Berkarya merupakan ciri insan yang kreatif dan
produktif. Ketika berkarya tersebut mampu mengasah bakat dan potensi maka hal ini menjadi keunggulan dan kelebihan tersendiri. Begitupun seorang siswa
yang mampu meningkatkan kemampuan akademik dan non akademiknya, juga termasuk
wujud dari kemampuannya dalam mengoptimalkan yang Allah anugerahkan padanya
berupa otak (akal), hati (rasa & jiwa) serta kelengkapan fisik jasmani.
Murid saya kelas VIII MTs Hasbullah Karanganyar beberapa waktu yang lalu yakni sekitar
awal bulan April, mereka mencoba menyusun naskah drama hasil orisinalitas ide
mereka dengan tambahan referensi sumber lain yang mereka peroleh. Nah, drama ini akan dipentaskan disaat pelepasan kelas akhir tanggal 11 Mei 2017 sebagai
wujud persembahan dan kenangan buat kakak tingkat. Sebetulnya dalam proses latihannya mengalami sedikit masalah
hingga akhirnya pemain pun diperbantukan dari kakak-kakak OSIS MA Hasbullah.
Berikut naskah dramanya;
Judul Drama:
“Uang Rara & Mimpi Yang Istimewa”
Durasi: dimainkan sekitar 60 menit
Genre: Fiksi & Action, Misteri
Tokoh:
Rara (pendiam)
Bu Dhyta (ibunya rara/ cerewet)
Pak rendy (Bijak)
Samy (Ketua
Kelas/tegas)
Dio (anak
nakal/pemarah)
Sena (anak
pintar & cerdas)
Desi (cantik)
Rena (anak
nakal/galak)
ADEGAN 1
Narrator: Di dalam
kelas hari sabtu tanggal 7 Mei 2017
jam 10.00 ketika istirahat pertama, tinggalah 2
orang siswa di dalam yaitu Samy dan Dio. Mereka
sedang berdebat tentang masalah uang yang hilang dikelas.
Samy: Hei kau Dio, dari
sekian banyak siswa di kelas ini kamulah yang menjadi tersangkanya atas
hilangnya uang milik Rara.
Dito: (memegang kerah baju Samy sambil
mendorong ke tembok) Apa-apaan kamu main tuduh! Loe jangan
belagu ya, mentang-mentang jadi ketua kelas, loe sok otoriter. Emang loe punya
bukti apa nuduh gue?
Samy: (terdiam
sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Dio) Udah ah, saya tidak mau
berurusan dengan anak nakal sepertimu. Saya akan laporkan ke pak guru.
Dio: (langsung
menampar pipi Samy dan mendorong tubuhnya hingga terjungkal kebelakang) Prraak!!
Nih pelajaran dari gue.. (bergegas pergi meninggalkan kelas)
Narrator: Suara keributan
itu terdengar hingga keluar ruangan, Desi dan Rara pun langsung menuju ke ruang
kelas.
Desi: Kamu kenapa
Samy, pasti berantem sama Dio ya?
Samy: Ah gak apa-apa
kok cuma masalah kecil.
Rara: Hmm.. Pasti
terkait dengan uang ku yang hilang ya? Tidak usah dibikin rebut, gak apa-apa
kok, saya sudah ikhlas uangnya hilang .
Desi: Wah bibirmu
berdarah, oppa Samy. Sebentar saya ambilkan obat merah dan
kapas di UKS.
Samy: Jangan, tidak
usah (mencegah desi sambil memegang tangannya)
Narrator: Dipintu kelas Rena
telah sejak lama berdiri mengawasi mereka bertiga.
Rena: Ehmmm.. ehh
tidak boleh pegang-pegang tangan ya, bukan muhrim tauu!! (sedikit cemburu pada
desi)
Narrator: Kemudian Desi
dan Rara langsung menyingkir begitu tau Rena dating.
Rena: Nih saya bawain
tisu buat kamu, lap bibirmu! Jadi cowok kok lembek sekali sih. (sambil menyerahkan
tisu kepada samy)
Samy: Thanks ya. (dengan
tersipu malu)
Narrator: Tak lama
kemudian bel masuk pelajaran berbunyi, siswa yang lain pun berdatangan kedalam
kelas kecuali Dio. Proses pembelajaran pada hari dimulai sebagaimana biasanya
hingga jadwal jam terakhir.
ADEGAN 2
Narrator: Dirumah Rara
ketika keesokan harinya yaitu hari Ahad tanggal 8 Mei 2017, terlihat Rara
hendak berangkat sekolah, ibunya yang bernama Bu Dhyta bertanya padanya tentang
uang untuk iuran karyawisata madrasah.
Bu Dhyta: Nduk, kemarin
ibu memberimu uang Rp 500.000 untuk kegiatan karyawisata madrasah. Nah, sudah disetorkan
belum?
Rara: (bingung bercampur gemetar) Emm
anuu... bu, belum distorkan. Rencananya
hari ini saya setorkan ke Pak Rendy.
Bu Dhyta: Ya udah, gak apa-apa,
hati-hati di jalan ya. Ini uang saku hari ini (menyerahkan uang saku sambil
menepuk pundak Rara dan mengusap kepalanya)
Rara: Nggih, bu. (sambil
mencium tangan ibunya)
Narrator: Sesampainya
dikelas, Rara masih memikirkan bagaimana caranya menemukan uang yang hilang
tersebut.
Rara: Duh gimana ya??
Kalau ibu ngecek ke madrasah dan tahu kalo uangnya hilang maka akan menjadi
masalah yang rumit nanti. Sedangkan saya tidak ingin menuduh teman sekelas
saya.
Narrator: Tidak lama
kemudian, datanglah Samy dan Dio berjalan berdampingan di ikuti di belakangnya Rena.
Rena: Nah.. gitu dong
akurr, eh ngomong-ngomong kalian kemaren berantem karena masalah apa ya??
Samy: Enggak kok, cuma
salah paham, ya kan Dio...??
Dio: Iya. Saya juga
udah minta maaf, karena kemaren memukul bibirnya hingga berdarah. Tuh gara-gara
dia. (sambil menunjuk Rara)
Rara: (tertunduk ketakutan, diam membisu)
Rena: Oh, gara-gara
anak mami ini ya… kalian juga tolol masak memperebutkan gadis seperti Rara (sambil
membuli Rara dengan menjitak kepalanya)
Dio: Hei, Rara. Hari
ini gue lupa gak bawa uang, pinjem dong!
Rara: Iya. Ini uang
buat kamu. (gemeteran)
Samy: Sudahlah teman-teman,
jangan terlalu kasar kepadanya. Lebih baik kita mengerjakan PR Matematika dari Pak
Rendy, kalian belum mengerjakannya kan?? Tuh si anak pintar
datang kesini. (sambil menunjuk Sena)
Sena: Hai semua,
kalian nungguin saya ya??? Tenang saja PR-nya sudah komplit dikerjakan semua
nomer. Asal kembalikan ya buku saya.
Dio: Eits, gue duluan,
kamu Samy dan Rena nanti aja nulisnya, atau kalian pinjem
milik Rara tuh..
Sena: Kalian tadi
malam sudah belajar belum??? Ga lupa kan kalau hari ini ulangan Matematika dari
Pak Rendy?
Rena: Tenang aja,
meskipun saya gak belajar, saya punya yang bisa diandalkan buat di contek,
perkenalkan nih si Rara.
ADEGAN 3
Narrator: Di hari yang
sama Ahad 8 Mei 2017, bersamaan dengan bel masuk berbunyi datanglah Pak rendy
dengan penuh wibawa.
Pak Rendy:
Assalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi anak-anak.
Bersiaplah hari ini ulangan matematika!
Sena: Siap! Saya Sena sudah belajar, karena saya anak pintar.
Pak Rendy: Sena, tolong bagikan soal pada temanmu.
Sena: Siap! Saya bantu anda pak.
Narrator: 15 menit berlalu,
Pak Rendy memberi kode bahwa waktu ulangan selesai.
Pak Rendy: Waktu habis, kumpulkan!
Sena: Siap! 5 nomer sudah selesai semua. Karena Sena anak
pintar.
Pak Rendy: Coba, saya lihat pekerjaanmu Sena. Kamu yang paling
pintar dan biasanya mendapat nilai 100.
Pak Rendy: Saya akan baca pekerjaan milikmu, Sena.
- 1x1 = 2
- 2x2 = 4
- 4x4 = 16
- 5x5 = 25
- 25 x 25 =
625
Rena: Sena sombong tapi bloon. Aku saja tahu kalo 1x1 itu
jawabannya 1. Hahahahaha (sambil
mendorong bahu Sena)
Pak Rendy: Hush, diam semua. Yang lain tolong kumpulkan juga.
Kalian semua dengarkan nasehat bapak ya. Lihatlah Sena, si anak pintar. Sena
hanya salah 1 nomer yakni di nomer 1 dan kalian menertawakannya, padahal nomer
2-5 dia betul. Begitulah nantinya hidup di masyarakat. Orang lain hanya melihat
kesalahan kita saja. Sebaliknya melupakan hal benar yang kita lakukan meskipun
jumlahnya lebih banyak. Maka dari itu buatlah diri kalian orang yang selalu
belajar dari kesalahan. Sena itu murid pintar dan rajin belajar namun tidak menutup
kemungkinan dia melakukan kesalahan. Apalagi kalian yang sering salah dan
jarang benar. Jadi jika kalian ingin dihargai orang lain, maka belajarlah dari
kesalahan dan terus gigih berusaha.
Narrator: Setelah
mendengar nasehat dari Pak Rendy, semua siswa hanya terdiam termasuk Sena yang
hasil pekerjaannya saat itu dijadikan topik pembahasan.
ADEGAN 4
Narrator: Hari berikutnya yakni
Senin tanggal 9 Mei 2017, terlihat sebuah keributan didepan kantor, Bu Dhyta datang
ke madrasah.
Bu Dhyta: Pokoknya saya tidak mau tau!! Uang Rara yang hilang itu
sangat banyak. Pak guru harus mengusut dan mencari pelakunya.
Pak Rendy: Sabar Bu..
Pak Rendy: Sabar Bu..
Bu Dhyta: Saya sudah bersabar 3 hari kok. Kalo hari ini, pelakunya tidak ketemu maka
uang 500 rb tersebut saya anggap sudah disetorkan madrasah.
Pak Rendy: Baiklah, tapi ibu bisa ikut saya ke ruang kelas enggak?
Bu Dhyta: Tidak mau, karena saya sudah bukan murid madrasah lagi
pak.
Pak Rendy: Ya, saya sudah tau bu.
Bu Dhyta: Makanya saya sudah tau, jadi saya tidak mau ke kelas.Ditambah
lagi, saya juga tidak membawa buku dan bolpen.
Pak Rendy: Ya udah bu, bawakan buku saya saja.
Bu Dhyta: Nah kalo kayak gitu, sekarang saya mau pak.
Narrator: Akhirnya pak
rendy dan Bu Dhyta masuk ke kelas VIII. Di kelas VIII hanya terlihat Rara duduk
seorang diri.
Rara: Oh mama, kenapa datang ke kelasku.
Bu Dhyta: Ini pak guru mu lho, yang mengajak mama kesini.
Rara: Benarkah Pak Rendy??
Pak Rendy: Iya, betul Rara apa yang diucapkan mama kamu itu.
Bu Dhyta: Sebetulnya mama sudah menolak tapi pak gurumu memaksa
mama untuk membawakan bukunya
Rara: Tapi kan saya malu ma, pasti nanti teman2 ku mencemooh
dan mengejekku.
Bu Dhyta: Tidak usah takut, kalo mereka mengejekmu mama akan
tuntut mereka .
Narrator: Ditengah-tengah
percakapan Pak Rendy, Bu Dhyta dan Rara datanglah murid2 yang lain.
Dio: Wah ada murid baru nih, tapi kok udah tua ya. Hahahaha!
Rara: Dia itu mama saya, Dio.
Dio: Ohh.. kirain ibu mertua ku, Desi sayang, aku lega dia
bukan mamamu soalnya dia jelek sih. Hahahaha.
Desi: Ih apaan sih, aku kan udah ada yang punya. Iya kan, Oppa
Samy?
Dio: Oh Desi, hatiku hancur.
Desi: Maaf ya bukan urusanku, maaf Pak Rendy kenapa mamanya Rara
ada disini.
Narrator: Tiba2 suasana di dalam kelas menjadi hening, tak seorang
pun yang berbicara hanya dlm pikiran mereka yang saling mencurigai satu sama
lain.
Pak Rendy: Ini lo tentang uang Rara yang hilang.
Samy: Sebenarnya saya sudah menyelidiki kasus ini pak tapi
saya berhentikan karena adanya salah paham antara aku dan Dio.
Pak Rendy: Salah paham gimana.
Samy: Saya terlanjur menuduh dio, padahal saya tdk memiliki
bukti.
Pak Rendy: Mungkin memang benar Dio yang ngambil karena Dio anak
yang paling nakal di kelas.
Dio: Eh Samy kemaren kan udah beres keapa diungkit lagi.
Pak Rendy: Semakin kamu mengelak kamu semakin dicurigai.
Dio: Aku bukan mengelak tapi membela diri.
Samy: Tapi rasanya orang yang membela diri itu merasa bersalah.
Dio: (mendekat dan
mencekik Samy) Dasar kamu bermuka dua.
Samy: Tapi emang kamu kok.
Dio: (langsung
menendang samy) Dasar ketua kelas egois.
Narrator: Akhirnya Samy dan
dio terlibat perkelahiansengit, meskipun Pak Rendy dan Bu Dhyta di kelas tsb
bahkan Pak Rendy tidak melerainya, hanya menonton saja.
ADEGAN 5
Narrator: Kembalinya dari
sekolah Bu Dhyta masih penuh tanda tanya tentang hilangmya uang Rara.
Bu Dhyta: Rara kenapa tidak bilang ke Mama kalau uang nya hilang, sejak
awal.
Rara: Takutnya rara menambah beban pikiran mama, lagian mama
lagi kurang sehat (Bu Dhyta batuk)
tiba2 Bu Dhyta jatuh pingsan.
tiba2 Bu Dhyta jatuh pingsan.
Rara: (mencoba mencari
kotak P3K dirumahnya) Aduh aku harus bagaimana, kira2 obat apa ya (mengambil sesuatu dari kotak tersebut).
Narrator: Tiba2 terdengar suara handphone berbunyi dan ternyata Rara mendapat pesan singkat dari Pak Rendy.
Narrator: Tiba2 terdengar suara handphone berbunyi dan ternyata Rara mendapat pesan singkat dari Pak Rendy.
Rara: Oh ada sms dari Pak Rendy (membaca pesan): Rara ini Pak Rendy mau
tanya buku paket Matematika terbawa ibumu tidak? Waduh... (menuju kea rah mamanya untuk mencari buku
Pak Rendy) Mama kan nggak bawa tas masak iya sih, bukunya terbawa. Telepon Pak
Rendy aja (menelpon Pak Rendy dan
terdengar suara: Maaf pulsa anda tidak mencukupi
untuk melakukan panggilan ini).
Narrator: Begitu tahu tidak bisa melakukan panggilan tersebut maka Rara pun bertambah panik.
Narrator: Begitu tahu tidak bisa melakukan panggilan tersebut maka Rara pun bertambah panik.
Pak Rendy: Asalamualaikum...
Rara: Kok ada suaranya Pak Rendy, oh ya waalaikumsalam (bergegas membuka pintu).
Pak Rendy: Ada tidak bukunya Rara?
Rara: Maaf Pak, saya tidak tahu yang tau Mama saya.
Pak Rendy: Tanyakan ke Mama kamu dulu.
Rara: Iya Pak (masuk
kedalam rumah dan kembali ke pintu).
Pak Rendy: Sudah ditanyakan Rara?
Rara: Saya lupa Pak.
Pak Rendy: Sana tanyakan lagi (menangis
dan jongkook).
Rara: Aduh, saya lupa Pak.
Pak Rendy: (kaget, panik dan ketakutan)
Kamu kenapa?
Narrator: Tangisan Rara bertambah
kencang bahkan pertanyaan Pak Rendy tidak dihiraukanya.
Pak Rendy: Wah gawat (tengok
kanan kiri dan meninggalkan rumah Rara)
Rara: Pak Rendy, Mama tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Narrator: Rara berhenti
menangis dan mencari pak randy rarapun sibuk ,mencari Pak Rendy ia bergegas
memakai sepatu dan bersiap2 mencari Pak Rendy, Rara hendak berdiri dan rupanya Desi,
Rena Dan Sena datang ke rumahnya.
Rara: Oh maaf Pak Rendy sudah pergi.
Desi: (kebingungan) Pak
Rendy.
Rara: Iya kalian mencari pak Rendy kan? Aku juga sedang
mencarinya.
Rena: (menjitak Rara) Dasar
bloon! Gue, Desi dan Sena mau minta maaf, Sena kamu aja yang ngomong.
Rara: Iya aku maafkan, tapi kalian salah apa ya?
Sena: Gini rara sebetulnya ini idenya desi yang ngambil uang
kamu itu aku, tapi aku hanya ikut intruksinya Desi (menunjuk Desi)
Desi: Maaf ya, soalnya aku diancam Rena (menunjuk Rena)
Rara: Oh iya tidak apa2.
Desi: (celingukan dan
bingung, terus mengambil uang 500rb milik Rara yang disimpan di tasnya) Kami
nggak liat Pak Rendy. Ini uangnya masih utuh.
Rara: (masih tengok kanan
kiri mencari Pak Rendy)
Narrator: Ketika rara
masih mencari-cari Pak Rendy tengok kanan kiri, Desi menyerahkan uang milik
Rara sejumlah 500 ribu.
Desi: Emmm…. Kami minta maaf Rara, ini uangnya.
Rena: Nih anak lambat banget sih!! Gue mau cabut dulu ! (mengambil uang dari Desi, kemudian menyerahkannya
kepada Rara)
Desi: Rena, kamu kok ambil uangnya Rara?
Rena: Diem aja lo! Lagian berkat gue, uang ini kembali! Anggap
aja, ini uang balas jasa.
Desi: (bingung) Balas
jasa dari mana?!
Rena: Dengerin ya lo semua. Rara nggak jadi kehilangan uangnya
berkat gue ngajak kamu kesini! Emang sih, gue ngancam Desi agar ngambil uang
milik Rara. Berhubung Desi nggak punya nyali, dia minta bantuan Sena.
Sebetulnya nggak ada kaitanya sama kamu, rara. Hanya saja, gue benci sama Desi karena
dia ngejar2 gebetan gue. Ya udah, gue bosen disini. Gue cabut dulu ya.
Narrator: Rena pergi
begitu saja sambil membawa uang 100rb milik Rara.
Rara: (menghitung uang)
Kok cuma 400rb ya? Bukannya 500rb!?
Sena: Aduh... tadikan Desi
udah bilang kalo Rena ngutil uang 100rb milik kamu. Saya kasihan sama kamu (memegang bahu Rara)
Desi: Eh Sena!! Jangan pegang2 bukan muhrim tau, yuk kita
pulang aja!
Sena: Pulang saja dulu! Masih ada yang mau aku omongkan ke
Rara.
Desi: Ok, baik lah. Kalian berdua yang akur ya.
Sena: Don't worry be happy!
Narrator: Desi pun pergi, maka sekarang tinggallah mereka berdua, yakni
Rara dan Sena. Mereka melangkah masuk ke dalam rumah Rara. Dan tiba-tiba berteriak.
Sena & Rara: Aaaaaaaaaaaaaa!!!!! (bersamaan dilanjutkan menangis)
Narrator: Tangisan Rara & Sena semakin lama semakin keras. Hingga
mereka kelelahan dan akhirnya berhenti.
Sena: Rara, udah berhenti menangisnya!
Rara: Lha kenapa?
Sena: capek tau! Kamu gimana, merasa capek nggak??
Rara: Iya, saya berhenti menangis aja deh.
Narrator: Keheningan pun
meliputi rumah Rara.
ADEGAN 6
Narrator: Akhirnya Rara
dan Sena memutuskan untuk berhenti menangis dan mencari ide untuk membuat Bu
Dhyta sadarkan diri dari pingsan.
Rara: Sena, aku lupa kalo
mama itu sedang pingsan.
Sena: Iya sih, kamu
gak bilang sejak awal.
Rara: Maaf, terus
gimana dong solusinya?
Sena: Kita cari benda
apa ya, buat bangunin mama kamu?
Rara: (sambil
mencari sesuatu yang dapat membangunkan mamanya) Apa yaa?
Sena: (melihat kanan-kiri, atas-bawah) ahaaa, I have a god idea.
Kita pake kaos kakiku aja udah sebulan belom di cuci lhoo
Rara: iya juga sih, tapi manjur
apa engga?
Sena: pasti
bisa kok, tenang aja aku kan anak pintar ( mencopot kaos kaki yang dipakainya)
Rara: (sambil memegang
kaos kaki milik sena) Ayoo kita taruh di hidung mama..
Narrator: Setelah
Rara melakukan perbuatan yang kurang sopan itu ternyata mamanya juga belum
siuman mereka berdua bertambah panik.
Sena: Sebentar Rara, saya pegang denyut nadinya
dileher, wah bahaya tidak ada denyut nadinya.
Rara: (hanya
menangis)
Narrator: Rara tertunduk
sangat sedih, menagis tersedu-sedu, ternyata ibu Rara memiliki penyakit
jantung, dan telah meninggal, suasana menjadi sedih.
Sena: Rara ibumu sudah meninggal, ikhlaskan saja
Rara: (tetap menangis)
Narrator: Rara tetap
menagis hingga tidak lama kemudian rombongan Pak Rendy, Desy, Samy, Dio
dan Rena datang, mereka ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Bu Dhyta.
Pak Rendy: Rara tadi
saya mendengar percakapan kalian berdua sebelum masuk kesini
Desi: Iya benar, yang
dikatakan pak rendy, kami ikut sedih, yang tabah ya Rara (sambil mendekap tubuh Rara)
Narrator: Desi memeluk
Rara, suasana
duka menyelimuti rumah Rara.
Rara: (sambil memejamkan mata) Mama..jangan tinggalkan Rara
Bu Dhyta: Rara bangun…
Rara bangun..
Rara: (perlahan membuka
mata) Mama.... (langsung memeluk ibunya)
Bu Dhyta: Kamu kenapa
menangis? Pasti mimpi buruk yaa?
Narrator: Bu Dhyta mencoba
membangunkan dan menyadarkan Rara yang sedang mengigau dari tidurnya. Di sisi
lain Rara terlihat bingung. Dia masih belum benar-benar sadar
antara mimpi dan alam nyata.
Rara: Maafkan Rara ma, rara senang mama hidup kembali
Bu Dhyta: Kapan mama meninggal??
Rara: (terdiam masih
bingung) Maafkan rara mah sudah menghilangkan uang 500 ribu.
Bu Dhyta: Rara… kamu
jangan ngaco ibu tidak pernah ngasihkan kamu uang 500 ribu. Ayo buruan mandi
sudah jam 06.00 berangkat sekolah, inikan hari sabtu tgl 7 mei 2017. Katanya
hari ini setelah solat duha ada kegiatan ziaroh makam bersama.
Narrator: Rara
kaget namun bercampur bahagia karena kejadian sedih yang dialaminya hanyalah
sebuah mimpi.
Related Posts: