Showing posts with label pendidikan politik. Show all posts
Showing posts with label pendidikan politik. Show all posts

Saturday, February 10, 2018

Balada di Sebuah Peternakan, Awan Tebal Diatas Negeri


Alkisah di sebuah peternakan milik seorang petani kaya raya, tersebutlah seekor tikus yang tinggal di tengah-tengah hiruk pikuk hewan ternak milik pak tani. Suatu hari si tikus melihat pak tani dan istrinya pulang dari pasar membeli sebuah jebakan tikus. Hal ini membuat si tikus khawatir akan keselamatannya, sehingga ia pergi ke teman-temannya untuk mengingatkan adanya bahaya tersebut. Mulailah dengan bertemu si jago, si tikus menceritakan kronologi permasalahannya pada si jago. Dengan iba ia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa atas masalah yang dihadapi oleh si tikus, ia jujur mengatakan bahwa masalah yang dimiliki tikus tidak membawa dampak terhadapnya maka hanya belas kasihan saja yang dapat lakukan padanya. Si tikus kemudian pergi ke tempat sahabat yang kedua yaitu kambing, ia pun sama bahwasanya ikut bersimpati akan musibah dan masalah yang dialami oleh si tikus. Namun ia tidak bisa membantu apapun hanya berdoa akan keselamatan si tikus meski sedikit acuh karena memang itu masalah internal si tikus. Akhirnya dengan lesu, si tikus tetap mencoba bantuan pada sahabat yang ketiga yaitu sapi, yang terakhir ini justru jauh dari harapan. Sikap acuh yang ditunjukkan sapi membuatnya tak berdaya, sapi berkata bahwa ia menyesal tidak bisa membantu dengan permasalahan yang dialami tikus, lebih-lebih tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, jebakan tikus hanya berbahaya bagi tikus bukan ancaman untuk hidup si sapi.
Semakin gontai langkah si tikus, ia pulang ke sarangnya yang masih di lingkungan rumah sekaligus peternakan milik pak tani yang kaya tersebut. Kejadian mengejutkan terjadi pada malam harinya. Suara deritan yang memecah kesunyian peternakan di malam hari membuat pak tani dan istrinya terbangun. Suara tersebut bersumber dari jebakan tikus. Bergegaslah istri pak tani untuk melihat perangkap tikus. Karena kondisi yang gelap, istri pak tani tersebut tidak bisa melihat bahwa seekor ularlah yang terkena perangkap tikus tersebut. Ular itu masih hidup hanya sebagian ekornya saja yang terjepit perangkap tikus, ular yang berbisa tersebut mematuk kaki istri pak tani. Karena gigitan yang beracun tersebut maka pak tani langsung membawa istrinya ke rumahsakit terdekat. Setelah dirawat dari rumahsakit, istrinya masih demam bahkan semakin memburuk. Untuk menambah asupan gizi hidangan, maka dibuatkanlah sup ayam untuk istrinya. Ayam jago miliknya disembelih. Tetangga berdatangan untuk menjenguk dan menghibur istrinya. Pak tani menyembelih beberapa kambing miliknya untuk disajikan kepada para tetangganya yang terus berdatangan untuk menemani sekaligus memotivasi. Hari berikutnya takdir berkata lain, istrinya dipanggil oleh yang kuasa. Untuk prosesi pemakamannya ia melibatkan orang-orang di kampung tersebut. Maka pak tani menyembelih sapi miliknya, sekali lagi untuk hidangan para pelayat dan orang-orang yang datang untuk berbelasungkawa. Setelah selesai pemakaman, pak tani barus sadar jika semua hewan ternaknya sudah habis ia sembelih sejak kejadian perangkap tikus yang memakan korban seekor ular berbisa yang akhirnya justru istrinya yang akhirnya meninggal. Hanya si tikuslah, satu-satunya hewan yang selamat di lingkungan peternakan milik pak tani. Sejak awal ia sudah khawatir, rasa khawatirnya menumbuhkan kewaspadaan agar lebih hati-hati karena ancaman perangkap tikus. Ia tidak menganggap remeh masalah yang ada, justru sikap bijaknya minta pertolongan sahabatnya sekaligus mencoba mengingatkan akan marabahaya yang ada di peternakan. Namun apa reaksi dari hewan-hewan ternak lainnya hanya bersimpati saja setelah itu acuh seakan masalah perangkap tikus tidak berimbas pada nyawa mereka.
Begitulah kawan, jangan pernah menganggap remeh sebuah permasalahan meskipun menurut kita masalah itu sangat kecil bahkan tidak ada kaitannya dengan kita. Ibaratnya Pak Tani yang kaya raya habis hewan ternaknya dipotong & disembelih, jangan sampai Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambangnya, lautannya, subur tanahnya, rakyatnya mati kelaparan, kekayaan Indonesia hanya dihabiskan oleh pihak asing sedangkan rakyatnya jadi kuli di negeri sendiri. Sungguh tragis dan memprihatinkan. Mulai belajar akan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, cobalah ikut mengatasi masalah saudara kita, memberi solusi kepada orang yang datang meminta bantuan meskipun hal tersebut tidak ada sangkut pautnya terhadap kita. Meskipun bantuan yang kita berikan itu kecil, bisa jadi bagi orang yang membutuhkan itu akan sangat bermakna. Jangan tutup rasa peka kita, asahlah sensitifitas dalam masalah sosial yang ada di negeri ini. Lebih-lebih masalah yang terjadi adalah menyangkut masa depan negera, bangsa, generasi penerus dari bangsa Indonesia.
Jangan menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini. Masalah pengangguran, sempitnya lapangan pekerjaan, kelaparan yang dialami anak bangsa di papua, melonjaknya tarif listrik, bbm yang secara sembunyi-sembunyi dinaikkan, krisis dalam penegakkan hukum, utang luar negeri Indonesia yang semakin menggunung, koruptor cina yang menggondol uang hampir 35 triliun, aset bangsa yang digadaikan, sumber daya dan kekayaan alam tanah air yang tidak diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat, pemimpin yang tidak kapabel, banyak ulama yang dikriminalisasi. Dan masih banyak lagi masalah yang dihadapi negeri ini. Memang masalah tersebut beberapa diantaranya sudah lama terjadi bukan hanya di era pemimpin 2014 saja, namun janji-janji kampanyenya yang terlalu muluk dan tak satupun hingga februari 2018 mampu direalisasikan bahkan kayaknya semakin terbukti bahwa ada indikasi terjadi kecurangan di pilpres 2014 kemarin. Pemimpin yang lahir di tahun 2014 belum memberikan sumbangsih nyata terhadap kemajuan bangsa, kesejahteraan rakyat, hingga penegakkan keadilan dalam masalah hukum.
Awan Tebal itu Bernama Pencitraan
Nurani para pejabat yang seakan tertutup melihat masalah-masalah besar yang saat ini tidak bisa diselesaikan oleh pemimpin sekarang. Seharusnya presiden dengan segala kewenangan dan fasilitas jabatannya tersebut digunakan untuk kemajuan negeri, catat bukan sekedar pencitraan semata agar rakyat iba dan memilihnya kembali di 2019. Jika permasalahan bangsa di tahun 2018 tidak ditangani secara bijak, jangan harap rakyat masih percaya di pilpres 2019.
Menjadi rakyat jangan acuh terhadap kondisi negeri saat ini, orang muslim jangan acuh dan alergi terhadap politik. Cobalah berkiprah dengan Islam menjadi landasan. Islam itu sempurna meliputi segala aspek kehidupan, aspek manakah yang tidak tersentuh dalam Islam. So, kalo ada pihak yang mencoba memisahkan politik dan Islam, itu hanyalah akal-akalan mereka saja yang tidak senang melihat umat Islam memimpin negeri ini, tidak rela Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Jangan meragukan Islam menjadi sandaran dalam berbagai bidang kehidupan. Bahkan perbuatan korupsi saja itu dilarang dalam Islam, karena korupsi sangat merugikan rakyat meskipun tidak ada ayat khusus tentang korupsi dalam Al Quran. Sama halnya dengan hukum haramnya rokok, karena rokok tidak membawa manfaat apapun sebaliknya sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Hati-hati pula dengan beberapa pejabat yang mendadak alim, belajarlah dari pengalaman 2014. Tahun 2018 adalah bukti kinerja mereka, gimana tambah maju, tambah sejahtera atau sebaliknya? Terbukti kan tahun 2014 hanya pencitraan semata, aslinya incapable leader!
Awan Mendung Berganti Hujan, Langit Cerah di Tahun 2019
Rasa skeptis, acuh, dan alergi itu harus dihilangkan. Contoh DKI Jakarta adalah sebuah gambaran kecil bagaimana beruntungnya memiliki pemimpin yang cinta terhadap rakyatnya, membela hak-hak rakyat kecil, mengedepankan kerja dengan manajemen matang, dengan blueprint yang jelas, bahkan integritas yang tidak diragukan lagi. Jangan sampai anggapan bahwa saat ini negara Indonesia dalam keadaan aman-aman saja tidak punya masalah hanya karena media mainstream memihak pemerintah. Belajarlah membuka diri, perbaiki pola pikir, dan tentunya peduli dengan bangsa. Bukan politik pencitraan, kerja tanpa mikir, membuat aturan yang terkadang melanggar aturan yang sudah ada, diubah seenaknya demi menguntungkan pribadi semata. Lha ini presiden Indonesia atau petugas partai tertentu saja. Makmurkan, sejahterakan, bersikap adil kepada seluruh elemen rakyat, bangsa, tidak hanya untuk kandang miliknya sendiri saja. Orang yang baik pilihlah pemimpin yang baik, tahun 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 masak iya gak bisa melihat siapa sebenarnya pemimpin sekarang? Berarti penggemar fanatik buta jika masih belum sadar. Ini demi generasi masa depan, anak cucu yang akan mewarisi negeri ini. Jangan tinggalkan dan warisi anak cucu dengan masalah besar dan hutang-hutang yang besar, meninggalkan kondisi negara yang kacau. Langit cerah di pilpres 2019, dengan pemimpin fresh, bukan cetakan 2014, lagian 2014 sudah out of date, juragan sekarang terbukti membawa "perubahan" tapi ke arah yang lebih buruk bukan sebaliknya berubah kearah kemajuan bangsa. Ayo ingatkan teman, sodara, handai taulan, agar memilih pemimpin muslim cerdas yang benar-benar cinta rakyat, mau dan mampu membawa Indonesia menjadi macan asia lagi.
Narasi Negeri Peternakan
Kisah fabel yang bersumber dari bahan bacaan kelas IX mapel bahasa Inggris, berikut naskah aslinya;
Once upon a time a mouse saw the farmer and his wife buying a mousetrap. The mouse it to his friends. The rooster said that it was a grave concern to the mouse, but it was no consequence to him. The sheep sympathized, but said that there was nothing he could do except praying for the mouse safety. The cow said that he was sorry for the mouse, but it was the mouse’s problem, not him.
So, the mouse returned to the house, head down and rejected, to face the mousetrap alone. That night a sound of a mousetrap catching its prey was heard throughout the house. The farmer’s wife rushed to see what was caught. In the darkness, she did not see it was a venomous snake whose tail the trap had caught. The snake bit the farmer’s wife. The farmer rushed her to the hospital and she returned home with a faver.
The farmer slaughtered the rooster to make soup for treating her fever. But his wife’s sickness continued, so friends and neighbors came to sit with her around the clock. To feed them, the farmer butchered the sheep. The next day the farmer’s wife dead. So many people came for her funeral, the farmer slaughtered the cow to provide enough meat for them.

