Selamanya kita tak akan pernah merasakan kekhawatiran ataupun galau dalam menapaki lembaran hidup hari ini maupun yang akan datang. Hal tersebut akan terwujud jika kita bisa menghadirkan rasa selalu diawasi oleh Allah swt. Kenapa tidak khawatir? Karena kita memiliki tambatan yang kekal yang akan membantu kita manakala tidak sanggup dalam menghadapi cobaan hidup. Ada kasus bunuh diri itu salah satu bukti tidak adanya Tuhan dalam diri orang tersebut. Prinsip ini berbeda dengan manunggaling gusti ala syekh siti jenar. Maksudnya tidak ada Tuhan dalam dirinya memiliki makna bahwa hatinya tidak ada keterikatan dengan Allah swt, ruhnya kering jauh dari nilai-nilai spiritual, nilai-nilai relijius, nilai-nilai Islam. Setiap harinya selalu dihantui perasaan was-was, bukan dikarenakan kekurangan materi dunia, namun karena dia tidak memiliki sandaran yang kuat. Materi yang banyak justru membuatnya galau, menjadikan hari-harinya semakin jauh dengan aktivitas ruhiyah. Dalam hati kecil kita, biasanya ditengarai dengan penolakan ketika melakukan tindakan maksiat atau melanggar syariat, hanya karena dominasi syahwat yang besar hati nurani itu kalah dan tertutupi oleh gejolak duniawi. Saya pernah mendengar ceramah dari seorang ustadz bahwa bolehlah kita mencari dan mendapatkan duniawi sebanyak-banyaknya namun jangan diletakkan dalam hati, taruhlah ia di tangan, genggam jika perlu. Penjelasan dari sang ustadz tadi adalah jangan diletakkan dihati memiliki makna ketika harta benda yang dimiliki diminta untuk di zakatkan atau diberikan kepada orang yang membutuhkan, kita dengan sukarela (ikhlas) menafkahkannya di jalan Allah swt.
Dengan menghadirkan perasaan senantiasa diawasi oleh Allah swt membantu kita termotivasi untuk lebih produktif, giat beribadah, dan membentuk pribadi yang tahan banting karena dimata dirinya bukan penilaian manusia, bukan sanjungan manusia yang diinginkan, melainkan hanya mengharap ridho Nya. hati pun tentaram dan senantiasa tenang (tidak uring-uringan). Terkadang kita sadar bahwa Allah swt telah memudahkan jalan kita dalam beribadah, dalam berbuat amal kebajikan hanya saja kita sendiri yang mengacaukannya, kitalah yang menolaknya, kitalah yang melihat sebelah mata, peluang tersebut dibiarkan berlalu tanpa guna. Hiadayah Allah swt sudah berkali-kali menghampiri, mengetuk bahkan menegur kita, hanya karena keegoisan pribadi maka hidayah tersebut berlalu. Saya sendiri pernah mengalami dan merasakan bahwa ketika sendirian itu lebih lemah padahal rasa ingin untuk berubah itu ada. Kemudian saya mencoba bertemu (silaturahim) dengan teman-teman lama dan berbagi cerita akhrnya semangat itu muncul lagi, memang berjamaah itu lebih asyik dan meringankan untuk selalu berbuat kebajikan. Saya mengambil contoh salah seorang murid MTs yang jarang sekali menghadiri jam tambahan pelajaran saya, kemudian saya tanya pada dia apakah ketika tidak ikut jam tambahan dia belajar sendiri di rumah, jawabannya "TIDAK". Sehingga otomatis di rumah tidak belajar, jam tambahan tidak ikut, di kelas kadang tidak paham maka semakin tertinggal jauh dengan teman-teman satu kelasnya. Inilah sungguh berat jikalau kita melakukan aktivitas sendiri, minimal ketika bersama-sama (berjamaah) kita tersulut motivasinya dari teman kita. Apalagi dalam ajaran Islam jika shalat berjamaah itu 27 derajat sedangkan munfarid hanya 1 derajat, rentang/ selisihnya sungguh besar yaitu 26 derajat, itu satu kali pelaksanaan, kalikan 5 dalam sehari, kemudian kalikan 30 dalam 1 bulan, kemudian kalikan 12 dalam 1 tahun dan kalikan dengan usia kita dari masa baligh. Bisa dibayangkan?
Karena manusia itu tidak sempurna (artinya tidak lengkap) maka untuk menyempurnakan carilah teman, jamaah, bersama-sama dalam kebaikan. Semoga Allah swt memudahkan kita untuk mempertemukan diri kita dengan saudara-saudara yang shalih bukan sebaliknya. Jangan biarkan diri kita terwarnai oleh teman yang buruk, biarkan terwarnai oleh teman yang baik, akan lebih baik jika kita bisa mewarnai saudara kita dengan warna (nuansa) yang syar'i, yang Islami, warna yang diridhoi Allah swt. Warna dalam hal ini mencakup kepribadian/ akhlak, kebiasaan hidup (life style), bahkan pola pikir (mindset) yang benar tentang Islam.
Dalam pembelajaran Inggris terdapat lagu milik Harris Jung yang bagus tentang bagaimana agar diri kita tersibghoh dengan warna Islami, judul lagu the one
"The One" Lyrics:-
by HARRIS JUNG
When I learnt for the first time
I know my heart wasn't prepared
For just how much You'd mean to me
But Allah, how I know now
That a life without You there
Is like a bird without its wings
Chorus:
You are The One
In my life
Always right there beside me
I'm so blessed
You're The One
In my life
Always right there to guide me
Giving me strength
You're The One
Oh, oh, oh, oh
I'm not saying I'm perfect
I haven't read all the pages
But I know that You're The One
It's the way that You turn mess
Into a beautiful message
It’s You I place my trust upon
CHORUS
Forever I won't be afraid
With You right here I'll be OK
‘Cause everything about You is the truth
Whenever I call out Your Name
Lift up my hands, bow down to pray