Penggunaan imbuhan ter- (kata depan) pada kata "terjebak" memiliki makna ketidaksengajaan, tanpa direncana, menjadi objek dari suatu perbuatan tertentu (yaitu jebakan). Kata "terjebak" artinya subjek terkena suatu kondisi dimana ia terkurung oleh suatu keadaan, tempat, situasi dan sebagainya. Apakah ada perbedaan dengan kata "terperangkap"? Pada dasarnya antara "terjebak" dengan "terperangkap" memiliki arti yang sama, namun dengan konteks penggunaan dalam kalimat yang berbeda maka memiliki penafsiran yang berbeda pula. Contoh dalam kalimat: Saya terjebak macet ketika hendak mudik lebaran tahun lalu. Artinya ketiadaan pelaku penjebakkan, si objek terjebak macet karena memang kondisi macet yang menghambat kelancaran perjalanan mudiknya. Kalimat tersebut sama dengan "Saya terjebak banjir ketika berkunjung ke rumah saudara di Jakarta kemarin", pelaku penjebakkan disini adalah alam yang berupa peristiwa banjir. Adapun contoh kalimat untuk kata "terperangkap" umumnya seperti ini: Kancil mungil itu terperangkap dalam lubang yang dibuat oleh pak tani. Ini menunjukkan perangkap bikinan pak tani berhasil menjerat korban si kancil. Dalam kalimat tersebut ada unsur kesengajaan dari pak tani, sedangkan si kancil sebagai korban. Sehingga dalam kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai bentuk kalimat pasif, ada si korban dan si pelaku (korban: si kancil dan si pelaku pemasang perangkap adalah pak tani).
Ada sebuah ilustrasi untuk contoh penggunaan kata terjebak (trapped), yaitu dikisahkan seorang pemuda yang berniat menyewa sebuah flat/ apartemen yang cukup murah untuk ia tempati dengan pasangan kekasihnya. Setelah kesana kemari mencari tempat yang cocok dengan budget yang ada maka bertemulah ia dengan seseorang yang menawarkan flat kosong. Selanjutnya ia dan calo tadi menuju ke gedung yang dimaksud. Setelah mengecek segala kondisi dan fasilitas maka ia setuju dengan tawaran membayar sejumlah uang, yaitu 150 ribu tunai. Esok harinya ia mengemasi barang-barang miliknya di kontrakan yang lama untuk dipindahkan ke apartemennya yang baru.
Sesampainya di gedung apartemen yang baru, ia naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Apartemen tersebut tergolong apartemen yang belum berpenghuni, hanya ia sendirian yang menyewa tempat tersebut. Karena kebutuhan dan kondisi yang mendesak maka mau tinggal dan menyewanya. Disisi lain ketika ia mengecek air, lampu, dapur, toilet, kamar mandi, ruang tidur utama semuanya beres tidak ada masalah. Mulailah ia masuk ke dalam kamar yang ia sewa. Handphone miliknya ia charge ulang sambil tiduran. Ketika saatnya ia hendak pergi bekerja, ia bangun kesiangan dan akhirnya terburu-buru tidak sempat mandi hanya berkumur dan gosok gigi. Ketika hendak keluar ia mengecek HP miliknya ternyata baterai lemah, ia langsung berangkat kerja. Baru melangkah beberapa meter dari pintu ia lupa sesuatu masih tertinggal, kondisinya kunci masih menggantung di pintu. Angin yang cukup kencang membuat pintu tertutup sendiri dan posisi terkunci. Pintu yang terkunci dari luar dan posisi kunci masih menggantung membuat ia terjebak di dalam kamar. Ia berusaha dengan keras membuka pintu tersebut dari dalam. Menendang pintu hingga mematahkan gagang pintu. Segala uasaha ia kerahkan. Ia terjebak di ruangan tersebut selama beberapa hari. Persediaan air minum dan makanan mulai menipis. Bahkan ia hanya mengandalkan sebungkus biskuit yang ia miliki. Air minum yang tersisa 1 botol besarpun mulai habis. HP yang menjadi alat komunikasinya mulai ngedrop, bahkan ketika menelpon calo penawar jasa sewa flat itu pun sinyalnya terputus-putus. Sebenarnya ia meminta bantuan lewat telpon agar dibuatkan kunci ganda untuk kamarnya, dan meminta dibukakan pintu dari luar. Namun apa daya, baterai HP miliknya lemah hingga benar-benar tidak menyala. Setelah air minum di botol habis, biskuitpun habis, ia mulai kehausan dan kelaparan. Ia harus survive. Sekarang yang ia lakukan adalah minum air kran, tapi ternyata air di apartemen tersebut tidak lancar, bahkan listrik yang amat vital pun mati karena masalah sekering. Untuk melompat dari lantai 34 juga ia tidak bisa karena teras flat miliknya terdapat teralis besi. Untuk melewati teralis/pagar besi ia harus memotong salah satu jeruji besi agar tubuhnya bisa menyelinap keluar, setelah itu harus turun dari teras/ balkon dengan tangan kosong menuju lantai di bawahnya. Usaha lainnya yakni membuat tanda SOS (save our soul) tanda minta tolong agar diselamatkan. Mulailah dengan membuat tulisan minta pertolongan HELP dengan bahan pasta gigi, sampai akhirnya menggunakan darahnya. Bentuk usaha lainnya dengan membakar celana di malam hari di teralis besi membentuk kata HELP. Hingga ia berusaha memotong jeruji besi menggunakan bilah dari baling-baling kipas angin yang ada dalam ruangan tersebut. Selama beberapa hari tidak makan dan tidak minum, ia letih dan jatuh pingsan. Ia harus survive dan keluar dari ruangan, jika umurnya panjang. Kondisi dirinya yang terjebak di ruangan tanpa air, tanpa listrik tanpa makanan dan minuman membuat dirinya belajar survival yaitu untuk bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang ada. Ia mencoba minum dari air kencingnya (urine) sendiri yang disimpan di botol, namun ia malah muntah setelah meminumnya, mencoba makan kecoa yang belum pernah ia lakukan selama hidupnya. Disaat itulah ia sadar akan kenyamanan hidupnya selama ini, bebas bekerja, bebas berangkat ke kantor, bebas menghirup udara segar, bebas makan dan minum bahkan berbagai fasilitas hidup yang mewah ia nikmati. Kini ia harus berjuang sendiri untuk menyambung nyawa agar tetap bertahan hidup sampai ia terbebas dari ruangan. Ia sendiri dikisahkan sebagai seorang pemuda yang matanya minus, penglihatannya kabur (tidak jelas) jika tanpa kacamata. Nah suatu saat kacamatanya itu rusak bagian gagangnya dan sedikit retak pada kacanya, maka dengan alat seadanya ia memperbaiki kacamata miliknya. Ia juga takut dengan tikus, nah di ruangan tersebut munculah tikus. Kondisi yang mungkin memaksanya untuk menangkap tikus sebagai bahan makanan, ia tidak lagi phobia (takut) dengan tikus. Sebelum benar-benar memakan tikus, untunglah ada burung dara (merpati) yang masuk ke ruangan kamarnya, ia bidik dengan ketapel rakitannya hingga mengenai sasaran, dibakar dengan perapian ala kadarnya, lalu disantap.
Kejadian lainnya yang sempat mengancam jiwanya adalah peristiwa kebakaran ketika ia membuat tanda minta tolong dengan membakar celana, tirai dan kursi sofa yang ada di kamarnya ikut terbakar. Untungnya api bisa dipadamkan meskipun sedikit susah dan lama. Hujan turun membuat ia memutar otaknya untuk menampung air hujan, yaitu dengan bak mandi yang ia pindahkan ke balkon. Sekarang ia benar-benar terjebak dengan kondisi sulit, targetnya cuma bertahan hidup sampai pertolongan datang atau berusaha keluar sendiri dari kamar. Namun 2 pilihan tersebut sama-sama sulit.
Ilustrasi diatas adalah gambaran ringkasan dari film Trapped, kondisi orang yang harus survive, orang yang terjebak di ruangan yang terkunci, berada di lantai atas yang tinggi (lantai 34), kondisi lengang/ sunyi, satpam yang sudah tua dan sedikit tuli, dsb. Gambaran ilustrasi yang digunakan untuk memberikan contoh tentang penggunaan kata "terjebak" dalam konteks kalimat dan sebuah alinea cerita tertentu.
Penggunaan kata "terperangkap" bisa diilustrasikan dengan perumpamaan: Manusia terperangkap dalam lubang kemiskinan yang terus menerus membayangi hidupnya.
Masih banyak saudara kita yang terperangkap dalam lingkaran setan, yaitu kemiskinan, kebodohan dan kemalasan. Memang tidak bisa dipungkiri kemalasan membuat orang menjadi bodoh, dan terkadang orang yang bodoh juga semakin terpuruk dengan kemiskinan, karena memang pandir atau bodoh itu lebih dekat dengan kemiskinan. Dan kemiskinan lebih cenderung pada perbuatan tindak kriminal (kejahatan). Mereka melakukan kejahatan karena agar dirinya bisa survive, bisa makan sehari-hari dan menghidupi keluarganya. Ini bentuk kejahatan yang pelakunya terperangkap oleh kemiskinan. So, yang diatas sana, antara lain pemimpin, pemerintah, birokrat dan aparatur negara, seyogyanya bisa memberikan kontribusi nyata untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya, jika masyarakat mayoritasnya masih dalam kemiskinan maka bangsa ini harkat martabatnya bisa terancam. Karena memang kemiskinan juga bisa sebaliknya membuat rakyat tetap bodoh, orang bodoh terkadang tidak memperhatikan martabat dan harkat serta aturan hukum yang ada, yang terpenting bisa makan dan bisa hidup, maka rusaklah peradaban dan juga norma hukum. Masyarakat yang beradab akan sulit terwujud.
Pekerjaan seorang pemimpin memang tidaklah mudah, namun jika sudah diamanahi menjadi pemimpin maka haruslah bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat dan martabat bangsa. Itu salah satu kewajib pemimpin. Akan dibawa kemana bangsa dan negara ini jika pemimpinnya sudah acuh dengan rakyat, sudah acuh dengan kondisi permasalahan rakyat kecil, maukah dipimpin oleh presiden yang seperti itu selamanya? Tentu tidak. Di sisi lain, kita sebagai rakyat biasa harus lebih cerdas lagi dalam memilih pemimpin, jangan lagi terperangkap dengan jebakan politikus busuk, koruptor, penjahat dan mafia asing, pilihlah pemimpin yang benar-benar cinta rakyat dan negeri ini. Pemimpin yang shalih, yang lebih takut kepada pengadilan akhirat daripada hukum buatan manusia. Dukung gerakan memilih pemimpin muslim yang shalih Mantapks..
Untuk mengunduh film berjudul Trapped dapat dilakukan dengan mengklik link berikut:
1. Trapped 2017 Bluray.mp4 (1.08 GB)
Untuk mengunduh film berjudul Trapped dapat dilakukan dengan mengklik link berikut:
1. Trapped 2017 Bluray.mp4 (1.08 GB)
Related Posts:
Fox and A Cat
ReplyDeleteOne day a cat and a fox were having a conversation. The fox, who was a conceited creature, boasted how clever she was. 'Why, I know at least a hundred tricks to get away from our mutual enemies, the dogs,' she said.
'I know only one trick to get away from dogs,' said the cat. 'You should teach me some of yours!'
'Well, maybe some day, when I have the time, I may teach you a few of the simpler ones,' replied the fox airily.
Just then they heard the barking of a pack of dogs in the distance. The barking grew louder and louder - the dogs were coming in their direction! At once the cat ran to the nearest tree and climbed into its branches, well out of reach of any dog. 'This is the trick I told you about, the only one I know,' said the cat. 'Which one of your hundred tricks are you going to use?'
The fox sat silently under the tree, wondering which trick she should use. Before she could make up her mind, the dogs arrived. They fell upon the fox and tore her to pieces.
Moral : A single plan that works is better than a hundred doubtful plans.
Moral Value: it’s easy to despise what you cannot hae.
40 baris legend sangkuriang
ReplyDeleteA long time ago, the ancient land of Sunda was ruled by a king and a queen who had but a single daughter. Her name was Dayang Sumbi. She was beautiful and clever but also pampered and spoiled. One day as she was weaving in her pavilion, she became moody and distracted, which caused her to keep dropping her shuttle on the floor. Once when it fell she exclaimed she would marry the one who gave it back to her. At that very moment her dog Tumang, a demigod possessing magic powers, came up to her with the shuttle in his mouth. Dayang Sumbi had to marry him.
They lived happily together, and Dayang Sumbi gave birth to a baby boy, human in appearance but endowed with his father’s magic powers. She named him Sangkuriang. As the boy grew up, he was always guarded by the faithful dog Tumang, whom he knew only as a companion and not as his father, Sangkuriang became handsome and brave.One day his mother asked him to go hunting with the dog and bring her venison for a feast. After hunting all day withoutsuccess, Sangkuriang worried about facing his mother empty-handed. Desperate, he took an arrow and shot the dog. He returned home and handed over the meat to his pleased mother.
Soon after the feast, however, Dayang Sumbi questioned her son about the absence of Tumang. At first he evaded herqueries but finally told her what had happened. She was horrified and struck her son so hard on the temple that he
collapsed. For that, the old king banished his daughter from the court and she was made to roam around the kingdom. Sangkuriang recovered with a large scar on his temple, and he too left the court to wander about the world.
Years later, Sangkuriang met a beautiful woman and instantly fell in love with her. It was his own mother-they did not recognize each other. He pro¬posed to her and she agreed to marry him. On the day before the wedding, as she was caressing her fiancee’s hair, Dayang Sumbi detected the scar on the temple. Horror struck her, for she was about to marry her own son, Sang¬kuriang. Without revealing the whole truth to him, she tried unsuccessfully to dissuade him.When Dayang Sumbi saw that he was about to accomplish what she had thought impossi¬ble, she called on the gods to bring the sun up early and thwart Sangkuriang.
The cock crowed, the sun rose much earlier than usual, and Sangkuriang realized he had been deceived. In a fit of furyhe cursed Dayang Sumbi and kicked the half-finished boat back into the forest. There it lies upside down today, forming
the mountain Tangkuban Perahu (Upturned Boat). Not far away is the stump of the tree Sangkuriang had felled, now called Bukit Tunggul. The dam Sangkuriang had built caused the valley to become a lake, where both Sangkuriang andDayang Sumbi drowned themselves. They were never heard of again.
The Legend of Nyi Roro Kidul
(The Queen of South Ocean)
Once upon a time, there was a beautiful princess named Kadita. Because of her beauty she was called Dewi Srengenge. It meant the goddess of sun. Her father was King Munding Wangi. Although he had a beautiful daughter, he was unhappy because he always expected to have a son.
The king decided to marry Dewi Mutiara. He had a son from her. Dewi Mutiara wanted her son to become a king in the future. She asked the King to send his daughter away. The king did not agree.
Dewi Mutiara called a black wizard to curse Kadita. She wanted Kadita’s beautiful body full of ulcer. Then, Kadita’s body was full of ulcer. It smelled bad. The beautiful princess cried.
20 baris
ReplyDeleteOnce upon a time, there was a young girl named Cinderella. She lived with her step mother and two step sisters.
The step mother and sisters were conceited and bad tempered. They treated Cinderella very badly. Her step mother made Cinderella do the hardest works in the house; such as scrubbing the floor, cleaning the pot and pan and preparing the food for the family. The two step sisters, on the other hand, did not work about the house. Their mother gave them many handsome dresses to wear.
One day, the two step sister received an invitation to the ball that the king’s son was going to give at the palace. They were excited about this and spent so much time choosing the dresses they would wear. At last, the day of the ball came, and away went the sisters to it. Cinderella could not help crying after they had left.
“Why are crying, Cinderella?” a voice asked. She looked up and saw her fairy godmother standing beside her, “because I want so much to go to the ball” said Cinderella. “Well” said the godmother,”you’ve been such a cheerful, hardworking, uncomplaining girl that I am going to see that you do go to the ball”.
Magically, the fairy godmother changed a pumpkin into a fine coach and mice into a coachman and two footmen. Her godmother tapped Cinderella’s raged dress with her wand, and it became a beautiful ball gown. Then she gave her a pair of pretty glass slippers. “Now, Cinderella”, she said; “You must leave before midnight”. Then away she drove in her beautiful coach.