Monday, March 26, 2018

Sepatu Dahlan, Kegigihan Membuahkan Keajaiban


Keajaiban (miracle) jangan terlalu diandalkan, artinya kita enggak boleh tergantung pada keajaiban. Di sebuah sinopsis film Sepatu Dahlan ini tergambar betapa keajaiban dengan sendirinya datang pada anak manusia yang gigih mewujudkan mimpi-mimpinya. Belajar tak harus bersanding dengan fasilitas mewah, agar belajar itu memberikan dampak nyata ia tak butuh kelengkapan fasilitas yang wah dan canggih, ia tetap bisa diraih dengan ketekunan. Betapa banyak murid yang dengan gadget canggih justru ia terkendala dalam belajarnya, hanya konsen pada tawaran fitur gadget tersebut bukan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran namun hanya sekedar hiburan dan media sosial saja. Di sisi lain tidak sedikit anak dengan segala keterbatasan mampu mewujudkan prestasi yang cemerlang dalam belajar. Jangankan gadget canggih dengan koneksi internet super cepat, sepatu saja ia tidak memilikinya. Berangkat ke sekolah harus berjalan kaki, belum lagi medan yang ditempuh bukanlah jalanan mulus tetapi berupa sungai, ladang, kebun, hingga jalan setapak penuh tanaman berduri. Jika panas terik membakar ia tak pantang menyerah bahkan ketika kondisi siang hari sepulang dari sekolah. Sesampai di rumah ia harus nyabit rumput untuk makan kambingnya. Menjadi sukses bukanlah tanpa hambatan, dikala ia harus membagi waktu dengan belajar dan menyabit rumput, ia harus ekstra tenaga untuk berlatih dengan tim bola volly di sekolahnya. Ujian besar itu datang, ibunya jatuh sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit di kota sehingga ia dan adiknya dihadapkan dengan kondisi kelaparan yang sangat. Hanya dia dan adiknya saja di rumah tanpa ditinggali bahan makanan, namun rasa lapar yang sangat itu tidak menyurutkan semangat agar tetap bersekolah dan berlatih volly serta menyabit rumput. Dirinya memiliki semangat yang sungguh kuat, namun adiknya sedikit berbeda, adiknya belum mampu menahan rasa lapar yang membuat perut melilit. Maka ia sebagai kakak terpaksa memutar otaknya bagaimana cara agar adiknya itu mampu menahan rasa lapar yang hebat. Ia keluarkan jurus jitu yakni mengikatkan sarung di perutnya dengan kencang dengan maksud mengganjal perut yang keroncongan. Namun apa boleh buat, si adik yang masih kecil tetap saja enggak mampu bertahan mengatasi kondisi lapar tersebut.
Ini memang diangkat dari kisah asli yaitu biografi Dahlan Iskan, dengan kemasan film yang cerdas, mendidik dan cukup menghibur ini nasihat-nasihat positif mampu ditampilkan secara lugas dan mudah dipahami oleh siapapun. Sangat cocok untuk pendongkrak semangat bagi para pejuang sejati, pecinta belajar, para orang-orang yang tidak puas dengan belajar hingga ingin terus belajar, untuk anak-anak muda yang haus akan ilmu dan tantangan. Cocok juga bagi para guru yang ingin menularkan semangat kepada muridnya.
Ujian yang lebih berat tatkala ibunya yang pulang dari rumah sakit dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Meninggalnya sang ibu menimbulkan goncangan batin yang cukup mendalam pada dirinya. Disinilah pentingnya sang ayah untuk terus memompa, memberi dorongan agar cita-cita si anak tetap berkobar menyala.
Doa tulus yang dilantunkan sang adik yang rutin dipanjatkan pada Tuhan juga membuat keajaiban tersendiri. Doa orang-orang yang menyayangi kita, doa orang-orang terdekat, dan doa para guru ternyata sungguh penting selain doa yang dipanjatkan oleh diri sendiri. Doa sang adik agar kakaknya memiliki sepatu akhirnya terkabul. Memang cita-cita tersebut terwujud dengan sukses, namun jangan sangka terkabulnya doa dan cita-cita itu mulus tanpa hambatan, tanpa aral melintang, tanpa batu ujian. Kegagalan bisa saja terjadi berkali-kali, jatuh bangun yang tidak cukup sekali, terseok-seok menapaki jalan menuju sukses bisa jadi sangat menyita waktu dan menyedot habis energi, namun janganlah berputus asa. Kendor dalam semangat harus disingkirkan, kegigihan itu akan muncul kembali jika kita menilik apa tujuan awal dari semua yang kita lakukan. Kegigihan juga harus berteman dengan kedisiplinan. Dahlan yang masuk dalam tim volly tidak serta merta ia menjadi pemain kunci dalam tim atau secara langsung keahliannya terasah. Semuanya itu harus ia dapatkan dengan susah payah, pingsan ketika berlatih ia sudah mengalaminya. Berolahraga tanpa sarapan pagi membuatnya menjadi lemas, tubuh tanpa suplai makanan yang cukup membuat tidak kuat untuk aktivitas yang berat. Setelah siuman dari pingsannya ia justru mendapatkan rezeki makan gratis plus dibungkuskan nasi untuk dibawa pulang kerumah dihadiahkan buat sang adik.
Keajaiban sangat dekat dengan Orang yang gigih
Mana mungkin mengharap keajaiban sedangkan kita sendiri hanya berpangku tangan. Harus ada usaha melayakkan (memantaskan) diri kita di hadapan Tuhan untuk memperoleh keajaiban, keberkahan dan penjagaan serta rahmat Nya. Sudahkah kita melayakkan diri kita?
Contoh saja sebagai muslim jika ingin layak mendapat pertolongan Allah maka ia sendiri harus menolong agamaNya. Dengan apa itu? Tentunya gigih berjuang, berdakwah, serta mengajak orang untuk berbuat kebaikan. Bersemangat kita melakukan kebaikan hingga berlomba-lomba bergegas melakukan kebaikan. Menikmati ibadah sholat, puasa ramadhan, zakat, dengan penuh ketulusan, enjoy melakukan ibadah-ibadah tersebut tanpa merasa terbebani sebagai kewajiban berat. Jika yang wajib/ yang fardhu sudah mampu dilaksanakan dengan enjoy, maka mulai menyukai mendawamkan ibadah sunah, sholat sunah, shaum sunah, dan mencintai sunah-sunah yang telah diajarkan oleh Rasul.
Jika belum mampu melaksanakan ibadah dengan enjoy gimana caranya? Paksa diri sendiri, gigihlah memaksa diri sendiri untuk selevel lebih tinggi dalam setiap harinya. Kegigihan itu membuahkan keajaiban, Allah swt akan mendekat pada orang-orang yang berniat mendekatkan diri pada Nya. Luarbiasa jika kesadaran hati, pintu hati, kelapangan jiwa, itu semuanya sudah dimiliki.
Milikilah cita-cita tinggi dan mulia. Bolehlah memiliki cita-cita dunia namun jangan tertipu dengan keberhasilan di dunia saja. Tapi berharaplah hingga cita-cita mulia yakni mendapatkan surga milik Allah dengan ridho Nya. Jadi cita-cita jangan terbatas pada keinginan punya sepatu bagus, mobil bagus, rumah bagus, pengen jadi profesor, dapat beasiswa keluar negeri, dll. Namun ketika semuanya itu didapat namun ternyata enggak mampu mengarahkan pada jalan ke surga tentunya sia-sia saja. Tambahkan nilai plus pada cita-cita yang dimiliki, agar punya sepatu bagus yang nantinya mampu menjembatani amalan ahli surga, menjadi profesor yang memberi manfaat pada umat dan agama, mendapat beasiswa kuliah ke luar negeri yang mampu bermanfaat terhadap dakwah, lebih-lebih jika memiliki cita-cita menjadi presiden kemudian keajaiban datang dan menjadi presiden sungguhan, maka jadilah seorang presiden yang dengan status presidennya itu mampu mengantarkan kita ke surganya Allah swt.
Teraturnya dalam Barisan Jamaah
Tokoh Dahlan dalam film Sepatu Dahlan, ia memiliki prestasi tinggi dalam bidang olahraga, ia menjadi pemain inti dalam tim bola voli sekolahnya. Ia hebat bukan untuk dirinya sendiri, ia hebat juga bukan berarti tim tidak membutuhkan orang lain. Menonjolkan diri dalam sebuah tim itu tidak perlu, karena sejatinya tim itu adalah skill kehebatan kolektif/ bersama Dengan saling mensupport, mendukung, dan saling mengisi maka tim menjadi hebat. Jangan merasa paling hebat dalam sebuah jamaah. Barisan itu akan rapi jika ada irama langkah, ritme gerak yang sama dari anggotanya. So, tokoh dahlan tetap menaati aturan agar rutin latihan dengan anggota tim lain, ia harus memiliki jiwa korsa semangat kebersamaan yang tinggi. Jangan pernah juga mengorbankan kelompok hanya gara-gara memuaskan ambisi individu semata. Hilangkan sifat egois dan ketamakan pribadi, maka tim tersebut menjadi hebat karena diisi orang-orang yang punya komitmen. Kehebatan itu muncul bukan karena kesempurnaan yang ada pada tiap anggota tim, namun kekurangan yang ada pada tiap individu itu ditutupi oleh keunggulan orang lain dalam timnya.
Unduh film Sepatu Dahlan pada link berikut:
1. Sepatu Dahlan 2014 webdl.mp4 (1.02 GB)
2. Dilan 1990 (2018) webdl.mp4 (1.06 GB)
3. Merantau 2009 Bluray.mp4 (673.4 MB)
4. Rudy Habibie 2016 webdl.mp4 (548.9 MB)


Saturday, March 24, 2018

Paddington 2, Kecerdasan Sosial, Merubah Karakter & Lingkungan

Pernahkah mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan rumahmu? Mulai dari kebiasaan orang-orang yang tinggal hingga suasana yang kalian rasakan, kenyamanan, kedamaian atau sebaliknya kebisingan, keegoisan, kekasaran dari penghuni yang ada. Kamu terbawa lingkungan kah? Artinya lingkungan itu membawa kamu, mewarnai bahkan merubah karaktermu, atau perubahan seperti apa yang kamu rasakan? Nah, sobat semua jika hal-hal tersebut menginternalisasi hingga masuk dalam perubahan sikap dan karakter maka berarti kita adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana, kurang memiliki pendirian, mudah diwarnai lingkungan atau lebih parahnya mudah terbawa arus. Mungkin tidak masalah jika lingkungan baik yang mewarnai diri kita, yang jadi polemik adalah jika ternyata lingkungan yang kita tinggali adalah tempat yang tidak kondusif sama sekali, tempat yang tanpa aturan, buruk dalam tatakrama, tanpa etika, penuh kejahatan dan kecurangan-kecurangan. Ada peribahasa yang menarik mengenai kondisi tempat terhadap pribadi orang, yakni jadilah seperti ikan di laut yang tidak ikut asin meskipun air lautan itu memiliki kadar garam yang tinggi. Diharapkan kita itu menjadi seseorang yang memiliki prinsip hidup, tidak mudah terbawa arus kehidupan, tidak mudah terjebak pragmatisme jaman, jangan kehilangan nilai-nilai luhur di tengah-tengah lingkungan yang mungkin saja sudah rusak.
Jadilah Agen Kebaikan
Film animasi berjudul Paddington 2, menceritakan seekor anak beruang yang diberi nama Paddington telah berhasil merubah kondisi lingkungan dimana ia tempati. Yang ia rubah bisa jadi tidak besar secara fisik maupun visual, namun yang ia tularkan adalah rasa kesadaran menjaga nilai-nilai baik, menurut Paddington adalah nasehat (ajaran) bibi Lucy. Ia menjadi agen kebaikan, sehingga banyak orang yang mulai dekat dengannya, tidak hanya dekat namun tumbuh rasa saling menyayangi, saling membantu dan memiliki karakter sebagai orang baik. Bahkan ketika kondisi sulit yaitu manakala si paddington di dakwa bersalah atas tuduhan pencurian sebuah buku, sehingga harus masuk jeruji besi, ia tetap menjaga nilai-nilai kebaikan itu ada dalam dirinya. Mampu merubah lingkungan penjara menjadi tempat yang lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Ia melakukan perubahan kecil dimulai dari dapur. Ia menularkan sikap kebaikan pada si koki yang bernama Knuckles. Dari sanalah bersemi benih persahabatan yang tulus didasari oleh sikap menjaga dan menghormati. Film animasi yang cukup bagus untuk mengajarkan nilai-nilai kepedulian sosial.
Agen kebaikan itu pada dasarnya harus mampu bertahan di segala kondisi dan segala tempat. Ia tetap tegar dan memiliki peran yang nyata untuk mewarnai lingkungannya. Ia memiliki misi besar merubah lingkungan dan penghuni yang tinggal di dalamnya. Ia menanamkan kesadaran akan pentingnya berbuat baik, akan manfaat saling membantu, keuntungan dari terwujudnya kondisi yang nyaman, tentram dan penuh kedamaian. Memberikan sumbangsih besar itu dimulai dari berpartisipasi akan hal-hal yang kecil. Lompatan yang besar dan tinggi sebaiknya diawali dengan lompatan-lompatan yang kecil, selain berguna sebagai praeksekusi juga bermanfaat untuk menyiapkan kondisi tubuh. Hal ini berarti lompatan besar yang terjadi dalam hidup kita akan benar-benar optimal manakala kita terlatih (terbiasa) melakukan lompatan-lompatan kecil. Amal yang besar bisa saja dilakukan tanpa ada awalan amal yang kecil, namun alangkah baiknya jika kebiasaan untuk melakukan amal kebaikan meskipun skalanya kecil senantiasa rutin dilakukan sehingga apabila berhasil melakukan amalan yang besar mampu dijaga keistiqomahannya. Kita tidak berharap air banjir yang datang sekaligus namun sungai yang mengalir terus menerus meskipun debit airnya sedikit, sungai alami yang tetap mampu bertahan di kemarau panjang sebagai mata air sumber kehidupan bagi lingkungan sekelilingnya. Maka kebermanfaatan yang dirasakanpun lebih optimal jika ada keistiqomahan di dalamnya.
Prinsip Berkesinambungan
Istimroriyah, kontinyuitas, tak lelah beramal, tak berhenti berkarya adalah prinsip agen kebaikan. Besarnya masalah yang dihadapi justru membuatnya gigih beraktivitas, memompa kobaran semangat, tertantang dirinya untuk menaklukan permasalahan.  Semakin besar masalah atau semakin tinggi tingkat kesulitan dari ujian yang datang, maka berbanggalah karena saat itu kita berada pada level tertinggi. Logika sederhananya seperti level dalam sebuah game di hp, komputer, internet dsb. Level 1 memiliki kesulitan tingkat 1, semakin bertambah levelnya bisa jadi musuhnya semakin bertambah dan kesulitan menjadi dua kali lipatnya. So, buat apa sedih, mengeluh, protes, marah-marah yang tidak berujung gara-gara masalah hidup yang dihadapi bertambah banyak, justru yang dilakukan semestinya adalah bersemangat untuk menghadapi masalah.
Kembali kedalam cerita Paddington tadi, ia tertuduh dan di penjara, namun masalah tersebut tidak membuatnya terpuruk, ngambek bahkan menghilangkan jati dirinya sebagai agen kebaikan, ia juga tidak berputus asa atas tuduhan sebagai pencuri yang tidak ia perbuat. Alih-alih mengelak dari tuduhan, ia malah mampu membangun kekuatan persahabatan dan menebarkan nilai-nilai kebaikan.
Dalam film saja banyak nilai kehidupan yang kita petik, apalagi kita sebagai pemeluk agama Islam yang dengan predikat (label) "muslim" seharusnya berbangga, kok kenyataannya malah kitalah yang terpuruk, terbelakang, mungkin termiskin. Memang kadar ketakwaan tidak ditentukan miskin kaya, pintar bodoh, maju ataupun terbelakang. Namun dibalik yang terjadi kebanyakan saat ini adalah tidak adanya kesadaran diri bahwa muslim itu adalah predikat terbaik, artinya manusia terbaik. Pribadi yang unggul tentunya mampu membawa kedamaian, kebermanfaatan dan juga pencerahan kepada lingkungan beserta orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Agen muslim mampu mewarnai masyarakat dan lingkungan yang kusam, menjadi lebih terang dan indah. Dengan apa kita mewarnai dunia? Dengan ajaran islam itu sendiri, jika masing-masing pribadi muslim melakukan tuntunan yang sesuai syariat maka pribadi unggul itu benar-benar melekat secara penuh. Bukan cap teroris, bukan cap plagiat, bukan cap bodoh, ataupun cap-cap yang lainnya yang diarahkan pada muslim. Ada 2 kemungkinan cap (julukan) itu muncul karena di framing (sengaja dilakukan oleh pihak yang anti Islam) dan cap itu muncul karena memang tingkat kesadaran umat yang rendah. Di Indonesia sepertinya alasan kedua yang lebih dominan. Kita jumpai orang yang ngakunya muslim namun shalat fardunya saja gak lengkap, sholat subuhnya gak pernah, dhuhurnya sering ditinggalkan apalagi kalo masalah baca Quran, bermacam-macam alasan yang mendorong untuk enggan membaca Al Quran. Nah ini tipe umat Islam yang mana? Kok masalah ibadah pribadinya saja banyak yang rapuh, urusan kewajiban dengan sang khaliqnya saja banyak yang diingkari, gimana mau juara, letak hebatnya dimana coba? Maka wajar saja kata unggul untuk umat ini masih jauh, pemeluknya saja kurang layak dijuluki muslim sejati. Islam terlihat jelek itu bisa jadi karena umatnya yang payah. Saat ini Islam mungkin kalah bukan karena musuhnya yang kuat, namun umat musllimnya saja yang lemah, loyo, mereka belum punya prinsip dasar Islam yang bagus.
Yups, jangan mau kalah dengan nilai-nilai kebaikan dari sebuah film animasi. Sebagai muslim itu banyak yang bisa kita perbuat untuk agama ini, untuk umat, bangsa dan negara. Caranya berbenah diri dengan memperbagus hubungan dengan Allah swt, so pasti keunggulan secara pribadi bahkan umat mampu disandang dan direbut kembali yang selama ini hilang dari umat muslim. Umat Islam ini menjadi umat yang terbaik bagi semesta alam syaratnya yakni dengan menjalankan ajaran Islam secara kaffah, syamil mutakamil, menyeluruh, dari aspek ubudiyah, sosial bahkan segi politik, umat ini harus mampu memberi warna. Mewarnai atau terwarnai? That is the choice, every single choices has own consequences. Pilihlah jalan yang sudah dicontohkan oleh Rasul yakni jalan dakwah. Terlahir untuk mewarnai, terlahir untuk berkhidmat, terlahir untuk mencerahkan, berkontribusi memberikan manfaat untuk umat dan alam semesta.
Unduh film animasi berikut ini dengan klik link:

Saturday, March 17, 2018

Pecinta Sejati, Taat & Meneladani

Yang setia, yang mengikuti arahan, dan otomatis mengerjakan perintah. Kita setia terhadap negara kita maka berarti menerima segala konsekuensi manakala negara ini membutuhkan pengorbanan dari para warga negaranya. Bukti sejarah menyebutkan bahwa banyak para pahlawan negeri ini yang gugur mengorbankan jiwa mereka demi kemerdekaan bangsa Indonesia. Kesetiaannya terhadap sang ibu pertiwi dibuktikan dengan bersimbah darah bertempur melawan penjajah asing. Para pahlawan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, memperjuangkan kemerdekaan, melawan segala bentuk penindasan terhadap rakyat. Mereka tidak taat terhadap pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu, sikap loyalnya terhadap amanat bangsa dan negara demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sudut pandang para pejuang adalah hidup merdeka, rela mati daripada berada dalam penindasan penjajahan pihak asing. Mungkin para pahlawan akan bersedih hati jika melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, kemerdekaan yang diperoleh dengan susah payah penuh pengorbanan ribuan nyawa melayang, ternyata saat ini kemerdekaan itu hanya sekedar tataran wacana, retorika kata tanpa perwujudan nyata. Nyatanya banyak rakyat yang masih hidup kesusahan, nyatanya sebagian besar lulusan sarjana malah menjadi pengangguran, nyatanya kekayaan alam negeri ini belum mampu mengangkat martabat dan tingkat kemakmuran rakyat, lha dimana letak merdekanya?
Sumbangsih Setiap Warga Diperlukan
Peran serta nyata dari masyarakat yang cinta pada kemajuan bangsa dan negaranya adalah bisa diwujudkan dengan taat membayar pajak. Jika rakyatnya sudah taat membayar pajak maka diharapkan negaranya memiliki pendapatan yang optimal dari sisi pajak, itupun seandainya diperuntukkan untuk pembangunan dan program kesejahteraan rakyatnya. Bisa dibayangkan jika banyak warga yang cinta terhadap kedaulatan NKRI ini melaksanakan kewajiban membayar pajak, taat dan setia terhadap aturan hukum yang berlaku maka bukan hal yang aneh manakala peradaban bangsa ini menuju martabat yang tinggi menuju Indonesia maju itu terwujud, Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang saja. Coba fakta sekarang apa yang sedang terjadi? Si pemimpin sepertinya habis akal untuk memajukan negara dan bangsa, malah justru utang menumpuk, banyak janji  kampanyenya terlupakan alias mangkrak tidak terealisasi. Wajar jika rakyat memberikan label si pemimpin dengan julukan pinokio alias si hidung panjang karena hobinya tipu-tipu.
Kisah Pecinta Yang Setia dan Punya Komitmen
Sebut saja kisah ini adalah cerita pengantar tidur yang dibumbui dengan lika-liku pemuda pemudi yang dipenuhi perasaan saling menyukai. Orang yang memegang komitmennya biasanya memiliki integritas kepribadian yang tidak diragukan lagi, orang lain akan segan, menghormati dan memandang takzim padanya. Sebaliknya terhadap orang yang tidak memiliki integritas kepribadian maka sikap yang ditunjukkan adalah  makian, hujatan, celaan, mungkin bisa juga sumpah serapah. 
Alkisah jaman dahulu kala di suatu perkampungan hiduplah pemuda miskin yang jujur, kemiskinannya tersebut bukan akibat dari kejujurannya, melainkan di desa ia tinggal kebanyakan rakyatnya hidup miskin. Orang yang kaya dan memiliki harta berlimpah jumlahnya tidak banyak. Tinggalah juga di kampung tersebut seorang gadis cantik, ia giat bekerja, orangtuanya dari pihak keluarga berada. Banyak pemuda yang ingin melamar dirinya, termasuk pemuda miskin tadi. Pada suatu kesempatan si pemuda berhasil mendekati si gadis dan membisikkan suatu hal yakni ia ingin melamar dirinya agar menjadi istri yang sah. Si gadis pura-pura tidak mendengar bisikan sang pemuda tadi, ia hanya berlalu di hadapan pemuda tanpa bereaksi sama sekali.
Sang pemuda tidak kalah gigihnya, ia membisikkan kalimat yang sama manakala berkesempatan mendekati si gadis. Saking frekuensi yang terlalu sering dan responnya sama yakni tidak ada tanggapan sama sekali, semangat si pemuda hampir saja pudar. Suatu saat ketika ia mulai putus asa, ternyata si gadis menjawab bahwa ia mau menjadi istrinya asalkan dengan satu syarat si pemuda harus berlomba bertarung dengan pemuda lainnya yang juga memiliki niatan melamar dirinya.
Akhirnya hari perlombaan tiba, terkumpul 7 pemuda termasuk si pemuda miskin. Mereka bertanding satu sama lain untuk saling mengalahkan, ternyata sama-sama kuat. Tantangan kedua yaitu ketujuh pemuda tadi berlomba mengambil air di telaga yang berada di desa tersebut. Sampai suatu musibah terjadi yakni tiba-tiba tanggul yang berada di pinggir danau jebol oleh ombak misterius, ketujuh pemuda tadi terkena ombak, 5 pemuda terseret arus. Tinggal si pemuda dan temannya. Kondisi kelelahan di dalam air membuat mereka berdua tak mampu menolong kelima pemuda lainnya. Mereka berdua lapar, salah seorang diantara mereka mendapatkan ikan, lalu dimakanlah ikan mentah tersebut. Singkat cerita si pemuda miskin merasa haus hingga minum air sebanyak-banyaknya tanpa menyadari dirinya telah berubah bentuk menjadi ikan dari badan hingga kakinya. Temannya segera bergegas berlari ketakutan dan memberitahu penduduk setempat termasuk si gadis. Karena terlanjur berjanji pada sang pemuda maka si gadis tetap menunggu calon suaminya itu dan tidak mau menikah dengan pemuda lain.
Cerita diatas hanyalah sekedar dongeng atau hikayat tentang seorang perempuan yang berkomitmen terhadap janjinya, ia tidak mau mengingkari janjinya meski pemuda yang mencintai dirinya telah berubah menjadi ikan. Bagaimana rasa cinta telah menumbuhkan ketaatan dan kesetiaan terhadap pasangan.
Kesetiaan Menjadi Hal Yang Langka
Saat ini banyak cinta tak mampu bertahan dalam pembuktian berjalannya waktu. Cinta bertahan hanya pada masa pacaran, setelah menikah hanya bosan dan penyesalan. Kadangkala belum sampai ke jenjang pernikahan sudah mengalami percekcokan hingga perpisahan jalan terbaik. Yang sudah fase pernikahanpun terkadang ketidakcocokan itu justru muncul hingga perceraian menjadi jalan yang diambil. Bukan dikalangan remaja atau keluarga muda saja, bahkan selevel artis, kyai, tokoh pun kerap terjadi. Hal ini membuktikan bahwa cinta sejati itu yang bisa membuktikannya adalah waktu. Karena hanya dengan waktulah kesetiaan dari cinta dapat diukur, variabel lain tidak ada yang mampu memaknai cinta secara jujur. Artinya mereka yang sanggup bertahan saling mencintai hingga menua itulah yang memang benar-benar membuktikan kesetiaan dan komitmen cintanya, fisik boleh saja menua dan keriput namun cinta dan pengorbanan terhadap pasangan tak lekang oleh zaman. Hal ini memang langka terjadi, meskipun tetap ada. Pada dasarnya cinta terhadap makhluk atau sesama itu cinta fana yang akan berubah tergantung variabel cintanya; paras cantik, harta kekayaan, warisan, jabatan, bahkan tempat tinggal, dsb. Ketika semua variabel cinta semakin berkurang bahkan hilang dengan berjalannya waktu, maka kualitas cinta pun sirna. Karena hal tersebut cintanya bersifat materi yang tidak kekal. Mana ada wanita yang parasnya akan selalu cantik, kulitnya kencang, halus, pastilah keriput ketika umurnya terus bertambah. Usia lanjutnya telah membuat tubuhnya tidak indah lagi secara fisik. Maka jika variabel cintanya karena kecantikan pastilah hanya bertahan ketika si pasangan di usia 40, jika sudah mendekati 50 sudah melirik orang lain. Sebaliknya perempuan yang cintanya karena suaminya kaya raya, maka hartanya hanya bertahan 10 tahun setelah itu habis, maka habis pula cinta pada suaminya.
Tidak tepat jika cinta itu disandarkan pada manusia atau sesama makhluk. Tahukah jawabannya, pada siapakah seharusnya cinta itu benar-benar dicurahkan? Sebagian besar dari kita sepertinya sudah tahu dan paham jawabannya. Yang masih perlu diperbaiki adalah bukan jawabannya namun pembuktian cinta kita terhadap Rabb, Sang Khaliq, pencipta diri kita, alam semesta dengan segala isinya. Pembuktian cinta itu adalah taat pada perintahNya. Wujudnya kesetiaan kita pada Rasul adalah dengan meneladani beliau. Hingga cinta Allah dan RasulNya menjadi benar-benar nyata kita miliki yakni dengan pembuktian dalam bertindak, berperilaku, berbuat sesuai dalam koridor syariat. Pecinta sejati itu adalah yang taat dan mau meneladani sosok yang dicintai. Cinta pada manusia itu sah-sah saja, asalkan cinta pada orang yang tepat dan pantas untuk kita cintai, dengan tujuan rasa cinta tersebut mampu mendekatkan pada cinta yang hakiki pada Allah dan Rasulnya.
So, jika pemimpin sudah cinta pada Allah dan RasulNya, enggak mungkin deh ia melanggar janji, sumpah jabatan, apalagi menipu jutaan rakyatnya. Karena ia takut akan pertanggungjwabannya di hadapan Sang Khaliq. Rasulullah adalah teladan sejati bagi para pemimpin negeri yang benar-benar ingin memajukan bangsanya, memakmurkan negerinya, memberikan kesejahteraan yang layak pada penduduk yang tinggal di wilayah yang ia pimpin. Pilihlah pempimpin yang memilih dirinya taat pada Allah dan RasulNya, bukan pemimpin yang taat pada antek asing apalagi kapitalis.
Berikut sajian teks narrative faithful lovers tale:
The Faithful Lovers
The following story will be special for each of you who want to know the real meaning of love.
Hmm, there once lived a chief's daughter who had many admirers. All the young men in the village wanted to have her for a wife and were all eager to fill her skin bucket when she went to the brook for water.
There was a young man in the village. He was a good hunter; but he was poor and had a mean family. He loved the maiden and wished he could marry her. So, one day when she went for water, he threw his robe over her head while he whispered in her ear: “Will you marry me?”
For a long time the maiden acted as if she hadn’t heard anything, but one day she whispered back saying that she would be willing to marry him if he took a scalp.
So he made a war party of seven, himself and six other young men. Before they started, they sat down to smoke and rest beside a beautiful lake at the foot of a green knoll that rose from its shore. The knoll was covered with green grass and somehow as they looked at it they had a feeling that there was something about it that was mysterious or uncanny.
One of  the lover’s friends was so curious about it that he ventured into the knoll. Four of the young men followed. Having reached to the top of the knoll, all five began to jump and stamp about in sport.
But, suddenly they stopped. The knoll had begun to move toward the water. It was a gigantic turtle! The five men cried out in alarm and tried to run, but it was too late! They cried; but the others could do nothing. In just a few moments, the waves had closed over them.
The other two men: the lover and his friend went on, but with heavy hearts. After some days, they came to a river. Worn out with fatigue, the lover threw himself down on the bank. Fortunately, the lover’s friend came up to help him.
The following day, his friend told him that he found a fish which he had cleaned and asked him to eat the fish together. The lover said that if he ate the fish, his friend had to promise to fetch him all the water that he could drink. When they had eaten, the kettle was rinsed out and the lover’s friend brought it back with full of water. The lover drank the water at a draught. Again his friend filled the kettle at the river and again the lover drank it dry but still asked for more water. The lover’s friend then took the lover to the river. When the lover saw the river, he walked to the river, sprang in, and lying down in the water with his head toward land, drank greedily.
Then, he called out his friend. The friend came and was amazed to see that the lover was now a fish from his feet to his middle. Sick at heart, he ran off a little away and threw himself upon the ground in grief. After a while, he returned to find that the lover was now a fish up to his neck.
The friend went home and told his story. There was great mourning over the death of the five young men and for the lost lover. In the river, the lover had become a great fish and its fin was just above the surface. Canoes had to be portaged at great labor around the obstruction.
Meanwhile, the chief’s daughter mourned for her lover as for a husband and nobody could comfort her. Day by day, she sat inside her mother’s tepee with her head covered with her robe, silent, working, and working. Whenever her mother asked, the maiden did not reply.
The days lengthened into moons until a year had passed. And then the maiden arose. She left her mother’s tepee with holding lots of things in her hands. There were three pairs of moccasins, three pairs of leggings, three belts, three shirts, three head dresses with beautiful feathers, and sweet smelling tobacco.
One day she had a new canoe made. Then, the next morning she stepped into the canoe and floated slowly down the river toward the great fish. Her canoe came and stopped to the place where the great fin arose. One by one she laid her presents on the fish's back, scattering the feathers and tobacco over his broad spine.
“Oh, fish,” she cried, “oh, fish, you who were my lover, I shall not forget you.. Because you were lost for love of me, I shall never marry. All my life I shall remain a widow. Take these presents. And now leave the river, and let the waters run free, so my people may once more descend in their canoes.” Slowly the great fish sank, his broad fin disappeared, and the waters of the St. Croix (Stillwater) were free.


Related Posts:
3. Download Listening UN 2017

Sunday, March 11, 2018

Pulau Komodo, Habitat Khusus & Ikon Global

Taman Nasional Pulau Komodo sebagai habitat asli hewan komodo yang berasal dari Indonesia menjadi salah satu ikon keajaiban dunia terbaru dari 7 keajaiban dunia yang sudah ada. Hal ini berdasarkan polling yang dilakukan oleh salah satu situs media internasional pada tahun 2011. Indonesia sebagai negara pemilik taman nasional ini memiliki tanggung jawab dalam pelestarian dan menjaganya dari kepunahan. Rasa bangga sebagai salah satu bagian dari dunia Internasional yang terlibat aktif dalam cagar alam hewan langka dengan penakaran di habitat aslinya. Pulau Komodo ini terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur, yakni sebelah timur pulau sumbawa dan sebelah barat pulau Flores. Sebetulnya cagar alam ini sudah lama sekali sebelum diumumkan secara Internasional, yakni pada tahun 1938. Bahkan saat itu Indonesia belum mendeklarasikan kemerdekaannya, masih dalam kungkungan penjajahan Belanda. Dan selanjutnya dijadikan taman nasional pada tahun 1980 yang luas areanya hampir 520 km persegi atau 200 mil persegi. Meskipun pulau tersebut sebagai habitat asli komodo (Komodo Dragon), namun tetap dihuni oleh penduduk setempat sekitar 450 jiwa, sensus tahun 2002.
Sungguh luar biasa, pulau ini akhirnya menjadi ikon dunia sebagai pulau khusus untuk hewan langka yaitu Komodo, artinya di negara lain tidak memilikinya only in Indonesia. Pulau Komodo menjadi destinasi istimewa yang mampu mempromosikan keberadaan Indonesia di mata Internasional dalam aspek pariwisata. Tempat ini bisa dijadikan sebagai pusat studi ilmiah mahasiswa bahkan peneliti pemerhati fauna langka. Keberadaan Komodo dengan segala kekhasannya merupakan aset bangsa dan saat ini telah menjadi aset dunia dalam program cagar alam ataupun pelestarian hewan langka. Maka sudah selayaknya rasa bangga sebagai warga negara yang menjaga kelestarian alam baik flora dan fauna, diikuti dengan rasa tanggungjawab. Kenapa? Alasannya adalah dengan sikap tanggungjawab dari masyarakat maka misi tersebut dapat dijalankan dengan lancar. Sikap tanggungjawab ditanamkan kepada masyarakat & pihak yang terkait, antara lain pemerintahan propinsi dan warga sekitar pulau komodo. Pemerintah pusat juga bertanggungjawab membantu kelancaran dalam bidang transportasi dari aspek fasilitas (karena ini destinasi wisata dunia), dan yang tak kalah pentingnya adalah undang-undang yang melindungi hewan tersebut manakala terjadi pelanggaran maka pelaku bisa dijerat hukum atau dipidanakan bahkan menghukum pelakunya dengan sanksi yang berat.
Ikon Global
Apa sih daya tarik dari hewan ini? Mungkin karena langkanya, alias hampir punah akhirnya menjadi istimewa. Sebetulnya komodo adalah hewan pemalu karena jika banyak pengunjung maupun wisatawan yang datang kadangkala komodo asyik di persembunyiannya. Sehingga hal tersebut perlu trik khusus dengan cara pemberian makan. Menu utama bisa ayam hidup, potongan daging babi atau potongan2 daging/tulang kambing mentah. Agar potensi wisata ini bisa dioptimalkan maka perlu promosi secara masif baik regional maupun tingkat internasional. Penanaman kesadaran pada warga setempat itu sangat penting. Dengan pelibatan langsung maka sense of belonging-nya tumbuh, mereka bisa dilibatkan sebagai pemandu wisata, dalam bisnis penginapan, restoran atau bahkan hingga sewa perahu, aneka souvenir, foto, dsb. Kreatifitas dipadu dengan teknologi informasi sangat berpeluang menjadikan pulau komodo sebagai ikon global destinasi wisata fauna internasional, sekaligus menumbuhkan industri ekonomi kreatif warga setempat.
Data mencatat pada bulan Agustus 2009 terdapat 1300 ekor komodo, kemudian masih ada beberapa ratus ekor di pulau Rinca, flores dan Gili Motang.
Berikut teks deskripsi tentang komodo dan habitatnya
Komodo Island National Park, national park in south central Indonesia, occupying most of the island of komodo, which lays in Indonesia archipelago, east of the island of Sumbawa and west of the island Flores. First protected in 1938 and founded as a national park in 1980, komodo island nationl park covers 520 sq km. The island has just one village of about 450 people.  The island's volcanic slopes are generally hot and barren, through briefly during the annual monsoon season  they turn green. A few tall lontar palm trees grow on the hill slopes, and tamarind trees (tropical evergreens) are found around the village.
The island of komodo is one of the view remaining areas inhabited by the komodo dragon, which is protected in Indonesia. Komodo dragons are giant monitor lizards that roam wild over the island. They measure up to 3 meters long, weigh up to 135 kg, and can live 100 year. Park officials regularly supply pig and goat carcasses to attract the lizards to viewing areas for tourists. About 1,000 of the dragons are known  to live on the island of komodo, another 1,000 live on the neighbouring island of Rinca.

Related Posts:

Wednesday, February 28, 2018

Ekskul, Penindasan Berujung Pada Pemberontakan

Film Ekskul tahun 2006 yang diangkat dari kisah nyata tentang kehidupan seorang pelajar yang berakhir dengan bunuh diri. Tokoh Joshua yang digambarkan sebagai remaja dari keluarga yang ayah ibunya super sibuk, si ayah yang bersikap keras dan ditambah lagi ia dibully oleh geng (yang tidak lain temannya sendiri) di sekolahnya. Namun proses pembully-an yang disasarkannya tiap hari padanya ini justru semakin hari semakin membuat Joshua bertambah dendam pada geng tersebut hingga puncaknya ia melakukan  penyekapan terhadap 3 orang cowok yang tidak lain adalah geng yang suka menganiaya dirinya dan ditambah 3 orang cewek. Kejadian tersebut menjadi adegan utama dengan alur flashback maju-mundur-maju, menceritakan penyebab dari tindakan penyekapan tersebut. Dengan keberadaan Joshua yang kebetulan awalnya adalah siswa yang pintar dan bagus di bidang olahraga, kemudian didorong rasa iri, ia dijebak temannya yaitu diadu domba dengan anggota timnya. Ia dituduh melakukan tindakan jahil alias usil karena menaruh bangkai kucing di loker teman setimnya tersebut. Itulah penyebab 3 orang temannya membalas dendam dengan membully Joshua setiap hari. Sejak saat itulah Joshua dibikin malu, dianiaya, dan direndahkan sampai kekerasan fisik di depan murid-murid yang lain. Ini sangat membekas terhadap kejiwaan Joshua, ia tidak merasa nyaman lagi berada di lingkungan sekolah, sedangkan ketika ia pulang ke rumahpun mengalami perlakuan yang sama. Ia sering kena marah oleh ayah, ditambah ibunya yang judes dan kurang pengertian pada Joshua. Sikap ayahnya yang suka melakukan kekerasan fisik berdampak pada mental Joshua, ia menjadi pemurung, pendiam, suka menyendiri dan menutup diri terhadap orang luar.
Proses kejiwaan remajanya di sisi lain juga bergejolak, dari kejadian ia di pelonco habis-habisan di toilet hingga digantung di gerbang sekolah depan banyak siswa sambil diteriaki, disoraki, dan dilecehkan baik fisik maupun mental membuatnya depresi. Puncaknya ia memutuskan untuk bunuh diri dengan membeli sebuah pistol plus sebutir peluru dari seorang kriminal. Sebelum ia berencana bunuh diri, ia melampiaskan kekesalannya kepada teman yang selama ini menindasnya, membully, merendahkan, melecehkan dirinya. Cara yaitu ia membuat panggilan palsu mengatasnamakan guru BK yang ditujukan terhadap target (para korban). Rencana itu sukses dan akhirnya terjadilah penyekapan. Ia melakukan penyekapan atau penyanderaan itu sebetulnya bertjuan ingin memberi pelajaran pada temannya agar jera. Sekaligus memberitahu kepada publik bahwa selama ini terjadi pembully-an di sekolah itu. Ia ingin teman-temannya tadi juga merasakan gimana rasanya ditindas, diperlakukan kasar, disiksa dan dilecehkan. Yap, perilaku Joshua yang aneh ini pun sebagai imbas perlakuan orang lain yang kasar terhadap dirinya. Kejadian penyanderaan itu menjadi liputan media televisi, aparat polisi diterjunkan untuk menangani kejadian ini. Meskipun akhirnya polisi juga menemukan jalan buntu, yang pada endingnya justru Joshua mengarahkan sebutir peluru tersebut ke kepalanya sendiri.
Keluarga Yang Menjadi Benteng Akhir
Film yang diangkat dari kejadian nyata tersebut menggambarkan dampak buruk terhadap mental seorang korban karena diperlakukan semena-mena. Ketidakadilan itu biang masalahnya. Sejatinya masalah tidak akan kronis jika keluarga yang menjadi tempat berlabuh memiliki nuansa nyaman dan menyejukkan hati. Sepulang beraktivitas entah dari sekolah maupun bekerja jika itu orang dewasa, maka jika di rumah suasananya kacau dan cekcok, hawa penuh emosi dan panas, konflik antar anggota keluarga, ayah dengan anak, atau suami dengan istri, dsb maka semakin menambah seseorang merasa terpuruk sehingga mencari pelarian solusi yang terkadang salah arah, kalopun tidak mencari dunia luar maka berdampak pada masalah kejiwaan orang tersebut biasanya tiba-tiba menjadi pendiam, penyendiri, pendendam, merasa paling terhina sendiri dan masalah-masalah mental hingga depresi. Lebih-lebih jika dialami oleh seorang pelajar tingkat SMA yang notabene sedang mengalami masa pubertas, masa remaja sebagai momen pencarian jati diri, gejolak emosi yang belum stabil, butuh pengakuan diri, butuh penghargaan dan cenderung bergaul dengan orang yang bisa menerima keadaannya. Terkadang mencari teman yang senasib yang akhirnya membentuk sebuah geng, jika tidak bisa diarahkan lagi memunculkan perilaku menyimpang menimbulkan keresahan di masyarakat.
Maka menjadi penting manakala rumah atau keluarga tersebut juga ikut membantu mengarahkan sekaligus mendidik putra-putrinya ketika berada di lingkungan keluarga, tidak mengandalkan sekolah ansich. Begitu pentingnya keluarga sehingga jika seorang anak yang tinggal atau berasal dari keluarga yang broken home maka membawa dampak negatif personal terhadap remaja. Ini terus berdampak pada pergaulannya, prestasinya terkadang menurun, hingga pelarian pada drugs dan narkotik bahkan kekerasan seperti berkumpul dengan anak sejenis, senasib, membentuk geng.
Perlunya Mentoring Remaja
Pentingnya mentoring yang diadakan di sekolah-sekolah sejatinya membentuk karakter remaja yang senantiasa dibimbing, diarahkan dan disadarkan tentang jati dirinya sebagai manusia yang memiliki keunggulan dan keistimewaan dibanding makhluk lain. Dengan pendekatan spiritual remaja diarahkan pada penanaman kepribadian dan integritas yang baik,  dihadapkan pada masa depan dan cita-cita luhur sebagai generasi penerus yang memiliki kepribadian tangguh, disiplin, memiliki etos tinggi, daya dobrak dan kreativitas yang memang dibutuhkan untuk membawa bangsa ini maju. Pembinaan secara berkesinambungan sangat dibutuhkan karena secara psikologis remaja juga masih labil. Diskusi ilmiah, aktivitas ekskul di sekolah yang positif agar dioptimalkan untuk mengembangkan talenta para remaja agar tidak terjebak dan terjerumus pada perilaku menyimpang.
Catatan kecil dari film ekskul ini memberi kesimpulan bahwa seseorang yang tertindas berdampak pada sikap mereka yang lambat laun memunculkan dendam yang sewaktu-waktu akan digunakannya untuk membangkang, memberontak, melawan atau jika depresi tingkat tinggi/putus asa itu berujuang pada bunuh diri, sebuah perbuatan yang sangat dicela dalam agama.
Rakyat Yang Tertindas, Bom Waktu Yang Siap Menggulingkan Penguasa Tirani
Di tahun politik ini rakyat mulai belajar dari pengalaman, melihat kinerja pemimpin, kinerja bukan berarti hanya kerja namun juga kualitas dari hal yang dikerjakan oleh pemimpin tersebut. Daripada terbuai dengan pencitraan maka fakta di negeri ini sudah menjadi bukti sejak 2014 hingga bulan februari 2018, seperti apa kinerja pemerintah. Gampang saja dalam demokrasi, rakyat tahu yang mana yang perlu dipertahankan yang mana yang harus ditenggelamkan. Tidak selamanya aib, penipuan, bangkai, bisul, borok itu disembunyikan. Yang benar akan terlihat meski itu ditutup-tutupi, yang jelek akhirnya terbuka juga meski semua media nasional memolesnya agar terkesan hebat. Kejayaan rezim itu ada kuotanya, ada waktunya, dan pastilah sesuatu yang buruk akhirnya hancur, kenapa juga harus dipertahankan, ganti saja dengan yang lain, toh di negara ini masih banyak orang-orang baik yang hebat dan peduli terhadap rakyat, yang bercita-cita luhur menjadikan bangsa ini sejahtera dan bermartabat. Bagaimana rakyatnya memiliki martabat jika terbelit dengan ekonomi yang kacau, utang negara saja tembus 4000 triliun gimana negeri ini mau maju. Selama ini mana kemajuan yang pernah dijanjikan pemimpin yang sekarang berkuasa, kondisi ekonomi rakyat saat ini sungguh terpuruk (fakta bukan penggiringan opini). Enggak mampu memimpin? Pensiun saja jadi pemimpin. Harapan baru untuk presiden baru di tahun 2019. Rakyat golongan tertindas adalah bahan bakar utama yang mudah digerakkan untuk menggulingkan penguasa yang gak becus ngurus ekonomi negara, meskipun disana ada menteri yang hebat namun jika nahkodanya incapabale maka bangsa ini akan tetap jalan di tempat. Gelorakan Gerakan Perubahan!

