukan, aktif berorganisasi, selalu mobile, tertantang dengan misi sosial dan juga pengabdian merupakan karakter yang sangat cocok untuk memikul beban dan tangungjawab bangsa. Ulasan foto di samping adalah sobat OSIS di madrasah aliyah Hasbullah ketika berkegiatan dalam rangka menjalankan program kerja bidang Humas (syiar) yaitu penyembilahan hewan kurban beberapa bulan yang lalu. Nah generasi muslim yang aktif belajar dan berorganisasi memberikan kesempatan pada dirinya untuk maju dan berperan aktif dalam membangun bangsa di masa mendatang.
Siapakah generasi muslim yang pantas memimpin negeri ini? Yang jelas yang mau mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi (ego). Saya pernah tanya ke salah satu panitia kurban dari OSIS tentang motif mau ikut berpartisipasi. Dan jawabannya bervariasi, dari sekedar mengisi waktu luang hingga diajak oleh teman dan merasa enggak enak kalo berdiam diri saja. Dari sekian banyak panitia yang memiliki orientasi untuk meningkatkan ketrampilannya berorganisasi tidak lebih dari 10%. Untuk memiliki orientasi jangka panjang dan memiliki visi yang jelas harus sering-sering dilatih, apalagi bagi generasi muda milenial.
Sebagai contoh generasi yang berwawasan luas adalah mereka mau membuka diri dengan kemajuan teknologi dan ilmu baru tanpa melupakan dasar aqidah dan nilai budaya lokal yang sudah ada. Tentunya bagi generasi muslim saat ini menjadi kreatif adalah sebuah tantangan. Kenapa tantangan? Karena ternyata untuk kreatif itu tidaklah mudah. Apalagi yang model belajarnya hanya bersumber dari satu metode dan rujukan. Kurangnya inovasi dan improvisasi membuat generasi muda menjadi jumud hingga akhirnya mencari pelarian untuk having fun yang enggak syar'i. Begadang sampe malam dengan gitaran, nongkrong apalagi mengkonsumsi narkoba, sudah kelewat batas. Belum masalah pengendalian pergaulan yang sudah cenderung tanpa batas, dimana syahwat dan maksiat diumbar. Jika generasi muda sekarang bergelimang dengan kemaksiatan, apakah keberkahan negeri ini akan dirasakan oleh anak cucu kita nantinya. Membangun sebuah negeri tidak hanya memikirkan secara temporer (saat ini) saja, melainkan harus bervisi hingga 100 tahun kedepan bahkan untuk kelangsungan bangsa selama mungkin.
Warisan nilai-nilai luhur yang sudah ada harus terus diestafetkan kepada generasi selanjutnya. Bahkan watak dan kepribadian bangsa yang menjunjung nilai-nilai keadilan dan menghormati hak kemerdekaan warganya harus terus dijaga. Kita mengetahui dengan sadar bahwa suatu bangsa kadang silih berganti dalam kepemimpinan memegang kekuasaan dan pemerintahan. Maksudnya adalah secara politik praktis partai yang mendominasi di tahun 2014 hingga 2017 tidak selamanya akan menjadi mayoritas karena seiring dengan berjalannya waktu dan pembelajaran politik masyarakat yang semakin terbuka dan sadar akan kepemimpinan yang adil. Sehingga jika partai pendukung pemerintah di tahun 2017 ini tidak profesional dan tidak mau memperhatikan nasib rakyat, maka bisa jadi tren partai tersebut semakin tidak mendapat perhatian di hati rakyat. Inilah contoh politik praktis tentang keterbukaan dan terdidiknya pemilih. Ada sebuah logika yang cukup serius tentang sistem demokrasi di negeri ini yaitu pemimpin yang adil lahir dari rakyat yang tidak mempan disuap, rakyat yang cerdas dan rakyat yang sholeh. Sebaliknya jika masyarakatnya itu termasuk kategori bajingan semua, maka yang terpilih adalah wakil dari bajingan. Kesimpulannya adalah mari kita didik diri kita sendiri dan masyarakat secara umum untuk menjadi masyarakat yang sholeh dan taat sama Tuhan agar pemimpin yang ada nantinya adalah seorang yang taat pada Tuhan, yang secara otomatis memandang bahwa jabatan yang diembannya itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Nya kelak. Hal ini terkait dengan nasib dan hajat hidup orang banyak. So, enggak lucu kalo sekarang agama bagi warga negara itu tidak dimilikinya, penganut kepercayaan mulai sengaja dikembangkan, ajaran semua agama itu sama di jejalkan kepada mayoritas muslim, padahal sebagai contoh saja seorang pastur atau pimpinan gereja akan meminta jemaatnya untuk berpegang teguh pada alkitab dan kepercayaan mereka, enggak mungkin mendoktrin ajaran agama lain itu sama baiknya dengan agama mereka. Apalagi Islam yang sempurna menyempurnakan, emang harus jadi muslim yang cerdas dan sholeh. Lucu kalo yang tadinya orang Islam (meskipun abangan) mau dan mudah tergadai imannya hanya dengan iming-iming materi. Ini hanya ada di pemerintahan era sekarang saja. Ini terjadi karena kondisi ekonomi secara nasional memburuk, masyarakat sudah sulit untuk makan maka dengan mudahnya iman digerus dengan materi ekonomi. Apa sih peran pemerintah sekarang kalo kerjanya bangun tol tapi langsung dijual kepada asing (bangsa Indonesia enggak memiliki tol itu) apa yang sejahtera dari pembangunan tol yang notabene milik pihak asing. Secara profesionalitas dan amanah terhadap janji kampanyenya dulu sungguh buruk dan NOL besar secara kualitas, pemerintah di tahun 2017 sudah tidak memiliki ruh mensejahterakan rakyat dan bangsa, menjunjung keadilan pun tidak apalagi mau membela hak-hak rakyat. Piye sih Presidene? Ora becus ndean...
Ayo menjadi bangsa yang peka dan cerdas, jika pemimpin yang lahir dari rakyat yang sholeh dan taat pada Tuhannya maka yakinlah nasib bangsa ini kedepan mampu menjadi bangsa yang besar serta bangsa yang luhur. Tolak pemimpin lupa dengan janjinya, tolak pemimpin arogan, tolak pemimpin represif, tolak pemimpin inkonsisten, tolak pemimpin yang tiran...
Warisan nilai-nilai luhur yang sudah ada harus terus diestafetkan kepada generasi selanjutnya. Bahkan watak dan kepribadian bangsa yang menjunjung nilai-nilai keadilan dan menghormati hak kemerdekaan warganya harus terus dijaga. Kita mengetahui dengan sadar bahwa suatu bangsa kadang silih berganti dalam kepemimpinan memegang kekuasaan dan pemerintahan. Maksudnya adalah secara politik praktis partai yang mendominasi di tahun 2014 hingga 2017 tidak selamanya akan menjadi mayoritas karena seiring dengan berjalannya waktu dan pembelajaran politik masyarakat yang semakin terbuka dan sadar akan kepemimpinan yang adil. Sehingga jika partai pendukung pemerintah di tahun 2017 ini tidak profesional dan tidak mau memperhatikan nasib rakyat, maka bisa jadi tren partai tersebut semakin tidak mendapat perhatian di hati rakyat. Inilah contoh politik praktis tentang keterbukaan dan terdidiknya pemilih. Ada sebuah logika yang cukup serius tentang sistem demokrasi di negeri ini yaitu pemimpin yang adil lahir dari rakyat yang tidak mempan disuap, rakyat yang cerdas dan rakyat yang sholeh. Sebaliknya jika masyarakatnya itu termasuk kategori bajingan semua, maka yang terpilih adalah wakil dari bajingan. Kesimpulannya adalah mari kita didik diri kita sendiri dan masyarakat secara umum untuk menjadi masyarakat yang sholeh dan taat sama Tuhan agar pemimpin yang ada nantinya adalah seorang yang taat pada Tuhan, yang secara otomatis memandang bahwa jabatan yang diembannya itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Nya kelak. Hal ini terkait dengan nasib dan hajat hidup orang banyak. So, enggak lucu kalo sekarang agama bagi warga negara itu tidak dimilikinya, penganut kepercayaan mulai sengaja dikembangkan, ajaran semua agama itu sama di jejalkan kepada mayoritas muslim, padahal sebagai contoh saja seorang pastur atau pimpinan gereja akan meminta jemaatnya untuk berpegang teguh pada alkitab dan kepercayaan mereka, enggak mungkin mendoktrin ajaran agama lain itu sama baiknya dengan agama mereka. Apalagi Islam yang sempurna menyempurnakan, emang harus jadi muslim yang cerdas dan sholeh. Lucu kalo yang tadinya orang Islam (meskipun abangan) mau dan mudah tergadai imannya hanya dengan iming-iming materi. Ini hanya ada di pemerintahan era sekarang saja. Ini terjadi karena kondisi ekonomi secara nasional memburuk, masyarakat sudah sulit untuk makan maka dengan mudahnya iman digerus dengan materi ekonomi. Apa sih peran pemerintah sekarang kalo kerjanya bangun tol tapi langsung dijual kepada asing (bangsa Indonesia enggak memiliki tol itu) apa yang sejahtera dari pembangunan tol yang notabene milik pihak asing. Secara profesionalitas dan amanah terhadap janji kampanyenya dulu sungguh buruk dan NOL besar secara kualitas, pemerintah di tahun 2017 sudah tidak memiliki ruh mensejahterakan rakyat dan bangsa, menjunjung keadilan pun tidak apalagi mau membela hak-hak rakyat. Piye sih Presidene? Ora becus ndean...
Ayo menjadi bangsa yang peka dan cerdas, jika pemimpin yang lahir dari rakyat yang sholeh dan taat pada Tuhannya maka yakinlah nasib bangsa ini kedepan mampu menjadi bangsa yang besar serta bangsa yang luhur. Tolak pemimpin lupa dengan janjinya, tolak pemimpin arogan, tolak pemimpin represif, tolak pemimpin inkonsisten, tolak pemimpin yang tiran...
Related Posts: