Ada sebuah film yang release tahun 2016
yang bercerita bagaimana seorang ibu dengan motivasi agar anaknya memiliki masa
depan yang baik, ia tidak ingin anaknya menjadi seorang pembantu seperti
dirinya. Meski pekerjaan sebagai pembantu itu bukanlah pekerjaan yang hina
namun dirinya merasakan begitu kerasnya dunia terhadap orang miskin dan tidak
terpelajar seperti dirinya. Saat mendapati keadaan belajar anaknya di sekolah
yang kurang begitu memuaskan yaitu nilai-nilainya banyak yang jeblok maka ia
berpikir keras mencari solusi agar anaknya tersebut disiplin dan rajin belajar.
Sibuknya ia dengan aktivitas pekerjaan setiap hari terkadang mengurangi
pengawasan belajar terhadap anaknya.
Ibu dalam tokoh film ini adalah Ibu
Chanda dan anaknya bernama Apeksha atau biasa dipanggil oleh teman-temannya
dengan Appu. Film yang berdurasi hampir 1 jam lebih ini secara garis besar
bercerita bagaimana perjuangan seorang ibu yang bertekad mengantarkan anaknya
untuk sukses dalam belajar hingga akhirnya memiliki pekerjaan yang layak di
masa depannya. Kesehariannya sebagai pembantu, bekerja di pabrik sepatu,
sebagai buruh cuci baju dan ia bekerja juga sebagai pelayan di warung yang
menjual makanan. Mimpi yang dimilikinya itu disambut baik oleh majikannya,
keberuntungan bertemu dengan orang yang baik mendorong ia agar terus merealisasikan
cita-citanya.
Ibu Chanda ini mendapatkan saran dari
majikannya agar ia belajar lagi khususnya pelajaran matematika dengan masuk ke
sekolah formal. Kekagetannya atas saran tersebut membuat ia syok secara mental,
gurauan yang benar-benar tidak lucu, di usianya yang sudah diatas 30 tahun
harus bersekolah sebagai murid kelas X bahkan harus satu kelas dengan anaknya.
Seacara naluriahnya ia menolak, namun sang majikan menegaskan kembali jika
anaknya ingin menjadi pembantu maka ia tidak usah pergi ke sekolah. Akhirnya Bu
Chanda ini setuju demi anaknya agar tidak menjadi pembantu di masa depannya.
Pertama kali masuk dalam kelas ia ditertawakan oleh murid-murid lain. Dirinya
dianggap orang yang sangat asing dan aneh, yang berakibat pada masalah
psikologis pada bu Chanda. Selain masalah canggung, segalanya berjalan
lancar-lancar saja. Di hari kedua ia menjumpai masalah lain yaitu di pelajaran
matematika dan sejatinya inilah masalah utama yang dihadapi oleh anaknya yang
bernama “Appu”. Untungnya Bu Chanda ini berteman dengan seorang murid cerdas dan
pintar di kelas X tersebut. Maka ia tidak menyia-nyiakannya, ia mulai
mendapatkan saran dan bantuan dalam metode mempelajari pelajaran matematika
secara benar.
Dalam film ini ditayangkan bagaimana tips
(metode) yang tepat dalam menguasai matematika. Hal yang paling mendasar adalah
mengaitkan materi pelajaran matematika dengan realitas kehidupan sehari-hari. Hal
kedua adalah mencoba memahami bukan sekedar menghafalkan rumus saja. Hal ketiga
dalam matematika yaitu terkadang jawaban itu terdapat dalam soal pertanyaan.
Sehingga secara tidak langsung jika kita memahami pertanyaan dalam tes
matematika maka jawaban (kunci) nya sudah tersedia, hal ini biasa dikenal
dengan keyword (kata kunci) dalam setiap pertanyaan. Prinsip ini hampir
sama dalam kehidupan yaitu solusi dari masalah adalah pada sumber masalah
tersebut. Kita meyakini bahwa setiap masalah yang ada itu pastilah terdapat
solusi, tidak adanya perenungan dan usahalah yang menjadikan kita berputus asa
tidak mau bergerak mencari pemecahan. Ibarat semua rumah memiliki pintu maka
segala masalah pasti memiliki solusi.
Film ini bisa digunakan sebagai bahan
perenungan sekaligus setitik inspirasi bagi para orangtua yang mengalami putus
asa akan kondisi belajar anaknya yang kian tidak karuan. Lihatlah
kecendenderungan remaja lebih asyik nongkrong dibanding dengan belajar bahkan
menyia-nyiakan masa mudanya dengan hal-hal sepele (bahakan lebih cenderung
merusak masa depannya). Kesadaran pada orangtua dan anak merupakan harmonisasi
cita-cita yang perlu dikomunikasikan secara tepat dan jelas. Setiap orangtua
meski ia adalah orang yang berperangai jelek tetap mengharapkan anaknya kelak
menjadi orang yang memiliki masa depan yang cerah. Siapa tahu dengan tayangan
berupa hiburan (film) memberikan nasihat yang tidak terlalu menggurui namun
lebih membuka mata hati, menyadarkan dan sekaligus menginspirasi. Pentingnya memiliki impian bagi seorang anak. Mengutip dari film tersebut bahwa tidak ada salahnya gagal, justru yang salah adalah menerima kegagalan itu tanpa berjuang. Ya memang karena kegagalan itu pasti, namun yang terpenting adalah perjuangan kita untuk bangkit dari kegagalan tersebut. Dalam film ini memberikan pesan moral betapa berharganya sebuah impian, biarlah orang menertawakan impian kita, sejatinya impian itu milik kita sendiri dan orang lain tak akan mampu dan bisa mengambilnya dari kita, bahkan menggapainya untuk diri mereka sendiri ataupun mendapatkannya untuk kita. Dan impian itulah yang menjadikan hidup ini menjadi lebih hidup. Ketika impian itu menjadi energi terbesar dalam hidup, gantungkanlan impian itu setinggi-tingginya dan rengkuhlah. Begitu berharganya hidup dengan sebuah impian, terlebih memiliki impian (cita-cita) yang mulia. Unduh filmnya
dengan klik link berikut [unduh di sini]
Judul film: Nil Battey Sannata
Score imdb: 8.5
Link download: Nil Battey Sanata.mp4 (917.9 MB)
Sinopsis sumber wikipedia:
Nil Battey Sannata (English: Nol Dibagi
dengan Nol Setara Tidak ada; slang untuk "Baik Untuk Tidak" ), juga
kadang-kadang dikenal sebagai The New Classmate, adalah sebuah film drama 2016
komedi India disutradarai oleh Ashwini Iyer Tiwari dalam dirinya fitur
debutnya, dan diproduksi oleh Anand L. Rai, Ajay Rai, dan Alan McAlex bawah
spanduk Warna Kuning dan JAR Pictures. Swara Bhaskar esai peran utama Chanda
Sahay, sebuah sekolah tinggi drop-out pembantu rumah tangga dan ibu tunggal
dari seorang gadis muda cemberut bernama Apeksha dimainkan oleh Ria Shukla.
Film ini menetapkan untuk menyampaikan pesan bahwa setiap orang memiliki hak
untuk bermimpi dan mengubah hidup mereka, terlepas dari status sosial.
(wikipedia)
Dirilis di India pada 22
April 2016, film ini didistribusikan oleh Eros International. Ia menerima
pujian kritis dan positif diterima oleh khalayak juga. Pengulas memuji sebagian
besar aspek produksi, dengan penekanan khusus pada narasi, realisme, dan
pertunjukan dari para pemain. Bhaskar mengumpulkan pujian besar untuk penampilannya.
Film ini dinyatakan sebagai "hit" setelah akhir pekan kedua. Film ini
dibuat ulang dalam Tamil sebagai Amma Kanakku, dibintangi Amala Paul, Revathi,
dan Samuthirakani--wikipedia
Related Posts:
8. Download Korean Drama
Related Posts: