Hari Sabtu kemarin (2 hari yang lalu) ketika saya mengikuti kegiatan i'tikaf di masjid At Taqwa Kajen, anak saya ingin ikut ayahnya, so si ibu melarangnya karena ditakutkan pas tengah malem enggak betah dan minta pulang. Nah sorenya, ibu dan anak berkunjung ke rumah bapak (ayahnya istri saya) ke daerah Batang. Hisyam diajak motoran ke Batang dengan perjalanan memakan waktu lebih dari 1 setengah jam dari Tajur, lumayan cukup jauh. Karena saya di masjid mengikuti kegiatan i'tikaf maka jadilah silaturahim tersebut tanpa saya. Hisyam dan ibunya menginap 1 malam di Batang. Awalnya saya sendiri enggak setuju ketika pergi cukup jauh tanpa saya, takutnya hisyam cape di perjalanan (padahal yang capek ibunya--jadi tukang ojek--hisyam tinggal ikut ibunya) namun dia enggak mengeluh soalnya ternyata dia terbiasa perjalanan jauh.
Yap, berkunjung ke saudara, kerabat, sahabat adalah suatu wujud usaha untuk mengikat tali silaturahmi (baca: silaturahim cenderung ada hubungan darah misal orang tua, kakak, adik, dsb sedangkan silaturahmi bersandar ikatan sayang secara umum/universal) bahkan ketika berkunjung ke orang tua yang tempat tinggalnya terpisah dari kita maka itu bentuk birul walidain. Layaknya seorang mahasiswa yang ngekos lama enggak pulang hingga lebih dari setahun, kemudian ia pulang karena menjenguk orangtuanya juga bentuk bakti orang tua, meski hal itu bukan satu-satunya bentuk bakti kepada orang tua. Bentar lagi kan lebaran alias idul fitri. Nah kultur atau adat/budaya kunjung mengunjungi marak di Indonesia. Dari yang setiap hari ketemu hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun enggak ketemu, maka menjadi ciri khas masyarakat muslim di Indonesia, sehingga munculah budaya mudik lebaran atau agenda pulang kampung. Salah satunya adalah bertujuan untuk kumpul dengan sanak family, handai taulan, dan akhirnya rasa kangen terobati, rasa puas itu kita peroleh. Cuma sisi negatifnya terkadang saling berlomba-lomba dalam kemewahan, misal saja saling menunjukkan harta bendanya, kendaraan terbarunya hingga jumlah anak (ups). Bukan hal yang aneh, manakala di 10 hari terakhir banyak yang sibuk mempersiapkan agenda mudik, pulang kampung, atau yang ngebut setoran, ngebut nyari duit buat pesta hari raya idul fitri. That's no problem, the problem is using the last ten days without spiritual activities. Sisi negatif kedua, setelah disibukkan dengan agenda pengumpulan materi di hari terakhir menjelang idul fitri adalah kegiatan ruhiyahnya semakin menurun bahkan hilang. Padahal disunahkan justru ketika menjelang bulan ramadhan berakhir, tilawah, shalat taraweh, tahajud dan aktivitas ibadah lainnya sejatinya dipompa karena ada keutamaan di 10 hari terakhir di bulan ramadhan.
Kunjungan ataupun silaturahmi sejatinya wujud usaha mengikat kembali hubungan kekeluargaan yang melonggar, jika tadinya jarang bersua maka dengan berkunjung menjadi hangat kembali. Bahkan hal ini juga bisa bertujuan membentuk jaringan yang baru, saudara bertambah, kerabat semakin dekat, keluarga bertambah harmonis. Mungkin saja yang awalnya hanya 1 keluarga setelah 10 tahun akhirnya ngumpul bertambah banyak. Terkadang saya sendiri mengalami kesulitan untuk menghafal nama-nama anak dari paman ini, cucu dari pakde itu, karena semakin beranak pinak ditambah ketemunya sekali dalam setahun, jadilah sebuah keluarga besar yang rame.
Kunjungan dalam bahasa inggris mencakup berbagai sub judul teks dengan tema yang bervariasi, liburan lebaran, kunjungan ke kampung halaman, kunjungan ke sanak famili, hingga kunjungan ke dokter gigi (nah kalo ini periksa gigi). Kunjungan ke klinik kesehatan atau kemana saja, selama hal tersebut ada keterlibatan dari penulis maka termasuk kategori personal recount (teks recount terkait pengalaman pribadi), atau contoh personal recount lainnya adalah biografi tokoh. Berikut contoh teks recount tentang kunjungan ke dokter gigi, teks ini diambil dari buku latihan soal persiapan ujian nasional kelas akhir SMP/MTs, inilah recount terkait kunjungan (periksa) ke dokter gigi;
Visiting the Dentist
Yesterday, my younger brother Ishaq, told me that his teeth ached I found it weird because he always brushes his teeth twice a day. I asked mum to take him to see a dentist and have his teeth checked. However, he didn't want to, he was afraid of a dentist. To convince him to go, I said that I would also accompany him to the dentist and he agreed.
In the dentist clinic, Ishaq was getting nervous. He kept holding mum's hand all the time. He screamed when he heard the sound of drill from the dentist's room. He was even more afraid after that. Then, the nurse called his name, but he was afraid. I took his hand and went to the dentist's room, together with mum.
In the dentist room, we met Ms. Fatima the Dentist. She was very friendly. She told Ishaq that he didn't have to be afraid. Ishaq replied that he didn't want his teeth to be drilled. Ms. Fatima smiled and giggled to my brother and said that she wouldn't use the drill. Then, she asked him a few questions and checked his teeth afterwards.
It turned out that Ishaq' teeth were clean. However, he had sensitive teeth. Ms. Fatima asked him to brush his teeth using sensitive toothpaste, especially before eating or drinking hot or cold food and drinks. We thanked her before we went home. Ishaq said that he wasn't afraid of dentist anymore. Mum was proud of him and took us to the restaurant as a reward.