Showing posts with label camping. Show all posts
Showing posts with label camping. Show all posts

Thursday, August 10, 2017

Tim Bagus, Tak Perlu Banyak Orang, Tikus dan Sosis

Tim yang bagus memiliki ciri-cirinya yaitu tujuan (misi) berjalan dan tercapai dengan gemilang. Meski terdapat kendala, hambatan dan rintangan, tim tersebut tetap melaju menerjang semua aral (obstacles), menembus batas hingga target diraih. Dalam tataran pelaksanaan, kerja tim membutuhkan sebuah manajemen (pengaturan), disitulah dibutuhkan kecakapan seorang leader (ketua) yang mumpuni. Anggota tim bisa gemuk bisa juga tim yang ramping. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tim yang ramping misalnya, untuk koordinasi antar anggota dapat berjalan efektif dan tidak butuh banyak persamaan persepsi, geraknya juga cepat serta memiliki efisiensi dalam anggaran dan juga efisiensi waktu. Sedangkan tim yang besar memiliki keunggulan beban kerja ringan karena dikerjakan dan dibagi-bagi menjadi tim kecil, memiliki daya saing yang lebih tinggi, peluang disegani lawan karena secara kuantitas lebih banyak. Kelemahan tim yang besar, terkadang adalah munculnya intrik atau konflik internal dalam tim. Masalah personal ini timbul karena dalam koordinasi antar anggota membutuhkan komunikasi yang kompleks, mengatur kesamaan pandangan juga ribet dan gerak langkahnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Tentunya membutuhkan energi ekstra bagi leader tim besar agar anak buahnya memiliki tekad bulat dan suhu berjuang yang sama, agar tim berjalan kompak.
Banyaknya orang atau personel dalam tim seyogyanya disikapi secara khusus, sehingga dalam proses pembentukan tim nantinya lebih cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dan misi yang akan dicapai. Semacam agen intelejen yang geraknya senyap namun keberadaannya nyata dan berpengaruh serta benar-benar produktif dalam mengumpulkan info, mengolah, menganalisa, menyimpulkan hingga mengeksekusi sebuah instruksi atasan (leader).
Kuantitas Yang Rapuh
Terlalu banyaknya orang yang terlibat juga kadang membuat tim itu besar dari luar namun ternyata rapuh bahkan keropos di dalam. Atau perumpamaan buih yang sangat banyak di lautan namun mudah terombang-ambing, tidak memiliki pijakan yang jelas, jika memilikipun mereka tak pandai menjaga prinsip dan komitmen. Walhasil mudahlah dicerai berai, sama halnya peristiwa politik belah bambu ala penjajah yaitu devide et impera, VOC dengan trik adu dombanya mampu menguasai Indonesia dengan trik licik dan kejam, sesama anak bangsa saling bunuh, saling serang, bahkan mau-maunya menjadi pecundang di bawah kaki penjajah.
Jumlah anggota tim yang besar harus disikapi serius, pemberian latihan yang intensif, porsi komunikasi dan evaluasi yang pas dan efektif, perhatian kesejahteraan tim juga harus benar-benar diperhatikan. Karena jika terjadi kecemburuan antar anggota, maka membuat runyam dan intrik internal yang runcing serta sulit diurai untuk diselesaikan.
Jika sebuah misi sudah terlaksana dengan baik, maka lakukanlah evaluasi. Tidak boleh ada anggota yang merasa paling berjasa, karena sikap ujub, sombong dan berbangga diri berlebihan dapat meruntuhkan kerjasama, hingga gagalnya tim yang solid.
Cerita fabel kekompakan tim
Ada kalanya perlu belajar dari cerita fabel agar muncul inspirasi serta kesadaran dalam berinterkasi dan membuat tim yang bagus. Ada kisah menarik antara tikus, burung dan sosis yang tinggal serumah. Ketiganya memiliki jalinan persahabatan yang unik dan solid. Rasa aman, nyaman bahkan adanya ketercukupuan secara materi benar-benar dirasakan dalam rumah tersebut. Masing-masing memiliki job harian. Burung mencari kayu bakar di hutan, tikus menyiapkan air, dan juga mengatur meja serta tungku api. Sedangkan sosis memiliki tugas sebagai juru masak.
Suatu ketika tokoh burung merasa paling berjasa atas segala yang dicapai oleh ketiganya. Dia memiliki tugas yang paling jauh, harus mengambil kayu dari hutan yang letaknya puluhan kilometer dari rumah, sedangkan tikus dan sosis bekerja cukup berada di dalam rumah. Terlebih dia digembosi oleh burung lain bahwa ia hanya diperalat dan dijadikan pesuruh yang melakukan kerja kasar dan melelahkan. Ia disarankan agar kedua temannya rolling atau gantian jenis tugas. Maka si burung tadi menyampaikan kepada temannya tersebut, namun ternyata tikus dan sosis menentang ide gilanya. Meski menentang, tikus dan sosis, tidak bisa berbuat banyak karena burunglah yang selama ini memang melakukan tugas utama dan memiliki peran penting dalam rumah sehingga ia ibarat sebagai pemimpin yang harus ditaati. Akhirnya perputaran jenis pekerjaan pun dilakukan. Sosis yang harus  mencari kayu bakar, sedangkan burung cukup mengambil air dari sumur.
Hasilnya pun sudah bisa diterka, kekacauan mulai terjadi. Awal-awalnya kelihatan lancar namun ternyata tanda-tanda kehancuran tim sudah terlihat jelas. Sosis yang ditugasi mencari kayu sudah lama belum kembali membawa kayu. Burung dan tikus takut sesuatu yang buruk terjadi pada sosis. Rasa menyesal terbersit dalam pikiran si burung. Disisi lain ia juga sudah tidak sabar menyantap hidangan untuk hari itu. Burung pun menyusul sosis, dimana gerangan sosis mencari kayu bakar, kok belum kembali membawa kayu bakar, apakah berhasil atau justru tersesat. Belum lama ia terbang baru beberapa meter, terlihat seekor anjing mengoyak tubuh sosis dan melahapnya dengan tanpa rasa bersalah. Maut menyergap sosis, burung pun tak berkutik. Ia kembali ke rumah. Sebelum kembali ke rumah, ia menyelesaikan tugas sosis mengambil kayu bakar ke hutan.
Sekembalinya dari mencari kayu bakar, burung melakukan persiapan untuk menyiapkan api dan mengambil air. Sedangkan tikus sibuk mempersiapkan makanan. Ternyata si tikus tidak secakap dan semahir sosis dalam memasak. Ia melakukan persis apa yang sosis lakukan, yaitu melompat dan memotong sayuran. Namun sebelum semua sajian selesai, tikus melakukan pekerjaan dengan terburu-buru, disaat meracik sayuran ia tergelincir di meja sajian, kulitnya terkelupas hingga tewas mengenaskan.
Kini tinggalah burung sendirian. Singkat cerita ia sudah keburu lapar, maka ia mencari makanan kesana kemari, dan tak mendapatkan apa-apa. Ia mulai mempersiapkan makanannya sendiri. Ia mulai dengan membuat api di tungku, melempar kayu kesana kemari, kayu berserakan, naasnya kayu yang berceceran tersebut terbakar api. Ia pun bergegas mengambil air ke sumur. Ketika ia hendak ambil air, ember yang digunakannya terjatuh, ia terseret masuk kedalam sumur. Burung mati tenggelam. Ending yang tragis bagi persahabatan 3 hewan tersebut.
Hikmah cerita tikus
Ada beberapa hal yang bisa kita gali hikmahnya dari cerita fabel di atas antara lain adalah sebagai berikut:
a. Jangan pernah merasa paling berjasa, karena sikap ini bisa menyuburkan keangkuhan, kesombongon hingga akhirnya dapat merusak tim. Hal ini ternyata bisa menyerang hati siapa saja terutama ketua ataupun anggota tim yang memiliki keunggulan/ kemampuan diatas rata-rata dibanding personel lain. Nah, jika mampu meredam sikap merasa paling berperan/ berjasa maka keutuhan tim bisa dijamin hingga kinerja dan misi tim tuntas atau paripurna.
b. Tugas/ pekerjaan harus dibebankan kepada ahlinya, bukan diserahkan kepada sembarangan orang. Jika seseoang melakukan suatu pekerjaan bukan bidangnya, ditakutkan hasilnya kurang optimal ban bisa membuat kacau pekerjaan. Contoh pemerintahan periode saat ini, kacau, yang bukan ahli di bidangnya menjadi menteri ini menteri itu, walhasil deh periode pemerintahan saat ini kesejahteraan rakyatnya kurang terasa, sebut saja model pemerintahan saat ini adalah yang paling umbrus dan nyeleneh terhitung sejak Indonesia merdeka di tahun 1945 hingga tahun 2017. Beda banget pas jaman pak SBY.
c. Rolling tugas/ peran memang suatu saat dibutuhkan sebagai penyegaran/ variasi maupun pengkaderan, hanya saja harus disertai pendampingan. Jika tanpa panduan atau arahan yang terjadi adalah poin nomor 2 diatas. Seandainya burung, tikus, dan sosis memiliki kemampuan yang mahir di semua bidang maka tidak akan terjadi kekacauan. Jika personel tim memiliki spesifikasi keahlian sendiri, namun juga disertai ketrampilan umum yang dikuasainya diatas rata-rata maka predikat multi talenta bisa disandang. Keistimewaan bagi tim yang memiliki anggota  bertalenta lebih dari satu keahlian atau bahkan multi keahlian. Salah satu keuntungannya adalah adanya secondman yang dapat diandalkan, yaitu ketika pemeran utama (ketua aslinya) memiliki halangan atau gangguan.
Cerita burung, tikus dan sosis tersebut tergolong kedalam genre narrative, teks berbahasa inggris ini diambil dari buku paket kelas XII Bahasa Inggris untuk tingkat SMA/ MA terbitan Intan Pariwara kurikulum KTSP. Teks ini bisa digunakan untuk latihan reading comprehension dan memperkaya kosakata atau vocabulary teman-teman semua. Berikut teksnya:

