Perang Naga disini adalah sejenis
permainan lapangan (outdoor game) yang membutuhkan kekompakan anggota.
Namun hal tersebut belum cukup untuk menjadikannya sebagai pemenang dalam game ini
dikarenakan harus ditambahkan dengan faktor kekuatan, kesigapan, strategi menyerang, dan tentunya
daya tahan (endurance) dari tiap pemain. Dalam prakteknya di lapangan, semakin
besar jumlah anggota dalam masing-masing team menjadikan keunggulan sehingga
peluang untuk menang semakin besar. Faktor kuantitas sangat berpengaruh
meskipun tidak 100%, banyaknya orang yang ada dalam sebuah tim itu memungkinkan
lebih banyak melakukan manuver, melakukan penyerangan dan tujuan akhirnya adalah
mengambil sebanyak-banyaknya anggota team lain untuk kita rebut menjadi anggota
dalam team kita. Sepertinya permainan dragon war ini semakin lama durasi
permainan maka akan semakin menantang, nah kondisi inilah dimana daya tahan itu
sangat diperlukan selain jumlah anggota yang banyak. Terkadang kemenangan
sudah di ambang pintu namun ketika pasukan lengah dan tidak siaga maka dengan tiba-tiba
kelompok musuh menyergap dan langsung mengobrak-abrik formasi naga yang ada.
Disini terlihat bahwa aspek strategi perlu dipikirkan secara matang, artinya kita tahu kapan
bertahan dan kapan saatnya menyerang serta kapan melakukan gencatan senjata.
Filosofi dari permainan Perang naga dalam
kehidupan sehari-hari sepertinya bisa dipraktekan dalam event Pilkada Jakarta tahun 2017 yang sedang menyedot perhatian dan menjadi hot topik di media massa dan media sosial, setelah
beberapa hari sebelumnya dilakukan pengambilan nomor urut pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur. Dalam pertarungan politik tersebut lebih sekedar mewakili
kelompok ataupun partai tertentu karena adalah sebuah kebanggan tersendiri jika
bisa menguasai ibukota negara. Maka begitu banyak plotting dan settingan
pihak-pihak yang memiliki ambisi besar baik itu sektor bisnis, organisasi,
kelompok etnis tertentu hingga sisi religius (agama). Bagaimana kita lihat
perang urat syaraf telah terjadi dengan menggulirkan isu maupun opini ke publik
dan media massa misalnya saja seorang petahana di suatu wilayah menyindir ayat
Alquran tertentu tidak cocok dan memilikiunsur hasutan dan pembodohan. Tentu
saja Indonesia dengan mayoritas Islam langsung mengecam dan bereaksi keras
terhadap oknum petahana ngawur tersebut. Kengawurannya sangatlah jelas karena
dia sendiri bukan pemeluk agama tersebut tetapi berbicara sok paham betul isi
dan kandungan dari ayat Alquran yang disebutnya sebagai pembodohan kepada
masyarakat menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI. Di sisi lain,
ternyata tanpa disadari itu adalah bagian strategi dari mereka dengan cara
membuat frame dan isu seolah-olah dia disudutkan oleh
pihak mayoritas, agar muncul simpati. Dan juga namanya makin sering saja
disebut di media gara-gara kebrutalan, kesombongan, kengawuran terhadap pemahan
agama lain. Intinya mebuat dirinya terkenal dengan jalan isu SARA. Faktanya adalah ketika masyarakat umum untuk memberikan suaranya dalam pemilu cenderung karena
faktor (alasan) populis atau keterkenalan tokoh, seperti halnya terpilihnya Jokowi-Jk
ketika pemilihan presiden kemarin karena namanya sering muncul dari hasil
setingan media massa (faktor fund/ dana sangatlah mendukung untuk menyerang
melalui sisi media) sehingga masyarakat ingatnya dia.
Nah kuantitas pendukung sangat menentukan
untuk meraih kemenangan. Hal filosofis ketiga adalah daya tahan. Perseteruan
dari permainan perang ini sudah kentara jauh-jauh hari sebelum resmi ditentukan
calon gubernur dan wakil gubernur DKI yang akan maju di kontes pilkada tahun
2017 nanti. Daya tahan sangat diperlukan, lengah dan lalai sedikit saja bisa
berakibat fatal. Karena proses memilihnya hanya 5 menit tetapi menetukan 5
tahun kedepan bagaimana ibukota negara itu dijalankan. Tentunya juga sangat
mempengaruhi perjalanan menuju RI 1 tahun 2019. Hal tersebut diambil dari fakta
bahwa pencalonan Jokowi saat itu menjadi calon gubernur DKI yang secara
bersamaan amanahnya di Solo belum selesai. Ketika mengemban amanah sebagai
gubernur DKI belum paripurna, eh dia ngibulin pemilihnya dengan berambisi
secara serakah (penyokongnya juga) maju di RI 1. Secara popularitas dia sudah
disetting sejak isu walikota Solo dan gubernur Jakarta. Sudah tidak mengalami
kesulitan agar namanya diketahui dan dikenal oleh masyarakat seluruh pelosok
nusantara. Nah inipun ditambah dengan rekaya besar dari mocong putih akan
Indonesia kedepannya sehingga momen mati-matian mereka lakukan di tahun 2014.
Sekarang mereka sedang memanen hasil kerja keras mereka. Dan ini geliatnya akan
diteruskan dengan prioritas tinggi pada
pilkada DKI tahun 2017 mendatang demi keberlangsungannya di pemilu presiden dan wapres
tahun 2019. Ini bisa dibaca oleh orang umum, gampang sekali membaca keserakahan
penguasa yang tidak memihak kesejahteraan bangsa dan rakyatnya. Saya tidak
masalah jika persopnil yang ada itu benar-benar amanah dan profesional di
bidangnya. Tapi melihat 2 tahun berjalan mereka berkuasa, kondisi perekonmian
negeri ini makin memburuk.
Daya tahan mereka kemungkinan lebih
panjang, artinya nafasnya mereka penyambungnya dibantu banyak para cukong
berduit triliunan bahkan jejeran orang-orang kaya di balik mereka.
Perang naga juga mengajarkan sisi
kesigapan, bisa jadi strategi/plan berubah karena faktor darurat di lapangan
sehingga, siaga dan sigap terhadap kondisi sangat dibutuhkan. Menjelang hiruk
pikuknya perpolitikan, memanasnya kubu-kubu yang terlibat, banyaknya efek bola
salju yang didapat jika berhasil menguasai ibukota, maka menjadikan semua mata,
pendengaran, dibuka lebar-lebar, bahkan pelibatan inteljen dalam permainan
politik ini menjadi keuntungan pihak petahana. Isu dan topik besar gampang
diciptakan, digiring, dialihkan, ataupun sebaliknya dihapus dikubur dan
dihilangkan.
Kerja tim (kompak) akan tercipta jika
anggota tim memiliki aroma (suhu) perjuangan yang sama. Niat mulia yang tinggi
yang dimiliki harus sama, seperti motivasi ketika proklamasi kemerdekaan RI
tahun 45. Semuanya bersatu meskipun setelah tahun 45 terjadi perselisihan dan
konflik di panggung politik pemerintahan dan di parlemen tahun 1960an. Dan itu
bukan hal yang lucu, tapi mengenaskan. Bagi masyarakat umum yang buta tentang
politik maka berita-berita kisruh politik sungguh menjijikan. Namun jika
selamanya orang yang baik apatis terhadap hal seperti itu maka yang ada adalah
makin suramnya kondisi bangsa. Intinya yang peduli terhadap politik hanyalah
orang-orang yang tamak dan haus kekuasaan tetapi orang baik menyingkir. Tamatlah
riwayat. So, sedikit pedulilah terhadap politikdengan alasan demi kebaikan, agar yang ada di panggung sana terisi
orang-orang yang amanah dan jujur, masih memiliki kepdeulian terhadap
kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Perang naga juga mengajarkan tentang kepedulian
terhadap teman satu tim, yaitu berusaha mebantunya jika teman atau rekan dalam
kondisi bahaya. Berkumpulan dalam kebaikan, berkumpul dan terorganisir dengan
rapi agar tidak terkalahkan oleh orang-orang jahat di luar sana. Cara terbaik
melawan orang-orang jahat adalah salah satunya orang-orang baik bersatu saling
bahu membahu tolong menolong.
Related Posts
1. Download Action Movies Jet li Bluray
2. Download Drama & Cartoon Movies Bluray
3. Download Korean Drama
4. Download Nasyid Daud Wharnsby
5. Download Game PC
6. Download Hindi Movies Bluray
Related Posts
1. Download Action Movies Jet li Bluray
2. Download Drama & Cartoon Movies Bluray
3. Download Korean Drama
4. Download Nasyid Daud Wharnsby
5. Download Game PC
6. Download Hindi Movies Bluray