Related Posts:

Tuesday, February 27, 2018

Hortatory Exposition: Pendidikan Untuk Para Umahat

Tak biasanya seorang ayah seharian momong anaknya, mungkin yang lazim adalah si anak bersama ibu. Apalagi anak di bawah usia 5 tahun seringnya nyaman bersama ibu dan si ibu juga sebaliknya. Nah ketika anak bersama ayahnya, lha ibunya ngapain? Bisa jadi sedang sibuk, ada kegiatan penting dan agenda lainnya yang tidak memungkinkan untuk mengajak anak. Di jaman now sudah wajar jika dalam sebuah keluarga suami dan istri sama-sama kerja. Hal yang cukup aneh malahan ketika suami istri di rumah aja enggak pergi kerja alias sama-sama menganggur.
Adanya kesetaraan hak dalam bekerja, mengasuh anak, hingga menempuh pendidikan diantara pria dan wanita sudah berlangsung cukup lama. Sebelum kemerdekaan, bahkan ketika jaman perjuangan RA Kartini, disana ada gap atau kesenjangan, perbedaan hak antara pria dan wanita. Pemikiran yang notabene beranggapan bahwa wanita tidak penting untuk mengenyam pendidikan tinggi saat ini sudah tidak ada. Justru hambatannya adalah muncul dari dalam personal artinya masing-masing individu itu sendiri tidak melihat jenis kelamin apakah itu pria atau wanita. Secara umum memang wanita lebih telaten dan ulet sehingga beberapa fenomena menunjukkan tingkat kedisplinan misalnya di sebuah sekolah menunjukkan bahwa pelajar putri lebih unggul dibanding pelajar putra bahkan dalam prestasipun mereka diatas rata-rata, rajin dan tingkat kepatuhannya pada guru lebih tinggi sehingga mungkin saja mempengaruhi prestasinya dalam akademik. Di sisi lain secara populasi jumlah perempuan sekarang ini cenderung lebih banyak dibandingkan pria. Maka sekilas kaum hawa ini mendominasi dalam beberapa aspek.
Kesetaraan itu memang membawa dampak positif bagi kemajuan peran dan posisi wanita dalam partisipasinya untuk memajukan masyarakat baik mulai dari keluarga, tingkat desa, kota, kecamatan, kabupaten, propinsi hingga skala nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Marilah kita sejenak melihat kontestan pilkada di jawa tengah, disana terdapat 2 pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Calon nomor 1 merupakan petahana dan mereka bapak-bapak semua, kemudian nomor urut 2 yaitu pak dirman sebagai calon gubernurnya dan bu ida sebagai calon wakil gubernurnya. Peluang ataupun kesempatan terhadap kaum wanita dalam bidang politik dan pemerintahan adalah sama dengan pria. Tinggal apakah para ibu-ibu di jawa tengah nantinya di bulan juni ketika pemilihan gubernur dan wakil gubernur, mereka akan memilih perwakilan dari perempuan, kita lihat saja. Adanya peluang penyerapan aspirasi akan hak-hak dan kepentingan kaum wanita yang katanya masih ada ketimpangan harusnya disikapi dengan memilih calon yang mengusung perwakilan ibu-ibu sehingga paling tidak nantinya lebih paham ketika ada persoalan maupun permasalahan terkait dengan hak wanita. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan terhadap kaum wanita dan meskipun beberapa kasus diantaranya memang karena si wanitanya tidak bisa menjaga dirinya sendiri alias cukup bodoh memperlakukan dirinya sebagai wanita yang mau ditindas oleh pihak tertentu.
Terkait dengan peranan dan peluang aspirasi yang seimbang antara kepentingan segenap rakyat, maka sebagai warga negara yang bijak dalam menyikapi event pilkada di tahun politik ini adalah harus melek politik dan tidak boleh apatis, belajarlah menjadi pemilih cerdas dan punya integritas. Alasan ataupun pertimbangan yang dijadikan dasar adalah bukan ketampanan maupun kekayaan dari si calon, melainkan integritas, track record, visi misi yang diusung hingga partai politik pendukung pasangan calon. Apakah partai yang mndukung itu dikenal sebagai sarang korupsi, sarang komunis, bahkan penindas rakyat kecil atau bukan. So, cerdaslah dalam memilih terutama wahai para kaum hawa dimana sekarang jamannya kesetaraan sehingga bagi ibu-ibu aspirasi tersebut disalurkan kepada perwakilan pengusung kepentingan para ibu-ibu di jawa tengah, ya tentunya memilih pasangan yang terdapat calon dari kaum wanita. Itulah pemilih yang tepat menyalurkan aspirasinya agar tidak menyesal selama 5 tahun.
Berikut teks hortatory tentang pentingnya pendidikan tinggi bagi para wanita:
Higher Education for Woman
In this modern era, there are still some parents who are reluctant about sending their daughter to college. Such narrow attitude shown to woman higher education is largerly due to the traditional role of woman in society. A woman is expected just to be a wife and a mother most parents believe that if their daughter gets married and chooses to be a housewife, then the higher education will be a waste. However an educated woman does not only make a better wife but also contribute better thing to the large society.
Nowadays more women are successfully combining their career and marriage. Educated woman are richer both emotinally and financially. They are able to find an outlet for monotonous drugdery their housekeeping. They bring more satisfaction and contentment to their lives.
Depriving girl of higher education is crash discrimination. Time has changed. Modern society  need the talents of its people regardless of gender. Today women work alongside men. In fact, in the last few decades women have made outstanding contributions to society.
Woman should be given the freedom to be educated whether they get married or go to work after finishing their education because it is only through education that a woman will find herself useful and discover what she wants in life. Woman who work is not  an insult to her husband. Conversely, her husband should feel proud of her achievement since marriage is actually an equal partnership. Therefore, parents should not think that girls should receive less education just because they will got marriage one day.

Related Posts: