Maksud dari judul bandingkan diri kita adalah bukan untuk kesombongan melainkan sebaliknya untuk instropeksi diri. Mari saya berbagi contoh yang pertama, saya memiliki beberapa murid yang ketika ada penugasan tilawah 1 hari 1/2 juz (target 2 bulan khatam baca Al Quran), mereka mampu istiqomah benar-benar melaksanakannya, pengecekan berdasarkan tanggal, yaitu ketika tanggal 28 maka tilawahnya harus sudah juz 14 (minimal), dan ketika khatam diulangi kembali dari awal yaitu QS Al Baqarah. Murid yang saya tugaskan itu adalah kelas IX (usia antara 13-16 tahun), bagi saya yang saat ini usianya 31 tahun adalah prestasi yang luar biasa jika mampu istiqomah tilawah 1/2 juz per hari lebih-lebih bisa 1 juz per hari karena biasanya orang yang sudah sibuk dengan pekerjaannya kendalanya akan lebih banyak dari faktor tenaga, waktu, bahkan biasa jadi penglihatan. Dengan alasan-alasan seperti itu kita dengan enteng kadang sehari terlewat tidak membaca Al Quran sama sekali. Padahal lebih sibuk mana jika dibandingkan para sahabat bahkan Rasulullah SAW. Faktor hafalan juga memudahkan untuk tilawatil Al Quran. Cara membandingkan dengan tujuan instropeksi ini sangat bagus untuk memotivasi agar lebih produktif misalnya tilawah Al Quran.
Mari saya berikan pengalaman sebagai contoh kedua, saya kadang berangkat pagi agar sampai di sekolah untuk memberikan jam tambahan jam 6 pagi, sedangkan perjalanan normal 40 menit dari rumah menuju sekolah, jika kecepatan 70km/jam mungkin hanya 20 menit, sehingga jam 5.20 saya stand by siap-siap berangkat terlepas kondisi hujan, gerimis atau tidak kecuali jika motor mogok. dan biasanya mandi pagi sebelum subuh. Nah ketika saya mandi pagi, biasanya ayah saya sudah berada di masjid (biasanya 30 menit sebelum subuh) dan itu hampir terjadi setiap hari. Maka ketika mendengar cerita ada murid muslim yang tidak shalat subuh, bahkan sampai sekolah lebih dari jam 7 pagi, saya sangat kecewa karena dengan usia yang lebih muda, tenaga yang prima, fisik yang kuat, namun semangat tidak dimilkinya. Sehingga membandingkan untuk hal positif, saya rasa diperlukan apalagi dalam hal menegakkan kedisiplinan, soalnya jika seorang murid tadi dengan tanpa rasa bersalah dengan entengnya meninggalkan perintah Tuhannya untuk mendirikan shalat subuh, apalagi ketika dia disuruh untuk menjalankan hanya dari seorang guru, maka cuek yang ada diwajahnya.
Bagaimana jika ada pemimpin kafir yang memimpin komunitas yang sebagian besar muslim. Saya berpendapat adalah dosa besar bagi komunitas tadi, dari aspek akidah aja udah gak nyambung, jelaslah dia tidak kenal shalat apalagi jamaah subuh di masjid, lho kayak gitu kok jadi leader bagi muslim, yang salah sistem demokrasi atau bodohnya umat yang mudah diperdaya, misalnya adalah di Jakarta. Dimana pertanggungjawaban kita, kita itu punya teladan yang harusnya ditiru yaitu Rasulullah SAW dan sahabatnya, masak orang sejakarta gak ada yang tergerak hatinya untuk paling tidak menomorsatukan ketaatan seorang pemimpin pada sang Khaliq. Cara perbandingan ini akhirnya bisa menjadi titik temu ketika banyak sekarang kepentingan muslim terabaikan, ajaran-ajaran Islam tersisihkan, padahal Islam itu universal banget mau diterapkan kepada siapapun rahmatan lil alamin.
Dalam materi pelajaran Bahasa Inggris, perbandingan ini disebut Comparison Degrees, yang terdiri ada 3 tingkatan yaitu:
1. Posistive (tingkatan selevel/sejajar)
Dengan menambahakan kata as ...... as
Misalnya: Joko sama jeleknya dalam hal mengaji dengan Jeki
Joko is as bad as Jeki in reading Al Quran
Jadi kata sifatnya (adjective) tidak mengalami perubahan baik penambahan maupun sisipan kata tertentu, kata sifatnya ajeg (tetap).
2. Comparative (tingkat perbandingan lebih)
Dengan menambahkan akhiran er (untuk satu suku kata pengucapan misal tall menjadi taller) dan kata more sebelum kata sifat (biasanya kata dengan lebih dari 1 syllable, misalnya more handsome).
Misalnya: Ali lebih cerdas dibandingkan Tomo.
Ali is smarter than Tomo.
Saudi lebih berkuasa dalam bidang minyak dibandingkan Timor Leste.
Saudi is more powerful than Timor Leste in Oil drilling project.
3. Superlative (tingkat perbandingan lebih/ paling)
Tingkatan yang paling tinggi dengan menambahkan the.....est (satu suku kata pengucapan misal the smartest) atau the most ...(lebih dari 1 syllable misalnya the most beautiful).
Misalnya: Dalam film pendek berjudul "Dendam" pemeran Bejo adalah pemain yang paling bagus dalam berakting.
Bejo is the best actor in movie entitled "Vengeance".
Mari kita lihat cuplikan film pendek karya siswa berikut ini dengan tokoh utama si Bejo.
Dalam materi pelajaran Bahasa Inggris, perbandingan ini disebut Comparison Degrees, yang terdiri ada 3 tingkatan yaitu:
1. Posistive (tingkatan selevel/sejajar)
Dengan menambahakan kata as ...... as
Misalnya: Joko sama jeleknya dalam hal mengaji dengan Jeki
Joko is as bad as Jeki in reading Al Quran
Jadi kata sifatnya (adjective) tidak mengalami perubahan baik penambahan maupun sisipan kata tertentu, kata sifatnya ajeg (tetap).
2. Comparative (tingkat perbandingan lebih)
Dengan menambahkan akhiran er (untuk satu suku kata pengucapan misal tall menjadi taller) dan kata more sebelum kata sifat (biasanya kata dengan lebih dari 1 syllable, misalnya more handsome).
Misalnya: Ali lebih cerdas dibandingkan Tomo.
Ali is smarter than Tomo.
Saudi lebih berkuasa dalam bidang minyak dibandingkan Timor Leste.
Saudi is more powerful than Timor Leste in Oil drilling project.
3. Superlative (tingkat perbandingan lebih/ paling)
Tingkatan yang paling tinggi dengan menambahkan the.....est (satu suku kata pengucapan misal the smartest) atau the most ...(lebih dari 1 syllable misalnya the most beautiful).
Misalnya: Dalam film pendek berjudul "Dendam" pemeran Bejo adalah pemain yang paling bagus dalam berakting.
Bejo is the best actor in movie entitled "Vengeance".
Mari kita lihat cuplikan film pendek karya siswa berikut ini dengan tokoh utama si Bejo.