Showing posts with label amal jama'i. Show all posts
Showing posts with label amal jama'i. Show all posts

Saturday, April 9, 2016

Perbaiki Yang Rusak, Menjaga Sebuah Perbuatan Mulia

Jika kita pernah melihat suatu kondisi yang diri kita tidak menyukainya dan membuat jiwa tidak tenang maupun tentram maka hal yang bisa dilakukan adalah  mengevaluasi. Pertama, evaluasi apakah ada yang salah terhadap kita atau perbuatan yang kita lakukan kepada orang lain. Kedua, evaluasi apakah kondisi tempat, wilayah ataupun daerah tersebut cocok buat diri kita atau tidak? Cocok, lanjutkan. Tidak cocok, bisakah kita berdapatasi dengannya atau tidak. Ketika kita tidak mampu beradaptasi lebih baik mencari suasana, tempat, wilayah lain yang lebih pas dengan karakter kita. Begitupun ketika kita belajar, memilih sekolah yang baru, tempat kuliah yang baru, atau tempat kerja yang baru. Dibutuhkan proses yang sering kita dengar dengan adaptasi. Mudah. Cukup mudah. Hanya terkadang jarang yang mampu melakukannya. Contoh karakter orang yang bicaranya halus, lemah lembut kemudian secara kebetulan menemui wilayah yang rata-rata masyarakatnya bicaranya lantang, temperamen keras, kerjanya cepat, dalam artian termasuk kultur/ budaya masyarakat tersebut sehingga adaptasi bagi si tokoh yang lembut, bahasanya halus mungkin tidak cocok dengan daerah yang memiliki watak keras, blak-blakan, apa adanya, lugas dan sebetulnya tidak bermaksud berkata kasar hanya logatnya saja dengan nada tinggi. Nah, kadang konflik muncul disitu, karena kurangnya saling memahami. Inilah mengapa proses adaptasi diperlukan bagi seseorang yang ingin survive. Mari bicara pada konteks amar ma'ruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Jadi mengajak kepada hal kebaikan atau sebaliknya menasihati seseorang akan perbuatan buruk sebetulnya membutuhkan ketrampilan komunikasi yang memadai agar niatan yang baik tidak disalah tafsirkan bagi objek penerima nasihat. Niat yang benar dengan cara yang benar namun dalam situasi yang kurang pas akan membawa dampak yang kurang begitu bagus. Contoh niatan menasihati orang yang dengan nada tinggi dari kejauhan misalnya saja, akan diterima oleh si penerima nasihat sebagai makian bahkan ungkapan marah sehingga melibatkan sisi emosional. Hasil yang terjadi bukan perbuatan kebaikan namun adanya konflik atau crash antara pemberi nasihat dengan orang yang diberi nasihat. Untuk memperbaiki sebuah kondisi buruk ke arah kondisi yang lebih baik membutuhkan waktu dan proses, ada daya tahan (endurance), terdapat mentalitas tahan banting, serta keyakinan yang teguh yang menjadikan modal kuat bagi para pemberi nasihat. Contoh orang-orang yang kuat yang pekerjaannya memberi nasihat dan pengajak kebaikan adalah para Nabi Allah, para Rasul dan utusan-Nya, para dai, termasuk para misionaris.
Memperoleh atau mendapatkan hal yang baru terkadang lebih mudah dibandingkan menjaga agar yang sudah dimiliki tetap di tangan. Contoh memperoleh juara  atau ranking 1 di kelas awalnya tidak sesulit untuk mempertahankan ranking 1 dalam semester selanjutnya karena tantangan dan persaingan dari teman satu kelas semakin besar dan kompetisi berjalan sengit. Disisi lain kondisi tubuh dan semangat tidak seperti kondisi awal, beban psikologis lebih besar karena memiliki label tertinggi, sedangkan bagi kompetitor dengan leluasa mencari kelemahan dari diri kita. Maka Proses menjaga merupakan pekerjaan yang ekstra berat dan sungguh mulia jika mampu mempertahankannya.
Menyalahkan kondisi rusak memang tidak salah, namun ikut memperbaikinya agar menjadi baik itu lebih mulia. Hubungan antar personil dalam sebuah tim sangat efektif bisa mengentaskan sebuah masalah komunikasi dan masalah yang bersifat komplikasi (rumit). Karena dalam sebuah tim terdapat pembagian tugas, terdapat sistem manajerial, pengaturan dan pengelolaan, saling memberikan dorongan, saling menyemangati. Hal ini akan menggungguli pekerjaan dari 1 individu, dan sebuah tim akan menang dengan individu tersebut. Sehingga konteksnya adalah kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir dengan baik. Kerja indvidu bukan sebuah kesalahan namun akan lebih terjaga jika itu terbentuk dalam sebuah tim. Apalagi ketika tim yang berjalan memiliki kesamaan dalam visi. Keyakinan dan keimanan yang sama, yang kuat,  yang mengikat anggota tim meskipun diantara mereka memiliki latar belakang berbeda, sifat dan karakter berbeda, ataupun suku dan budaya yang berbeda.
Prinsip menjaga merupakan pekerjaan tim besar, jika dilakukan perseorangan kurang efektif meskipun bisa terwujud. Contohnya melakukan pengembangan institusi pendidikan (instansi sekolah) harus terdiri dari tim yang handal tidak boleh hanya 1 orang saja dalam melakukan pekerjaan tersebut, jika menginginkan hasil yang optimal dan memuaskan.