This forum is for everybody who likes sharing, enlightening, empowering, supporting and helping each others
Thursday, September 26, 2019
Sunday, July 29, 2018
Hello, Ku Tunggu Kamu Disini
Menunggu teman sepermainan sejak kecil, dengan lika-liku perjalanan waktu yang telah dilewati akhirnya bertemu kembali di usia dewasa.
Bagaimana mungkin pertemuan itu terjadi setelah lama bertahun-tahun terpisah? Sebuah takdir telah menghantarkan kepada suatu momen yang mengharukan.
Biarlah waktu yang memberikan harga pada sebuah kesabaran, kesetiaan, saling percaya dan terus berharap walau terkadang rasa putus asa menghampiri.
1. Jago main biola
Seenu si bocah kecil yang mengais penghidupannya dengan mengamen, ia mengandalkan perutnya pada biola bersenar satu miliknya. Ia mengamen di jalanan, perempatan, dan dekat lmpu lalu lintas.
Suatu hari secara kebetulan ketika ia hendak membeli makanan ia bertemu dengan gadis kecil. Ia yang pandai main biola tersebut menunjukkan keahliannya pada si gadis kecil itu.
Respon yang mengejutkan dari Junnu, ia berkomentar bahwa permainan biolanya itu tidak istimewa karena sekedar memainkan lagu orang lain, apa hebatnya membawakan lagu bukan miliknya. Maka Seenu tertantang untuk membuat lagu miliknya sendiri. Pertemuan tersebut membawa awal dari persahabatan mereka. Setiap hari ketika membeli jajan di tempat yang sama, mereka semakin bertambah akrab.
Seenu mengajak Junnu bermain, bahkan diajaknya naik pohon dimana ia tinggal. Ia memang jago main biola, namun ia juga memiliki kesulitan dalam mencari nafkah sehingga satu-satunya yang diandalkan adalah ngamen dengan biola bersenar satu. Rasa simpati Junnu tumbuh, ia yang memiliki latarbelakang dari keluarga berkecukupan membuat dirinya ingin membantu Seenu. Ia berkata pada Seenu agar beretemu pada jam tertentu ketika ia berangkat ke sekolah.
Junnu yang diantar menggunakan mobil, meminta pak sopir yang mengantarkannya agar melewati jalan yang sama setiap pagianya dengan tujuan ingin bertemu dengan Seenu. Setiap kali Seenu mengamen mendekati mobil yang Ia naiki, Junnu memberikan uang dalam jumlah besar dan meminta Seenu hanya mengamen pada jam itu.
2. Sengasara membawa nikmat
Sebuah ujian datang pada Seenu, uang yang diberikan dari Junnu dirampas oleh seorang anak gelandangan lainnya. Dimana di saat itu Junnu bertemu terakhir kalinya dengan Seenu. Dalam lembaran uang tersebut tertulis nomor handphone yang bisa dihubungi oleh Seenu. Dengan dirampasnya uang tersebutlah cerita kehidupan dirinya berubah.
Ia mengejar sekuat tenaga anak tadi, yang malangnya ia tertabrak mobil saat keluar dari gang. Cukup keras dan membuat tubuhnya terpental hingga tersungkur tak sadarkan diri. Seorang ibu berparuh baya keluar dari mobil dan menghubungi polisi dan juga membawa Seenu ke rumah sakit terdekat. Ini bukanlah kesalahan ibu tersebut, pun dengan Seenu, ia juga sejatinya tidak bisa disalahkan.
Dari musibah kecelakaan tersebut, sikap jujur dan lembut hati seorang anak jalanan membuka simpati si ibu. Seenu bocah yang baik budi, polos dan tidak seperti anak jalanan pada umumnya. Seenu justru mengkhawatirkan pengemudi yang menabrak dirinya. Kelembutan hati dan kejujuran merubah nasib jalur hidupnya. Hingga si ibu mengadopsi dirinya, ia dijadikan anak angkat dan diasuh oleh ibu tersebut.
3. Pemuda yang gesit
Ketika dewasa Seenu mengubah nama panggilannya menjadi Avinash yang menjadikan lebih bersemangat menatap masa depannya. Ia di dalam ingatan dan lubuk hatinya masih menyimpan nama Junnu si gadis kecil teman sepermainannya.
Di pagi hari ketika jogging, ia mendapatkan panggilan salah sambung dari seorang sopir taksi. Si sopir salah tekan nomor, Avinash kaget ketika mendengar suara alunan biola dari sambungan telepon tersebut dan ia mengenali bahwa yang memainkan tidak lain adalah si teman kecilnya. Ia penasaran sehingga berkata pada si sopir bahwa ia tidak salah sambung, selanjutnya Avinash bertanya dimana lokasi pak sopir tadi. Belum sempat mendengar jawaban dari si sopir taksi, handphone miliknya di rampas oleh seseorang. Kejadian yang sama persis ketika dulu seseorang merampas lembaran uang yang tertera nomor milik Junnu.
Ia seketika itu juga mengejar si pelaku. Disini ditampilkan adegan kejar-kejar gaya parkour, cukup menambah atraktif adegan film romansa sehingga lebih segar dengan aksi fisik. Tubuh gesit Avinash melompati tembok dan pagar rumah bahkan melompat di sela-sela bangunan bertingkat. Kejadian ini yang menghantarkan pada dirinya sindikat penjambret dan pencuri hp.
Di sebuah gudang tertutup handphone hasil rampasan dan curian di setting ulang untuk selanjutnya dijual kembali. Disebut sindikat karena ratusan hp dan melibatkan puluhan preman yang bekerja dalam jaringan tersebut. Sebetulnya yang ia butuhkan adalah nomor panggilan terakhir yang masuk di hp miliknya. Ia terpaksa menghajar habis segerombolan preman dan pekerja di gudang tersebut hingga ia dipinjami sepeda motor untuk mengejar truk kontainer yang membawa hp miliknya.
Film berjudul Hello ini memang tidak dibintangi oleh artis terkenal namun dikemas cukup menarik, dijamin tidak akan kecewa hingga melihat ending dari cerita film ini. Resensi sebuah film juga bisa dipakai untuk diambil faedahnya antara lain nilai sosial, nilai semangat juang dan tentunya nilai-nilai kehidupan yang secara universal diterima secara umum di seluruh penjuru negara manapun.
Karena sejatinya nilai kebaikan itu sejalan dengan fitrah manusia, dimanapun berada, apapun warganegaranya, tentunya sepakat bahwa berbuat kebaikan adalah inti dari kehidupan. Manusia akan bermakna manakala melakukan kebaikan dan kebermanfaatan pada orang lain, jika hanya terbatas pada diri sendiri maka sebetulnya ia tidak butuh untuk tinggal di seuatu masyarakat di negara manapun cukup tinggal di bunker bawah tanah maupun pulai terpencil.
Tetapi ternyata kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain itulah yang menjadikan dirinya harus eksis dengan kebaikan dan manfaat apa yang mampu ia berikan untuk dunia. Semakin banyak berbuat hal manfaat, maka eksistensi manusia semakin selaras dengan fitrah, sesuai dengan hakikat penciptaan dirinya, aku ada karena aku berguna. Begitulah mungkin idealnya seseorang hidup dengan motivasi yang tidak hanya baik, namun juga sesuai kodrat manusia. Tanyakan pada hati kecil kita, apa yang kita lakukan sambil menunggu ajal yang tidak lain kawan sejati kita? Tentunya tidak sekedar menunggu bukan? Think it wisely, kumpulan waktu yang ada tidak lain adalah usia yang harus benar-benar dioptimalkan. Jika sobat semua lihat film hello 2017 ini, maka dari tokoh Seenu dan Junnu dapat diambil pelajaran salah satunya tetap percaya pada taqdir yang Tuhan gariskan pada kita. Rasa percaya atau nama lainnya adalah iman harus dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang mengarah pada kepasrahan jalan hidup dengan bentuk ikhtiar yang tak henti-hentinya dilakukan.
Usaha apakah yang sudah dilakukan dalam menjemput takdir? Tentunya do everything well, wisely and optimally! Jalan hidup yang dilakukan dan dipilih itu memiliki konsekuensinya sendiri. Pilihlah jalan yang menuju pada ketakwaan, okey bro? Tetap semangat menunggu di dunia, hingga bertemu dengan kematian yang membawa manusia pada alam akhirat. Nah, sambil menunggu lakukanlah banyak hal yang positif, produktif dan punya nilai amal shalih.
Related Posts:
Tuesday, July 17, 2018
Selingkuh, Fatal Akibatnya di Blackmail
Tema selingkuh mewarnai dunia
keluarga di berbagai negara, bahkan kadang berlaku pada pasangan yang belum resmi
menikah bisa gebetan, pacar, tunangan dsb. Ada kisah pilu tentang nasib pelaku
selingkuh. Sebut saja namanya Dev Kaushal yang diperankan oleh Irrfan Khan. Ia
bekerja di sebuah perusahaan tisu toilet. Ia memiliki kebiasaan cukup aneh
ketika buang air kecil maupun bab. Ia menyertakan foto wanita untuk ditempel di
toilet, tidak disebutkan alasannya kenapa. Di tempat ia bekerja, diterapkan
super hemat air hingga sekedar membasuh tangan kran air akan berfungsi selama
30 detik selebihnya air akan berhenti sendiri.
Dev Khausal ini telah memiliki
pasangan yang sah, sudah menikah secara resmi. Hanya saja ia sering pulang
kerja dari kantornya hingga larut malam. Ia baru akan pulang jika sudah pukul
23 alias 11 malam. Sesampainya di rumah sang istri telah tertidur larut. Begitu
keesokan harinya jam 7 pagi ia berangkat ke kantor, sapaan dengan istrinya
hanya sekedar formalitas belaka, bahkan saat sarapan pagipun terkadang hambar. Gaji
yang kecil di perusahaannya itu membuat banyak tagihan yang belum terbayar. Cicilan
air, kredit rumah, hingga listrik. Inilah yang memicu kekakuan komunikasi
antara Dev dengan Reena (istrinya).
Suatu ketika sepulang dari kantor
ia mendapatkan saran dari sahabatnya agar membawa bunga sebagai hadiah untuk
sang istri. Berhubung ia pulang sudah larut malam, maka banyak toko bunga sudah
tutup. Akhrnya yang ia lakukan adalah mengambil seeikat bunga yang masih segar
dari sebuah makam. Bunga tersebut dibawanya ke rumah.
Nah,
kejadian perselingkuhan diketahui oleh Dev saat ia hendak masuk ke kamar, ia mengintip
lewat lubang di tembok bahwa reena, istrinya, sedang bermesraan dengan seorang
pria di ranjang. Berawal dari kejadian tersebut terjadilah namanya pemerasan
yang melingkar, disebut melingkar karena jalan cerita film ini unik dan khas.
Yaps, film berjudul Blackmail patut di apresiasi baik dari cerita dan pesan moral.
Untuk pengingatan bagi para pelaku selingkuh bahwa jalan yang mereka tempuh
adalah sesuat yang salah dan berdampak fatal hingga nyawa dan kerusakan moral. Etika bisa tidak terpakai dalam tatanan sosial masyarakat. Seperti halnya kumpul kebo, berhubungan intim tanpa status yang jelas sama saja dengan membiarkan perzinahan dilegalkan dan dipertontonkan di masyarakat luas. Berikut link unduh untuk menonton hingga tuntas:
Related Posts:
Sunday, July 8, 2018
Gengsi Vs Kualitas Diri, Wah Si Nganu?
Baru lulus kuliah atau tamat sekolah? Masih nganggur? Begitulah pertanyaan yang kerap muncul, pusingnya gak terlalu sih, cuma gengsi dan malu kalo masih di rumah aja gak ada kerjaan. Apalagi tetangga sebelah asyik ngegosip perihal nganggurnya diri kita.
Beberapa orang di desa saya tetap enjoy dengan pekerjaannya sebagai petani meskipun harus bergulat dengan lumpur, terkadang sepulang dari sawah penampilannya dekil, kotor dan bau keringat. Sebaliknya ada beberapa orang yang lain enggak mau ke sawah apalagi nyangkul bahkan membajak sawah. Lebih baik ia nganggur daripada berpanas-panas ria di ladang. Kelompok yang terakhir ini cenderung gengsi. Sehingga sebuah fakta di desa saya hampir 90 persen pemuda maupun remaja lulusan sma sederajat maupun yang enggak sekolah lebih memilih merantau ke kota besar, seperti Jakarta, semarang, dsb. Eh ternyata di kota besarpun mereka akhirnya mau enggak mau jadi pekerja lapangan (istilahnya kuli kasar/buruh). Bedanya adalah kalo mudik bisa sewa mobil mewah dengan harapan citra dirinya sebagai kuli tidak terlihat.
Sejujurnya tidak ada yang salah dengan sebuah pekerjaan selama ia menghasilkan pendapatan untuk kehidupan diri dan keluarganya, tentunya dengan cara yang baik. Namun, sekali lagi ada orang yang lebih memilih kerja kantoran dengan gaji kecil namun ia duduk manis di dalam ruangan ber-ac, di belakang meja, dengan seragam kemeja bersih dan wangi. Dibandingkan misalnya jualan bubur ayam keliling kompleks, gang, perumahan, maupun jualan (pedagang kaki lima) di pasar.
Target untuk bekerja menjadi seorang karyawan maupun staff menjadi hal idaman, sehingga ratusan orang lulusan perguruan tinggi yang fresh graduate, antri lamar kesana kemari. Nyali berwiraswastanya masih rendah. Nah, ada fenome baru dengan adanya dampak positif media sosial, terutama kaum hawa dengan mengoptimalkan kelebihan fisiknya nyambi endorse sebuah produk tertentu, dengan demikian ia mendapat fee (fulus). Jualan online merebak.
Tahukah sobat semua? Ternyata yang namanya kerja sampingan tetap dikesampingkan. Banyak orang masih memburu pekerjaan favorit dan gaji pasti tiap bulan. Terbukti pelamar CPNS membludak, lowongan pekerjaan tersebut menjadi idola bagi para pencari kerja.
Tenaga kerja dan Lapangan Kerja
Pekerjaan pokok dengan gaji jutaan tiap bulan menjadi serbuan yang laris manis oleh para penganggur maupun orang yang belum memiliki pekerjaan tetap. Meski awal mulanya prinsip mereka adalah tetap bekerja meski upah kecil, dibandingkan menganggur.
Ini sebuah momok bagi pemerintah di negara berkembang seperti Indonesia untuk menyediakan lapangan kerja baru dengan upah yang pantas (biasanya masing-masing kota memiliki UMR). Perusahaan yang bergerak di bidang tertentu yang tergolong padat karya untuk saat ini sangat dibutuhkan. Apalagi beberapa masalah besar seperti hutang luar negeri, nilai tukar rupiah, kenaikan BBM, tarif listrik, dan kesulitan ekonomi lainnya. Hal tersebut jika tidak dicarikan solusi yang tepat bisa menimbulkan angka kriminalitas terutama yang berkaitan dengan penjambretan, perampokan, penipuan, peredaran uang palsu, hingga mudahnya orang-orang pengangguran tersebut dibeli dengan murah suara dan harga dirinya.
Biasanya orang muda lebih suka tampil necis dibanding berpenampilan lusuh, bau keringat, kusam karena efek bekerja kasar meski terkadang bayarannya bisa jadi lebih banyak pekerja buruh kasar. Hal ini seperti sebuah kisah menarik dari buku bahasa Inggris yang saya baca. Cerita ini berisi tentang kisah seorsng pemuda bernama Alfred Bloggs dalam lika-liku memperoleh pekerjaan. Ia bekerja sebagai tukang sedot debu dan bagian bersih-bersih. Yang ia lakukan tergolong pekerjaan kasar. Ia sendiri tidak berkata yang sebenarnya pada sang istri terkait dengan pekerjaan ini. Istrinya bahkan mengira Alfred bekerja di sebuah perusahaan prestisius karena setiap pagi ia melihat suaminya berpakaian rapi, berkemeja putih, rapi, dan terlihat orang kantoran.
Memang Alfred memakai seragam kerja yang necis dan bergengsi. Sesampainya di tempat kerja, ia berganti seragam dengan pakaian lapangan sebagai pekerja kebersihan, bisa dibilang tukang sapu. Ini berlangsung lebih dari 2 tahun. Hingga akhirnya ia khawatir jika pekerjaannya tersebut diketahui oleh istrinya dan minta cerai. Ia berusaha mencari pekerjaan sebagai juru tuulis di kantor jasa, upahnya jauh lebih kecil dibanding sebagai pembersih debu. Namun, ia tenang karena lebih bergengsi dan yang jelas tidak perlu ganti baju maupun seragam kerja karena sekarang sudah benar-benar menjadi pekerja kantoran. Ia rela bergaji kecil demi gengsi dan wibawa versi istrinya.
Saya kira kalo di era sekarang di Indonesia, orang yang suka gengsi jumlahnya sedikit soalnya untuk nyari kerja saja sulit apalagi pilih-pilih kerjaan. Dapet kerjaan dan dibayar aja udah untung.
Bagaimana solusi untuk meningkatkan level kesejahteraan masyarakat jika mencari kerja saja sulitnya minta ampun apalagi bicara soal upah maupun gaji yang berstandar UMK. Memang dibutuhkan pemimpin yang tangkas dan terampil untuk mencari solusi dari masalah pengangguran ini, agar sejahtera bersama maka diperlukan sinergi antara program pemerintah dengan komponen lain misalnya perusahaan swasta. Meningkatkan sektor ekonomi dengan mengoptimalkan program padat karya baik industri jasa, seni, perdagangan maupun perusahaan BUMN/BUMD. Di sisi lain kualitas/skill tenaga kerja harus diutamakan sehingga kinerjanya bagus. So, selain pekerja, boss negeri ini juga harus mantap soal kinerja, kapasitasnya sebagai leader juga benar-benar mumpuni bukan hanya sekedar pencitraan semata.
Berikut ini teks berbahasa Inggris cerita tentang Alfred Bloggs dan pekerjaannya:
The Double Life of Alfred Bloggs
These days, people who do manual work often receive far more money than clerks who work in offices. People who work on offices are frequently referred to as white collar workers for the simple reason that that they usually wear a collar and tie to go to work. Such is human nature, that a great many people are often willing to sacrifice higher pay for the privilege of becoming white collar workers. This can give rise to curious situation, as it did in the case of Alfred Bloggs who work as a dustman for the Ellesmere Corporation.
When he got married, Alf was too embarrassed to say anything to his wife about his job. He simply told her that he worked for the corporation. Every morning, he left home dressed in a fine black suit. He then changed into overalls and spent the next eight hours as a dustman. Before returning home at night, he took a shower and changed back into his suit. Alf did this for over two years and his fellow dustmen kept his secret. Alfs wife has never discovered that she married a dustman and she never will, fo Alf has just found another job. He will soon be working in an office as a junior clerk. He will be earning only half as much as he used to, but he feels that his rise in status is well worth the loss of money. From now on, he will wear a suit all day and others will call him Mr Bloggs not Alf.
Related Posts:
These days, people who do manual work often receive far more money than clerks who work in offices. People who work on offices are frequently referred to as white collar workers for the simple reason that that they usually wear a collar and tie to go to work. Such is human nature, that a great many people are often willing to sacrifice higher pay for the privilege of becoming white collar workers. This can give rise to curious situation, as it did in the case of Alfred Bloggs who work as a dustman for the Ellesmere Corporation.
When he got married, Alf was too embarrassed to say anything to his wife about his job. He simply told her that he worked for the corporation. Every morning, he left home dressed in a fine black suit. He then changed into overalls and spent the next eight hours as a dustman. Before returning home at night, he took a shower and changed back into his suit. Alf did this for over two years and his fellow dustmen kept his secret. Alfs wife has never discovered that she married a dustman and she never will, fo Alf has just found another job. He will soon be working in an office as a junior clerk. He will be earning only half as much as he used to, but he feels that his rise in status is well worth the loss of money. From now on, he will wear a suit all day and others will call him Mr Bloggs not Alf.
Related Posts:
Label:
#2019GantiPresiden,
job,
kuliah,
lulus,
pekerjaan
Sunday, June 3, 2018
Nothing to Worry About, Tak Ada Yang Perlu Dicemaskan
Tak ada
yang perlu dikhawatirkan tentang kondisi negara saat ini. Toh masih baik-baik
saja, masih aman-aman saja. Banyak rakyat yang masih bisa makan. Di bulan puasa
ini rakyat bisa menghemat makan. Harga-harga masih terkondisikan di pasar. Tak
usah perlu was-was untuk hari esok, pergi kerja dapet uang ato tidak bahkan
punya kerjaan ataupun tidak.Yaps, beberapa orang temanku bilang begitu ketika
merespon hastag #2019GantiPresiden. Mungkin beliau-beliau ini perlu pencerahan
agar tahu kondisi nyata, apalagi untuk anak cucu generasi penerus nantinya.
Tiada
kekhawatiran memang bagus jika persepsi tersebut dimaknai sebagai sikap tawakal
kepada Tuhan yang Maha Kuasa setelah melakukan ikhtiar ini dan itu. Jika belum melakukan
apa-apa, apalagi menutup mata, telinga dan parahnya lagi menutup pikiran maka yang terjadi
adalah adanya informasi kurang berimbang karena telah menjadi korban media yang mencoba memberitakan (melakukan) pencitraan terhadap pemimpin saat ini. Hal demikian dikatakan terlalu menutup diri
karena tidak mau tahu dan membuka kesadaran diri bahwa sekarang ada sesuatu
yang tidak beres dengan dengan kondisi bangsa khususnya nahkoda yang memimpin.
Jelas-jelas sudah banyak janji yang tidak ditunaikan. Jangankan ketika menjadi
orang nomor 1, ketika menjadi walikota dan gubernur saja sudah melanggar
janjinya bahwa akan memimpin selama 5 tahun tidak meninggalkannya di tengah
jalan. Buktinya, belum sampe 5 tahun jadi walikota, ia berambisi jadi gubernur. Eh,
urusan di Jakarta belum beres 5 tahun, ia demi ambisinya sekaligus memanfaatkan
kepolosan dan kesederhanaannya (hasil pencitraan) maju ke pilpres. Dan ketahuan
deh, ternyata selama ini prestasi yang
kelihatan moncer tersebut bukan 100% kenyataan, hanya karena sudut kamera yang
sudah pas (bantuan media dan cukong aseng).
Intinya,
jangan percaya sama pemimpin yang suka ingkar janji alias pandai berbohong jika
tidak ingin urusan negara dan bangsa ini tambah amburadul. Kasihan generasi
pelanjut tongkat estafet bangsa akan diwarisi puluhan masalah-masalah yang
besar akibat salah urus negara di masa sekarang.
Ada cerita
terkait orang yang terlalu over self confidence dengan sebuah keadaan yang
sedang dialaminya. Cerita ini tentang orang yang bepergian melewati jalanan
yang rusak. Dikisahkan sekelompok remaja pergi touring menggunakan jeep
offroad. Yang memegang kemudi sebut saja namanya Bruce. Ia sangat yakin dengan
medan yang dilaluinya. Ketika 2 orang temannya mengingatkan bahwa perkampungan
selanjutnya masih jauh, si Bruce ini tetap gigih dengan keinginannya
melanjutkan perjalanan. Ketika baru saja keluar dari satu kampung yang
disinggahi di depan mereka terpampang jalanan yang berlubang dan kerikil yang
berserakan di badan jalan. Kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Karena kendaraan
yang digunakan jenis offroad maka tiada kekhawatiran bagi Bruce untuk terus
melaju. Dengan sesekali melihat peta, ia meyakinkan kepada temannya bahwa desa
selanjutnya hanya berjarak kurang lebih 20 mil jauhnya.
Mobil
tersebut melaju dengan kecepatan tinggi karena untuk menghemat waktu agar
segera sampai di desa berikutnya. Kondisi jalan yang semakin jelek, lubang yang
banyak menganga dan kerikil yang juga bertebaran membuat mobil terkadang
sedikit oleng ke kanan dan ke kiri. Temannya di belakang semakin khawatir
kalau-kalau mesin dan tangki oli maupun bahan bakar bocor terkena benturan batu sepanjang jalan yang berlubang.
Namun jawab Bruce apa? Tak perlu banyak kekhawatiran akan hal tersebut karena
ia sudah terampil untuk jenis jalan medan offroad seperti itu.
Mereka
sedikit lega karena jalanan berlubang dan berbatu sudah tidak ada, di depan
mereka hanya terdapat hamparan padang rumput dan semak belukar yang luas. Kendaraan terus melaju dengan kecepatan masih
tinggi, hingga tiba-tiba Bruce menghentikan kendaraan ketika di depannya
terdapat retakan yang membentuk kubangan yang cukup lebar dan dalam. Bruce
meminta temannya untuk mengecek kubangan tersebut, alih-alih dia hanya duduk di
dalam mobil sambil mengamati temannya tersebut. Laporannya ternyata kubangan
itu lebar sekitar 2 kaki atau kurang lebih hampir 1 meter dan kedalaman
mencapai 4 kaki (kira-ra 1,5 meter). Menyikapi laporan dari temannya, Bruce
langsung tancap gas. Ketika sudah masuk kubangan mobil berhenti manakala tanda
oli di meteran bahan bakar menunjukan kosong alias kehabisan. Jelaslah ada
kebocoran disana. Disitulah ending dari terlalu keras kepala, rasa khawatir
disini bukan dimaknai galau namun diartikan sebuah kewaspadaan dan
kehati-hatian agar tidak terlalu ugal-ugalan atau sembrono dalam mengemudi. Ditambah
lagi medan yang dilalui di kondisi jalanan yang tidak normal, penuh lubang dan
kerikil.
Cerita
ini mirip kenyataan kondisi jalan raya Bojong-Wiradesa yang jadi korban truk
besar pengangkut material dan tanah proyek jalan tol pantura. Kerusakan jalan
yang sudah cukup parah. Sudah banyak memakan korban jiwa hingga meninggal di tempat, baik karena
kecelakaan tunggal sebab jalan yang berlubang maupun serempetan bahkan tabrakan
karena sama-sama mencari jalur yang tidak rusak. Itulah proyek tol yang saat
ini kurang memperhatikan keberadaan jalan dan pengguna jalan raya di sekitar
proyek tol tersebut.
Ada makna
lain menurut subjektif penulis yaitu terkait pengemudi yang sembrono terlalu
meremehkan dan menggampangkan urusan, dengan slogan ora usah khawatir, tenang
saja kondisi masih aman terkendali, dsb. Pengemudi (sopir) di cerita Bruce ini
dianalogikan sebagai pemimpin yang ngakunya berprestasi dan capable dalam
memimpin (over), sehingga saran dari temannya tidak dihiraukan lagi. Dengan kondisi
jalan rusak ia tetap menggeber laju kendaraannya sekencang-kencangnya hingga
oleng. Untungnya tidak terbalik. Namun keteledorannya tersebut akhirnya dipetik
dengan bocornya tangki oli mesin karena benturan keras dengan batu. Begitupun pemimpin
yang kurang peka terhadap masalah rakyat dan negaranya saat ini. Kondisi utang
negara yang sangat besar, impor yang dilakukan yang tidak mempertimbangkan
rakyatnya sendiri, tenaga kerja asing yang membuat cemburu rakyatnya di saat
susah cari kerja dan penghasilan, kebijakan menaikkan BBM yang kurang memihak
rakyat kecil, listrik naik, dan belum lagi masalah penanganan hukum, penuntasan kasus
korupsi e-ktp, blbi, serta kebijakan dalam bidang ekonomi, rupiah melemah
terhadap dolar, dll. Justru ia sibuk membangun image positif dirinya sendiri
demi maju lagi di pilpres. Sebetulnya mudah saja agar rakyat simpati, tunaikan
seluruh janji-janji politiknya sewaktu kampanye mencalonkan dirinya pada pilpres
2014 yang lalu bukan dengan cara pembodohan publik ataupun pencitraan belaka.
Alih-alih terbuka terhadap kritikan dan masukan, eh malah memperalat Pancasila
dengan milik segolongan kelompok saja. Yang mengkritik dirinya dianggap anti
Pancasila. Padahal beberapa kasus terjadi justru partai dari pendukungnya
berlaku radikal dan anarkis terhadap salah seorang wartawan radar bogor ketika
terjadi penggerebekan di kantor media tersebut. Wis piye jal, yang pancasilais
malah sering berlaku mirip preman jalanan.
Artikel
cerita touring melewati jalanan rusak disadur dari text spoof berbahasa
Inggris, berikut teksnya:
The rough
road across the plain soon became so bad that we tried to get Bruce to drive
back to the village we had cme from. Even though the road was littered with
boulders and pitted with holes, Bruce was not in the least perturbed. Glancing at
his map, he informed us that the next village was a mere twenty miles away. It was
not that Bruce always underestimated the difficulties. He simply had no sense
danger at all. No matter the conditions were, he believed that a car should be
driven as fast as it could possibly go.
As we
bumped over the dusty track, we swerved to avoid large boulders. The wheels
scooped up the stones which hammered ominously under the car. We felt sure that
sooner or later a stone would rip a hole in our patrol tank or damage the
engine. Because of this, we kept looking back, wondering if we were leaving a
trail of oil and petrol behind us.
What a relief it was when
the boulders suddenly disappeared, giving way to a stretch of plain where the
only obstacles were clumps of bushes. But there was worse to come. Just ahead of us there was a
huge fissure. In response to renewed pleadings, Bruce stopped. Though we all
got out to examine the fissure, he remained in the car. We informed him that the
fissure extended for fifty yards and was two feet wide and four feet deep. Even
this had no effect. Bruce engaged low gear and drove at a terrifying speed,
keeping the front wheel astride the crack as he followed its zig-zag course. Before
we had time to worry about what might happen, we were back on the plain again. Bruce
consulted the map once more and told us
that the village was now only fifteen miles away. Our next obstacle was a
shallow pool of water about half a mile across. Bruce charged at it, but in the
middle, the car came to a grinding halt. A yellow light on the dashboard
flashed angrily and Bruce cheerfully announced that there was no oil in the engine!
Related Posts:
Label:
bad roads,
bahasa inggris,
English,
jalan rusak,
offroad,
politik,
spoof,
teks
Subscribe to:
Posts (Atom)