Showing posts with label mustard seed story. Show all posts
Showing posts with label mustard seed story. Show all posts

Wednesday, March 29, 2017

Hati Hati ada Penyakit di Hatimu

Sobat semua tahu dengki? Wah parah bro kalau kita terbiasa dengki. Dengki & iri itu saudara kandung, hehe.  Hasad (iri) awalnya adalah rasa marah yang tidak bisa kita kendalikan. Nah, karena dengki masih saudara kandung dengan iri, maka sifat dengki itu merupakan buah dari kemarahan. Ada sebuah sabda dari Rasulullah SAW:
”Jauhilah olehmu sekalian sifat dengki, karena dengki itu memakan kebaikan seperti api melalap kayu bakar.” (HR. Abu Dawud, no. 4257)
Terkadang manusia itu menuruti jalannya prasangka, bener gak bro? Dimanapun ada ruang prasangka maka bisa menabung kebencian. Kalo menabung duit ato deposito sih menguntungkan, lah ini menabung kedengkian lama-lama benih dendam bisa tumbuh subur dalam hati. Yang namanya penyakit hati itu sangat membahayakan, taunya amal kebaikan kita masih banyak, eh ternyata sudah dimakan sama sifat dengki tersebut. Sama halnya sebuah nasehat yang menyatakan bahwa hampir saja kefakiran (kemiskinan) menjadikan kekufuran pada diri seseorang. Dan hasad (iri) itu mengalahkan takdir. Ihh ngeri yah, so waspadalah kawan semua dengan penyakit hati yang satu ini. Pada zaman kehidupan sahabat dulu, adanya saling berperang disebabkan oleh penyakit hasad dan dengki. Mohonlah pertolongan agar diberi kenikmatan, hajatnya dikabulkan, dengan cara tersembunyi agar orang lain tidak tahu. Karena adanya kenikmatan maka ada (memunculkan) hasad (iri) yang berasal dari orang lain. Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah swt pasti ada musuhnya.
Kasus kejahatan saat ini salah satunya bersumber pada sifat hasad dan adanya kedengkian diantara pelaku dan korban. Hal-hal yang berpotensi memunculkan hasad antara lain adanya kebanggaan diri yang berlebihan. Berbangga diri yang tidak pada tempatnya dengan jumlahnya yang over. Saat ini orang mudah tersinggung yang disebabkan oleh masalah sepele, nah orang yang berbangga diri itu cenderung sombong dan angkuh. Orang sombong dan angkuh menimbulkan kedengkian bagi banyak orang. Maka hindari berbangga diri yang berlebihan, sehingga meminimalisir rasa hasad dari orang lain yang disebabkan sikap kesombongan kita.
Saling berlomba harta juga faktor yang memunculkan hasad dan dengki. Pertengkaran memperebutkan harta bisa terjadi antara saudara kandung apalagi yang tidak ada ikatan kerabat. Wah rumit sekali masalah hati ini, ternyata ujungnya bisa menimbulkan kejahatan. Terdapat 6 perkara yang bahkan menjadi sebab seseorang itu dimasukkan ke neraka sebelum dihisab. Perkara tersebut yaitu: pejabat yang dzolim, orang sukses yang sombong, ulama yang hasad, pejabat yang bodoh, orang arab yang fanatik, dan pedagang yang khianat.
Tingkatan hasad pada diri seseorang paling tidak ada 3 tingkatan antara lain:
Pertama, senang ketika orang lain hilang kenikmatan atau senang orang lain terkena musibah.
Kedua, ingin berpindah kenikmatan pada dirinya.
Ketiga, selalu tidak senang terhadap keadaan dirinya saat ini.
Akibatnya adalah munculnya perilaku yang buruk. Hatinya menjadi keruh, membuka aib orang yang didengki, dan akhirnya berghibah menjadi aktivitas rutinnya. Masalah ini layaknya penyakit yang harus dicarikan obat ataupun resep obat penyembuhannya. Usaha untuk mengobati penyakit hasad dan dengki antara lain:
-Menyadari bahwa hasad dan dengki itu adalah penyakit.
-Berusaha menghindari pangkal hatinya (hati dibersihkan dengan tombo ati 5 perkara).
-Berteman dan menjalin persahabatan dengan orang-orang shalih.
-Berlapang dada.
-Memohon kepada Allah swt agar hatinya dijauhkan dari penyakit hasad dan dengki.
Daripada menyuburkan sifat iri dan dengki alangkah baiknya belajar menumbuhkan sifat-sifat baik. Banyak sifat baik yang bisa kita teladani dari Rasulullah SAW. Salah satu sifatnya yaitu suka menolong orang lain yang membutuhkan. Sifat yang dimanifestikan amal perbuatan ini memberikan banyak manfaat baik bagi dirinya maupun orang yang dibantu. Sebagai pribadi muslim yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain sudah pasti itu adalah prestasi yang membanggakan. Bahkan menyingkirkan duri di jalan adalah termasuk berbuat kebaikan. Dibalik itu semua, bagi pelaku memiliki dampak tersendiri yaitu adanya kepuasan batin. Bahkan terkadang membantu menyelesaikan masalahnya sendiri meskipun tidak secara langsung.