Related Posts:

Tuesday, January 2, 2018

Strategi Perang: Militansi Prajurit & Amunisi Spiritual

2018 dan 2019 adalah tahun ganas, tahun panas, dan kemungkinan tahun beringas. Ada sekuel pertempuran yang berjilid layaknya sebuah novel jilid 1, jilid 2, dst.  Hegemoni kepentingan dicampur hawa nafsu, haus kekuasaan, jilat sana jilat sini, akan makin banyak fitnah, perang pemikiran dan ujungnya bisa berupa black campaign.  Terlepas dari kelompok mana yang lebih pas didukung untuk memimpin bangsa dan negeri ini, maka hak dasar rakyat dalam Pilgub dan pilpres jelas sama, yaitu memberikan suaranya kepada pasangan calon yang didukung. Setiap warga negara berhak memilih dengan ketentuan berlaku misalnya sudah memiliki KTP, berumur 17 tahun, dsb. Apakah peran rakyat dalam proses demokrasi ini? Hasil yang sekarang dirasakan sejak tahun 2014 dan awal 2018 bisa dinilai sendiri, siapapun bisa menilainya, tidak terlepas pendukung pemerintah dan yang di luar pemerintahan. Kinerjanya seperti apa, cara bermainnya bagaimana, sudah berkontribusi apa saja untuk bangsa dan negara ini. 
Adakah keuntungan dari sistem demokrasi? Bisa jadi ada, contohnya yaitu pemenang diambil dari suara terbanyak, adakah kemajuan yang terjadi, peningkatan taraf hidup, atau sebaliknya meluncur terjun bebas? Rasakanlah sendiri, dari dapur rumah kita masing-masing yaitu yang paling vital, dapur ngebul, maksudnya bisa memasak, lebih jelasnya lagi perut ini bisa kenyang makan standar 3 kali sehari dengan 4 sehat 5 sempurna sudah mampu dijangkau apa belum? Ato tambah kesini tambah ngos-ngosan nggak karuan? Kebutuhan primer tercukupi, nyari gas mudah apa sulit hayo, listrik murah apa mahal hayo, dll. Nah, itu sudah kita bisa lakukan belum? Tentunya beda-beda. Itu persoalan mendasar. Jangan gratiskan dan korbankan suara kita dalam demokrasi ini. 10 orang kriminal memilih dan 5 orang sholeh memilih, kedudukannya sama.Yang 10 itu menang, atau 10 lulusan S2 pasca sarjana dan 10 putus sekolah, bahkan SD saja enggak tamat, nilainya tetap sama akan dihitung imbang. Padahal nih, pertimbangan seorang lulusan S2 mungkin memiliki alasan ilmiah sedangkan yang enggak tamat SD pergi memilih karena mendapat uang saku 50rb dari serangan fajar (money politic) berbeda kualitasnya. Namun hasil akhir tidak memandang itu, masih yang banyaklah yang menjadi kampiun. Itulah masalahnya, sebagian besar bangsa dan rakyat ini bertipe doyan uang serangan fajar, sehingga masa depan bangsa selama 5 tahun tergadai.
Perlu orang baik yang peduli menyadarkan lingkungan, tetangga, rt, rw, bahkan kumpulan pengajian, arisan, klub olah raga, dsb. Pertimbangkan nasib bangsa dan anak cucu kita sebagai penerus, jika pondasi sekarang rapuh maka negara ini akan tidak punya masa depan gemilang. Butuh benar-benar kesadaran, berpolitik itu butuh belajar, politik praktis itu oke oke saja. Memilih itu hak siapa saja, nah pendidikan politik itu harus diusahakan, acuan yang bagus adalah menggunakan panduan yang meliputi urusan dunia dan urusan pertanggungjawaban di akhirat. Tidak usah malu orang Islam dalam berpolitik melandaskan pada Al Quran dan hadis, Nabi Muhammad SAW, beliau seorang pemimpin negara. Betapa tidak hijrahnya ke Madinah dan kemudian kembali ke Mekkah dalam peristiwa fatkhul makkah, benar-benar membuat kaum kafirin tidak bertaji sama sekali.
Disana terdapat proses penempaan kader, proses edukasi, tarbiyah para pemuda muslim dengan bekal spiritual yang tinggi. Militansi yang tidak diragukan bahkan ukhuwahnya sudah tingkatan itsar, saling mendahulukan, tidak menelikung sesama muslim, bersikap lemah lembut namun keras kepada kaum kafir qurais, munafikin, yahudi, dan musuh-musuh Islam. Penegakkan kalimat tauhid dalam semua lini kehidupan. Tidak memilah ini urusan agama, ini urusan politik. Islam itu sempurna dan menyempurnakan. Atas dasar itulah dibutuhkan kader penggerak yang mampu menciptakan penggerak-penggerak yang baru dengan mentalitas pejuang & memiliki militansi yang sempurna. Antara lain termasuk di dalam 10 muwashofat muslim sejati: akidahnya terjaga, ibadahnya oke, akhlaknya mantap, fisiknya bugar, cerdas, mampu mengendalikan hawa nafsu, disiplin waktu, teratur/ rapi, berpenghasilan, memberi kontribusi untuk masyarakat.
Prajurit dan kondisi spiritual, hingga akhirnya ikhtiar di lapangan dengan penuh kesungguhan harus dibangun oleh tim yang solid. Umat Islam harus saling bahu membahu melawan tirani, bantu sama lain, jangan hanya berpikiran keuntungan saat ini saja, namun demi kebaikan anak cucu kita nantinya antara lain generasi emas bangsa Indonesia di tahun 2045, Indonesia saat itu akan berumur 100 tahun, bisa enggak di usia 100 tahun kemerdekaannya rakyat tidak lagi kesulitan ekonomi, hasil bumi bisa dinikmati rakyatnya, hasil perikanan lautnya mampu menyuplai protein setiap perut orang Indonesia, kira-kira bisa terwujud enggak ya kalo pondasinya kayak sekarang, utang luar negerinya menumpuk, pikirkan dengan baik, menerima nasib atau berikhtiar?
Memilih itu hal yang mudah tinggal kita peka tidak dengan kondisi sosial saat ini, sensitif dengan kesulitan saudara kita yang terkena musibah enggak, dan milikilah mindset bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, membawa keberkahan bagi semesta alam. Jadi bukan orang Islam malah phobia dengan Islam sendiri, logika mau makan kok malah takut dengan nasi (makanan yang mau disantap) kan enggak lucu banget kali.
Ada efek nyesek sekali sampe mengorbankan 5 tahun jika kita gagal sadar demokrasi, jika mudah kena tipu lagi seperti tahun 2014. Bedakan mana yang benar-benar belain kita orang bawah, mana yang cuma main tipu, hanya peduli jelang pemilu saja. Bahkan sudah diberi kesempatan menang, dan mengendalikan pemerintahan namun tidak membawa keberkahan, kesejahteraan, serta kemajuan untuk rakyat.
Kalau diibaratkan dalam sebuah perang, maka tahun 2018 adalah perang dunia I dan tahun 2019 perang dunia II. Yang parahnya jika tidak mau belajar dari tahun 2014, maka rakyat lagi yang menjadi korban. Orang baik itu perlu bersatu, karena para kriminal saja mampu mengorganisir mereka, jadi kehidupan kejam enggaknya, kehidupan itu keras enggaknya tergantung dari pengambilan sikap. Mau menggunakan panduan yang sama dengan Nabi atau mau menunggu mendapatkan serangan fajar. Tidak usah malu menggunakan dasar agama dalam memilih, karena masuk WC saja sudah ada ajarannya baca doa, masak iya sih urusan besar 5 tahun bangsa dipertaruhkan enggak menggunakan landasan dan pijakan yang sahih. Bersin aja ada panduannya, yaitu membaca doa, yang mendengar juga membaca doa, tuh sudah diatur. Jangan ragu-ragu menjadi muslim cerdas, dan tidak usah phobia dengan Islam itu sendiri.
Sobat, untuk menumbuhkan daya juang bertempur, lihat film dewa perang yang mengajarkan dan menerapkan strategi perang yang jitu bahkan ketika kondisi terdesak mampu membalikkan keadaan menjadi kemenangan yang gemilang, yang mampu memompa jiwa pejuang para pasukannya demi mempertahankan dan membela haknya serta negaranya, download linknya:
1. God of War (Dewa Perang) 2017 Bluray.mkv (951.2 MB) [sub indo]


Related Posts: