Showing posts with label out door game. Show all posts
Showing posts with label out door game. Show all posts

Thursday, October 27, 2016

Perang Naga, Kompak Aja tidak Cukup Bung

Perang Naga disini adalah sejenis permainan lapangan (outdoor game) yang membutuhkan kekompakan anggota. Namun hal tersebut belum cukup untuk menjadikannya sebagai pemenang dalam game ini dikarenakan harus ditambahkan dengan faktor kekuatan, kesigapan, strategi menyerang, dan tentunya daya tahan (endurance) dari tiap pemain. Dalam prakteknya di lapangan, semakin besar jumlah anggota dalam masing-masing team menjadikan keunggulan sehingga peluang untuk menang semakin besar. Faktor kuantitas sangat berpengaruh meskipun tidak 100%, banyaknya orang yang ada dalam sebuah tim itu memungkinkan lebih banyak melakukan manuver, melakukan penyerangan dan tujuan akhirnya adalah mengambil sebanyak-banyaknya anggota team lain untuk kita rebut menjadi anggota dalam team kita. Sepertinya permainan dragon war ini semakin lama durasi permainan maka akan semakin menantang, nah kondisi inilah dimana daya tahan itu sangat diperlukan selain jumlah anggota yang banyak. Terkadang kemenangan sudah di ambang pintu namun ketika pasukan lengah dan tidak siaga maka dengan tiba-tiba kelompok musuh menyergap dan langsung mengobrak-abrik formasi naga yang ada. Disini terlihat bahwa aspek strategi perlu dipikirkan secara matang, artinya kita tahu kapan bertahan dan kapan saatnya menyerang serta kapan melakukan gencatan senjata.
Filosofi dari permainan Perang naga dalam kehidupan sehari-hari sepertinya bisa dipraktekan dalam event Pilkada Jakarta tahun 2017 yang sedang menyedot perhatian dan menjadi hot topik di media massa dan media sosial, setelah beberapa hari sebelumnya dilakukan pengambilan nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Dalam pertarungan politik tersebut lebih sekedar mewakili kelompok ataupun partai tertentu karena adalah sebuah kebanggan tersendiri jika bisa menguasai ibukota negara. Maka begitu banyak plotting dan settingan pihak-pihak yang memiliki ambisi besar baik itu sektor bisnis, organisasi, kelompok etnis tertentu hingga sisi religius (agama). Bagaimana kita lihat perang urat syaraf telah terjadi dengan menggulirkan isu maupun opini ke publik dan media massa misalnya saja seorang petahana di suatu wilayah menyindir ayat Alquran tertentu tidak cocok dan memilikiunsur hasutan dan pembodohan. Tentu saja Indonesia dengan mayoritas Islam langsung mengecam dan bereaksi keras terhadap oknum petahana ngawur tersebut. Kengawurannya sangatlah jelas karena dia sendiri bukan pemeluk agama tersebut tetapi berbicara sok paham betul isi dan kandungan dari ayat Alquran yang disebutnya sebagai pembodohan kepada masyarakat menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI. Di sisi lain, ternyata tanpa disadari itu adalah bagian strategi dari mereka dengan cara membuat frame dan isu seolah-olah dia disudutkan oleh pihak mayoritas, agar muncul simpati. Dan juga namanya makin sering saja disebut di media gara-gara kebrutalan, kesombongan, kengawuran terhadap pemahan agama lain. Intinya mebuat dirinya terkenal dengan jalan isu SARA. Faktanya adalah ketika masyarakat umum untuk memberikan suaranya dalam pemilu cenderung karena faktor (alasan) populis atau keterkenalan tokoh, seperti halnya terpilihnya Jokowi-Jk ketika pemilihan presiden kemarin karena namanya sering muncul dari hasil setingan media massa (faktor fund/ dana sangatlah mendukung untuk menyerang melalui sisi media) sehingga masyarakat ingatnya dia.
Filosofi kedua dari perang naga selain sisi pengaturan strategi adalah, sisi kuantitas pendukung. Bisa jadi awalnya menciptakan seolah-olah dirinya dierang dan dipojokkan, dengan tujuan meraup banyak simpati. Kebanyak dari masyarakan secara umum rasa iba (kasihannya) akan tinggi dan menguat ketika melihat calon yangteraniaya. Maka “seolah-olah teraniaya menjadi sangat penting agar pendukungnya bertambah secara kuantitas. Kuantitas disini juga memiliki makna penyokong dana dibalik layar. Tujuan untuk menguasai kaum mayoritas yang bodoh dari kalangan minoritas yaitu memanfaatkan oknum dari pihak mayoritas dengan iming-iming uang untuk mengcounter balik kaumnya sendiri. Si petahana menyerang pihak mayoritas muslim dengan tangan muslim sendiri yang dengannya dia tidak perlu buang energi besar dan mengotori tangannya. Melempar batu terhadap musuh menggunakan tangan orang lain. Maaf, sebut saja Nusron Wahid justru merendahkan akalangn ulama dari MUI ketika menyatakan isi dan kandungan dari ayat Alquran yang dilecehkan oleh si oknum petahana tadi. Akhirnya muslim mayoritas dibuat menyerang saudaranya sendiri, sedangkan muslim mayoritas merasa terganggu manakala salah satu ayat dari kitab sucinya direndahkan oleh non muslim dengan dalih pembodohan masyarakat jelang pilkada.
Nah kuantitas pendukung sangat menentukan untuk meraih kemenangan. Hal filosofis ketiga adalah daya tahan. Perseteruan dari permainan perang ini sudah kentara jauh-jauh hari sebelum resmi ditentukan calon gubernur dan wakil gubernur DKI yang akan maju di kontes pilkada tahun 2017 nanti. Daya tahan sangat diperlukan, lengah dan lalai sedikit saja bisa berakibat fatal. Karena proses memilihnya hanya 5 menit tetapi menetukan 5 tahun kedepan bagaimana ibukota negara itu dijalankan. Tentunya juga sangat mempengaruhi perjalanan menuju RI 1 tahun 2019. Hal tersebut diambil dari fakta bahwa pencalonan Jokowi saat itu menjadi calon gubernur DKI yang secara bersamaan amanahnya di Solo belum selesai. Ketika mengemban amanah sebagai gubernur DKI belum paripurna, eh dia ngibulin pemilihnya dengan berambisi secara serakah (penyokongnya juga) maju di RI 1. Secara popularitas dia sudah disetting sejak isu walikota Solo dan gubernur Jakarta. Sudah tidak mengalami kesulitan agar namanya diketahui dan dikenal oleh masyarakat seluruh pelosok nusantara. Nah inipun ditambah dengan rekaya besar dari mocong putih akan Indonesia kedepannya sehingga momen mati-matian mereka lakukan di tahun 2014. Sekarang mereka sedang memanen hasil kerja keras mereka. Dan ini geliatnya akan diteruskan dengan  prioritas tinggi pada pilkada DKI tahun 2017 mendatang demi keberlangsungannya di pemilu presiden dan wapres tahun 2019. Ini bisa dibaca oleh orang umum, gampang sekali membaca keserakahan penguasa yang tidak memihak kesejahteraan bangsa dan rakyatnya. Saya tidak masalah jika persopnil yang ada itu benar-benar amanah dan profesional di bidangnya. Tapi melihat 2 tahun berjalan mereka berkuasa, kondisi perekonmian negeri ini makin memburuk.
Daya tahan mereka kemungkinan lebih panjang, artinya nafasnya mereka penyambungnya dibantu banyak para cukong berduit triliunan bahkan jejeran orang-orang kaya di balik mereka.
Perang naga juga mengajarkan sisi kesigapan, bisa jadi strategi/plan berubah karena faktor darurat di lapangan sehingga, siaga dan sigap terhadap kondisi sangat dibutuhkan. Menjelang hiruk pikuknya perpolitikan, memanasnya kubu-kubu yang terlibat, banyaknya efek bola salju yang didapat jika berhasil menguasai ibukota, maka menjadikan semua mata, pendengaran, dibuka lebar-lebar, bahkan pelibatan inteljen dalam permainan politik ini menjadi keuntungan pihak petahana. Isu dan topik besar gampang diciptakan, digiring, dialihkan, ataupun sebaliknya dihapus dikubur dan dihilangkan.
Kerja tim (kompak) akan tercipta jika anggota tim memiliki aroma (suhu) perjuangan yang sama. Niat mulia yang tinggi yang dimiliki harus sama, seperti motivasi ketika proklamasi kemerdekaan RI tahun 45. Semuanya bersatu meskipun setelah tahun 45 terjadi perselisihan dan konflik di panggung politik pemerintahan dan di parlemen tahun 1960an. Dan itu bukan hal yang lucu, tapi mengenaskan. Bagi masyarakat umum yang buta tentang politik maka berita-berita kisruh politik sungguh menjijikan. Namun jika selamanya orang yang baik apatis terhadap hal seperti itu maka yang ada adalah makin suramnya kondisi bangsa. Intinya yang peduli terhadap politik hanyalah orang-orang yang tamak dan haus kekuasaan tetapi orang baik menyingkir. Tamatlah riwayat. So, sedikit pedulilah terhadap politikdengan alasan demi kebaikan, agar yang ada di panggung sana terisi orang-orang yang amanah dan jujur, masih memiliki kepdeulian terhadap kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Perang naga juga mengajarkan tentang kepedulian terhadap teman satu tim, yaitu berusaha mebantunya jika teman atau rekan dalam kondisi bahaya. Berkumpulan dalam kebaikan, berkumpul dan terorganisir dengan rapi agar tidak terkalahkan oleh orang-orang jahat di luar sana. Cara terbaik melawan orang-orang jahat adalah salah satunya orang-orang baik bersatu saling bahu membahu tolong menolong.


Related Posts
1. Download Action Movies Jet li Bluray
2. Download Drama & Cartoon Movies Bluray
3. Download Korean Drama
4. Download Nasyid Daud Wharnsby
5. Download Game PC
6. Download Hindi Movies Bluray