Ada sebuah cerita tentang seorang wanita yang merasakan manfaat dari membantu orang lain. Dikisahkan seorang wanita yang kehilangan anak laki-lakinya yang meninggal. Dalam kesedihan yang mendalam, dia pergi ke seorang kyai untuk mencari obat atas kesedihannya. Dia bertanya pada kyai tersebut, ibadah apa atau amalan apa, atau  ritual apa yang mampu menghidupkan anaklaki-lakinya kembali. Dia bertanya hal seperti itu karena saking putus asa dan benar-benar merasa kehilangan. Sang kyai tadi memberi nasihat agar wanita tersebut mencari biji sawi ajaib yang berasal dari rumah milik orang yang tidak pernah mengalami kesedihan sekalipun, artinya hidupnya bahagia selamanya dan tidak pernah sedih. Jika berhasil maka kesedihan wanita itu juga akan sirna.
Wanita tadi langsung melaksanakan nasehat dari sang kyai untuk mencari biji sawi ajaib. Pertama-tama dia mengunjungi rumah mewah. Dia bertamu kesana dan menanyakan apakah keluarga yang tinggal di rumah tersebut tidak pernah sedih, jawaban dari tuan rumah adalah tidak. Artinya meskipun rumahnya secara fisik mewah dan berfasilitas lengkap tetap saja ada kejadian yang memunculkan kesedihan. Bahkan dikatakan oleh tuan rumah jika dia (si wanita tamu) datang ke tempat yang salah dan carilah ke rumah lain saja. Sang wanita ikut prihatin setelah mendengar kronologi kejadian yang membuat tuan rumah sedih. Akhirnya dia membantu menghibur mereka.
Dia meninggalkan keluarga pemilik rumah mewah dan berpindah ke rumah-rumah lainnya untuk mencari biji sawi ajaib. Bukannya biji sawi yang dia dapatkan melainkan curhat peristiwa sedih dari masing-masing empunya rumah yang didatanginya. Semakin lama muncul ikatan psikologis, karena keterlibatan simpati dan empati dengan menghibur penghuni rumah dengan kesedihan yanng berbeda. Maka dia semakin piawai menghibur kesedihan orang lain, ia menjadi motivator tiap kali datang dari satu pintu ke pintu lainnya. Dia sendiri akhirnya lupa dengan misi awal yang mencari biji sawi ajaib yang berasal dari rumah yang tak kenal kata sedih. Dan faktanya dia tidak mampu merealisasikan misi dari pak kyai. Namun dengan cara menghibur dan membantu orang lain yang dalam kesusahan dan kesedihan, dengan sendirinya dia mengusir kesedihan dan kegundahan dalam hatinya. Bahkan dia sudah lupa akan kesedihannya.
Bisa diambil kesimpulan dari kisah ini bahwasanya membantu orang lain adalah suatu keharusan dan kewajiban manakala diri kita sendiri memiliki masalah, dan syaratnya harus tulus. Sikap meonolong dan membantu sesama ini adalah cerminan pribadi yang memberikan banyak manfaat pada orang lain. Yakinlah, dengan membantu dan memberi manfaat kepada orang lain, Allah swt akan menolong kita dan secara ajaib memberi kekuatan pada kita untuk menyelesaikan masalah diri kita sendiri. Ketulusan dan kerendahan hati dalam membantu menjadikan kita disukai Allah dan RasulNya, orang mukmin, muslim, secara umum semua orang akan menyukai kita karena  keberadaan kita yang membawa manfaat. Tentunya landasan imanlah yang harus diperkuat untuk kasus masalah penyakit hati hasad (iri) dan dengki. Landasan keimanan pula ketika melakukan amal kebaikan seperti membantu orang lain.
Berikut cerita wanita pencari biji sawi ajaib versi bahasa inggris:
Cure for sorrow
There is an old chinese tale about a woman whose only son died. In her grief, she went to the holy man and said, “ What prayers, what magical incantations do you have to bring my son back to life?” instead of sending her away or reasoning with her, he said to her, “Fetch me a mustard seed from a home that has never known sorrow. We will use it to drive the sorrow out of your life.” The woman went off at once in search of that magical mustard seed. She came first to a splendid mansion, knocked at the door and said, “I am looking for a home that has never known sorrow. Is this such a place? It is very important to me.
They told her, “You’ve certainly come to the wrong place,” and began to describe all the tragic incidents that recently had befallen them. The woman said to herself, “Who is better able to help these poor, unfortunate ppeople that I, who have had misfortune of my own?” she stayed to comfort them, then went on in search of a home that had never known sorrow. However wherever she turned, in hovels and other places, she found one tale after another of sadness and misfortune. She became so involved in ministering to other people’s grieves that ultimately she forgot about her quest for the magical mustard seed, never realising that it had, in fact, driven the sorrow out of her life.

Related Posts: