Showing posts with label leadership. Show all posts
Showing posts with label leadership. Show all posts

Monday, May 30, 2016

Trust-fall, Jangan Remehkan Game Outdoor Ini!

Trustfall, menjatuhkan diri (terjun bebas) dengan prinsip dasar kepercayaan kepada teman yang menangkap jatuhnya tubuh kita. Saya pernah beberapa kali mempraktekkan bersama murid-murid dan kawan-kawan saya ketika melaksanakan game outdoor. Tujuan dari game ini salah satunya menanamkan kepercayaan dalam tim agar terjadi ikatan persaudaraan yang kuat diantara mereka. Tujuan kedua juga mampu melatih keberanian akan ketinggian, serta rasa percaya diri. Tingkat kesulitan bisa disesuaikan  dengan tinggi dan medan dari game ini, bisa berada di air atau tanah bahkan di tebing. Hanya saja semakin sulit dan berbahayanya resiko game maka pelaku (player) harus semakin expert (mahir). Agar tingkat kecelakaan yang fatal bisa dihindari. Salah satu kesalahan fatal manakala orang yang menerima di bawah, tidak  melakukan tugasnya dengan baik sehingga player bisa jatuh terbentur tanah/ landasan bawah yang kemungkinan berakibat cedera di bagian kepala dan tulang belakang/ punggung. Untuk tingkat pemula, bisa diterapkan dengan ketinggian 0 meter artinya pemain hanya berdiri dan menjatuhkan tubuhnya ke belakang, sedangkan posisi penerima menahan dengan sudut 45 derajat di belakang pemain. Jadi game ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Tujuan ketiga adalah agar tim memiliki kesungguhan (keseriusan) dalam menjalankan misi, tidak mudah menganggap remeh, namun juga tidak memandang terlalu berat. Game ini cocok untuk variasi dan shockterapi dalam sebuah kegiatan yang berjalan monoton karena game ini memang membutuhkan adrenalin tinggi. Game ini tidak membutuhkan alat, jumlah tim terdiri minimal 5 orang (1 player, dan 4 orang penerima) dan maksimalnya mencapai 18 orang setiap timnya. Pas untuk kegiatan pramuka, pecinta alam, kerohanian islam, maupun kegiatan latihan dasar kepemimpinan.
Beberapa hikmah dari ke-3 tujuan game trustfall bisa didapatkan manakala instruktur memberikan penjelasan secara rinci dan detail. Kita bisa mengambil pelajaran bahwa menanamkan rasa percaya kepada orang lain tidaklah mudah, dalam game ini jika pertama kali memainkannya, maka perasaan gugup dan nervous akan menghantui apalagi jika berat badan pemain kategori gemuk maka akan menambah  sulit bagi si penerima di bawah. Sejatinya game ini termasuk middle impact (kategori sedang), artinya resiko dan tingkat kesulitannya/ tantangan tidak berbahaya. Hanya usia pemain minimal pelajar SD kelas 5 (atau minimal 11 tahun) hingga orang dewasa. Saya memiliki kenangan tersendiri mempraktekkan game ini pertama kalinya saat kelas 1 SMA (sekarang kelas X). Hingga akhirnya ditularkan ke anggota pramuka dan teman-teman di OSIS dan Ikatan Remaja Masjid. Pernah ketika saya mempraktekkan bersama teman-teman pramuka di MA YMI sekitar tahun 2010, saya memberikan contoh terlebih dahulu namun yang menerima belum "siap" sehingga saya terlepas begitu saja dan kepala terkena batu yang ada di bawah, untungnya tidak sampai mengeluarkan darah hanya benjol sedikit. Melihat kejadian tersebut, peserta yang mendapat jatah giliran pertama langsung mengundurkan diri. Sebuah model yang tidak sukses. Namun di lain hari dan lain tempat, serta beda peserta, game ini sukses saya terapkan. Dan sebagian besar dari mereka merasa tertantang. Sebuah game tanpa alat dan fleksibel bisa dimainkan dimana saja, dan memberikan  interaksi yang kuat terhadap masing-masing peserta, selain itu memberikan kesan yang mendalam. Silahkan mencoba untuk mempraktekkan di kegiatan sekolah maupun organisasi sobat semua, sebagai tambahan variasi ice breaking season. Game ini juga memberikan efek refreshing (penyegaran) mungkin setelah materi di dalam ruangan. Tempatkan panitia sebagai instruktur (harus cekatan) dengan jumlah bisa lebih dari 1 orang, jika peserta mencapai 40 orang lebih.
Satu sifat/sikap yang bisa di eliminir (dihilangkan) adalah sikap mudah meremehkan orang lain atau terlalu banyak guyon bahkan acuh dengan komunitas atau teman. Untuk kalangan pelajar/ remaja bisa dikelompokkan menjadi tim putra dan tim putri agar tidak terjadi pelecehan seksual atau hal yang berbau pornografi atau tindak asusila lainnya. Kegiatan Outbond juga memiliki keuntungan yaitu peserta mampu mendekatkan diri dengan alam sekaligus mentadaburi ciptaan Allah swt. Menjernihkan pikiran serta mendekatkan pribadi antar tim, memberikan kepedulian sosial dan kepekaan memiliki jiwa penolong. Simulasi dengan kegiatan outbond, game, atau aktivitas luar ruangan lainnya juga memberikan penguatan terhadap mental dan kepribadian agar  menjadi individu yang berdisiplin dan tidak manja, tanpa melakukan tindak kekerasan atau cara-cara militer. Okay, try at your team guys!