The Mouse, the Bird and the Sausage
Once upon a time a mouse, a bird and a sausage formed a partnership. They kept house together, and for a long time they lived in peace and prosperity, acquiring many possessions. The bird’s task was to fly into the forest every day to fetch wood. The mouse carried water, made the fire, and set the table. The sausage did the cooking.
Whoever is too well off always wants to try something different! Thus one day the bird made another bird, who boasted to him of his own situation. This bird criticized him for working so hard while the other two worked so little. So, the next day, because of his friend’s advice, the bird refused to go to the forest. He said that he had been their servant long enough. He was no longer going to be fool for them. Everyone should try a different task for a change. The mouse and the sausage argued against this, but the bird was the master, and he insisted on giving it a try. The sausage was to fetch wood, the mouse became the cook, and the bird was to carry water.
And what was the result? The sausage walked with heavy steps toward the forest, the bird made the fire, and the mouse put on the pot and waited for the sausage to return with wood for the next day. However, the sausage stayed out so long that the other two feared that something bad had happened. The bird flew off to see if he could find her. A short distance away he saw a dog eating the sausage. The bird was angry because of the dog’s bad attitude, but the dog claimed that he had discovered false letters on the sausage, so she would have to die.
Filled with sorrow, the bird carried the wood home himself and told the mouse what he had seen and heard. They were very sad, but were determined to stay together and make the best of it. The bird set the table while the mouse prepared the food. She jumped into the pot, as the sausage had always done, in order to slither and weave in and about the vegetables and grease them, but before she reached the middle, her hair and skin were scalded off, and she died.
When the bird wanted to eat, no cook was there. Beside himself, he threw the wood this way and that, called out, looked everywhere, but no cook was to be found. Because of his carelessness, the scattered wood caught fire, and the entire house was soon aflame. The bird rushed to fetch water, but the bucket fell into the well, carrying him with it, and he drowned.

Related Posts:
2. Download Koleksi Film SRK Full

Saturday, August 13, 2016

Asyiknya Camping, Dibarengi Kemampuan Survival

Beberapa pekan yang lalu tepatnya  tanggal 2 hingga 4 Agustus sahabat-sahabatku di MA Hasbullah mengadakan kegiatan kemah yang dikemas dalam acara KBO. Banyak sekali poin (mata) acara yang disuguhkan oleh panitia terutama kepada peserta didik baru. Kegiatan ini merupakan gabungan antara siswa-siswi Madarsah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah. Saya sendiri sebagai pendamping selepas kegiatan tersebut menyoroti beberapa hal (tidak semua kejadian/ peristiwa) yang akan dibahas. Masalah pertama adalah ternyata kemampuan meng-handle suatu kegaitan di alam harus didukung oleh  SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas dan terinci. Misalnya saja apakah kegiatan renungan malam dengan didahului shalat qiyamul lail ataupun tahajud pukul 3 dini hari itu membawa resiko besar atau tidak. Karena paling tidak hawa dingin yang menusuk tulang, posisi peserta yang kesadaran belum pulih 100 % ketika bangun tidur, hingga kondisi spiritual/ ruhiyah dari mereka. Karena hal ini mempengaruhi lancar tidaknya renungan malam. Yang patut diketahui yakni poin tentang kondisi ruhiyah peserta, karena bukannya membicarakan hal yang mistis namun patut diwaspadai bahwasanya benteng terbesar seseorang agar terjauh dari gangguan jin (atau makhluk gaib lainnya) sebenarnya kedekatan individu tersebut dengan Rabb Nya, minimal bibir itu selalu basah untuk berdzikir. Sehingga setiap saat disibukkan dengan menyebut asma Allah swt, selalu terjaga dan fokus agar pikiran tidak kosong. Hal ini terlepas dari apakah tempat itu terkenal "angker" atau tidak. Yang tidak kalah pentingnya adalah sahabat atau keberadaan teman yang mendampingi, ini bisa sangat berpengaruh ketika di alam bebas kita melakukan berbagai macam aktivitas. Posisi (fungsi) teman bisa mengingatkan, mencegah bahkan menolong kita dalam kondisi apapun entah itu marabahaya dari segi bencana alam atau faktor gaib, misalnya saja membantu mengingatkan sudah ibadah atau belum, mengajak berdiskusi yang bermanfaat agar pikiran ini tidak melayang ataupun melamun yang ujung-ujungnya pikiran kosong dan akhirnya terjadi yang tidak diharapkan.
Masalah kedua secara teknis sebenarnya adalah manajemen pendanaan (Terkait soal budget), yaitu keuangan  dari panitia yang melaksanakan kegiatan tersebut. Masalah finansial itu sangatlah  penting sehingga kegiatan tersebut berjalan dan di lapangan tidak terkendala gara-gara dana membengkak dan akhirnya selepas kegiatan panitia merugi apalagi timbul hutang. Ini prioritas kedua, panitia yang bijak dalam merencanakan sebuah kegiatan perlu menyadari bahwasanya kontrol aliran pengeluaran harus sesuai dengan rencana meskipun terasa sulit. Ketika ini berjalan disiplin artinya tidak melenceng jauh dari proposal yang ada maka kategori keberhasilan kepanitiaan semakin sukses. Pengalaman saya pribadi ketika berkemah, biasanya kebutuhan mendadak di lapangan bermunculan sangat banyak, dari seksi kepanitiaan terutama perlengkapan dan konsumsi biasanya yang mengalami pembengkakan. Dan ini akan semakin buruk jika tidak melihat rancangan (estimasi) dana yang ada. Harus ada skala prioritas bagi bendahra kegiatan untuk bisa mebelanjakan pos-pos pengeluaran mana yang mendesak dan penting sedangkan yang kurang begitu penting dibatalkan terlebih dahulu.
Hal ketiga adalah kerjasama tim yang terbangun dalam kepanitiaan itu sangatlah penting. Seorang korlap (koordinator lapangan) bisa saja dihandle (ditangani) oleh satu orang namun jika kurang adanya komunikasi dan kesepahaman, saling mengerti, disiplin dalam mengikuti aturan yang ada, maka bisa jadi terjadi kurang sreg, apalagi kegaitan alam yang banyak faktor mempengaruhi yaitu tenaga, faktor emosi, kondisi fitnya tubuh karena porsi tidur yang kurang, asupan konsumsi/ makanan karena terkadang terlalu sibuk hingga kondisi alam yang dingin, hujan, panas terik, dsb.
Tim akan semakin profesional jika jam terbang menangani sebuah acara semakin banyak dan sering. Seperti konsep game (permainan yang ada) harus disesuaikan dengan jenjang dan level dari peserta. Contoh dalam kegiatan kemah yang diadakan OSIS MAHAKA adalah adanya OutBond dengan jumlah 7 pos utama (keagamaan, kebangsaan, sosial, pramuka, halang rintang, kreativitas, PBB) dan beberapa pos bayangan yang ditambah sebagai pelengkap sebut saja mencari botol di dasar sungai, survival cacing dan merayap. Para penjaga pos akan semakin mengedepankan faktor keselamatan peserta. Di pos Kreativitas yaitu berupa menara bambu air, maka safety bagi peserta yang tidak mampu berenang harus dipertimbangkan dengan melihat kondisi arus sungai yang deras dan cukup dalam, jumlah personel panitia yang ada harus mencukupi untuk kewaspadaan jika sewaktu-waktu peserta tenggelam ataupun hanyut terbawa arus sungai.
Beberapa manfaat dari camping yang saya lihat selama 3 hari di Rogoselo adalah tingkat ukhuwah dan kebersamaan itu muncul, rasa saling memahami, memaafkan dan menyayangi terjalin, berlatih kedisiplinan (terutama instruksi peluit yang cukup membuat lelah kepala suku/ ketua regu), rasa bertanggungjawab (misalnya saja kebersihan lingkungan, penjadwalan petugas muadzin, imam, kultum, dsb), daya juang semakin tinggi ini terbukti ketika outbond berlangsung, patriotisme bisa diambil dari pelatihan baris-berbaris dan beberapa apel serta upacara yang ada, kreativitas ketika penampilan/ performance api unggun. Dan saya rasa hal tersebut bisa didapatkan sekaligus dalam satu acara yaitu camping, tentunya resiko dan kekurangan serta hambatan juga tidak luput menyertai kegiatan tersebut. Namun semuanya kita kembalikan niat awal kita, kegiatan alam tersebut sebagai sarana untuk mentadaburi ciptaan Allah swt yang luar biasa. Semakin mendekat dan cinta alam sekitar, juga semakin dekat dan cinta kepada Pencipta Alam sekitar. Karena Maha Suci Allah yang telah meciptakan jagat raya termasuk bumi, didalamnya kita tinggal dan hidup, disediakan fasilitas oksigen yang tanpa batas dan panorama serta sumber air dan makanan yang melimpah, tinggal kita sebagai manusia mampu bijak dalam penggunaan dan pelestariannya atau tidak. Karena kerusakan di bumi (alam) sebetulnya juga akibat ulah manusia itu sendiri. Pelajaran kecil dimana ketika tidak boleh mencabut pohon atau sembarangan membuang sampah atau memetik sesuatu di alam, alam itu memiliki penjaga yang ketika itu diganggu ataupun dirusak maka kembalinya kepada manusia itu sendiri. Marilah senantiasa bertasbih kepada Allah swt, memuji akan kebesarannya, berlindung dari segala marabahaya baik yang ditimbulkan oleh ulah tangan kita sendiri ataupun karena faktor lainnya. Cintailah alam dengan menanamkan cinta kepada Penciptanya, artinya jadilah muslim yang peduli alam juga sekaligus tidak melalaikan kepedulian terhadap perintahNya. Greenpeace!
Berikut file foto kegiatan KBO 2-4 Agustus 2016 MA Hasbullah karanganyar dapat di download dengan klik link di bawah ini:
1. Foto Pembukaan.rar (413.8 Mb)
2. Foto Hari Pertama.rar (359.9 Mb)
3. Foto Kegiatan pagi.rar (481.6 Mb)
4. Foto Hari Kedua.rar (743.6 Mb)
5. Foto Kegiatan Siang.rar (335.4 Mb)
6. Foto Penutupan.rar (567.2 Mb)






Related Posts: