Showing posts with label Surga. Show all posts
Showing posts with label Surga. Show all posts

Wednesday, November 16, 2016

Mengawali Dari Hal Yang Paling Akhir

Di awal November saya memiliki pengalaman cukup berkesan yakni ketika bersama mas Jono mengambil kotak dana sosial untuk panti asuhan. Mas jono ini adalah salah seorang anak panti yang duduk di kelas XI di salah satu SMK swasta di kabupaten Pekalongan. Saat itu selepas waktu ashar, saya bersamanya mempersiapkan kotak amal sebanyak 6 buah dengan cukup waktu maka segala sesuatunya dikemas untuk menuju toko-toko dan tempat tujuan. Saya sendiri baru kali ini ikut terjun membantu mas Jono, karena penasaran seperti apa sih tantangannya mengambil uang santunan yang diambil dari kotak infaq. Pertama yang dirasakan adalah ribet, karena dengan berkendara sepeda motor harus membawa kotak sebanyak 6 buah dengan ukuran sedang dan terbuat dari kaca. Saya melihat semangat yang tergambar dari mas Jono ketika berangkat menuju 4 titik lokasi. Sore itu target kami adalah 4 toko antara lain mengambil kotak amal yang dititipkan di toko Mitra Tani, Bengkel Subur, Adi Farma, dan Toko Sumber Baru. Setengah jam perjalanan berlalu hingga sampailah di lokasi pertama yaitu Mitra Tani, sambutan dari penjaga sekaligus pemilik toko cukup ramah. Saya tidak tahu nama beliau hanya saja dari jawaban salam dan respon yang diberikan menandakan orang yang pro dengan anak yatim. Kami sore itu memiliki 2 agenda utama yaitu mengambil uang yang ada dalam kotak dan sekaligus mengganti kotak lama dengan yang baru. Selesai dengan toko pertama kami melanjutkan menuju toko kedua, namun toko ini lumayan sulit dicari. Sebetulnya kami berdua belum pernah sama sekali melakukan pengambilan kotak ke toko-toko karena ada petugasnya sendiri. Nah, berhubung ingin merasakan nuansa baru maka saya menemani mas Jono. Hampir setengah jam kesulitan menemukan alamat toko kedua, akhirnya kami memilih untuk mengalihkan target ke toko ke 3 yaitu apotik Adi farma. Tempat ini cukup mudah karena papan namanya cukup besar dan persis di pinggir jalan utama. Singkat cerita dari 4 titik lokasi tinggal menyisakan 1 lokasi yaitu Bengkel Subur. Alhmadulillah, ketemu juga tempatnya, namun hal yang mengejutkan kami berdua, saya cukup kecewa adalah respon yang tidak ramah dari karyawan (staf) bengkel. Padahal kami tidak meminta-minta, hanya mengambil kotak santunan Panti Asuhan yang dititipkan di bengkel tersebut, tapi seakan pengemis yang datang ke toko. Padahal kami membawa surat resmi bahwa itu dari panti asuhan yatim piatu yang terkait. Saya cukup bisa menahan emosi dan mencoba mengerti perilaku staf bengkel tersebut. Hanya saya kasihan pada mas Jono yang raut mukanya memerah. Sebagai seorang yatim tidak harus dihina di depan umum apalagi banyak orang. Ketidak ramahan staf bengkel berlanjut dengan mengatakan bahwa sudah tidak boleh menitipkan kembali kotak amalnya di bengkel tersebut. Saya sebagai pendatang baru yang membantu proses pengambilan kotak merasa gak ngerti, kok bisa padahal MoU (kerjasama) dengan Yayasan yang menaungi panti asuhan tersebut resmi tertempel materai. Apa boleh buat, kami berdua akhirnya pergi begitu saja dengan hati kecewa.
Bagi saya secara pribadi, peristiwa tersebut pertama saya alami selama saya berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris yang kebetulan membantu anak-anak di panti asuhan, secara sengaja membantu pengambilan kotak. Mungkin bagi anak-anak panti hal tersebut pernah dialami lebih dari satu kali, dimana dicemooh, dihina, dipermalukan di depan orang banyak. Saya sedikit sedih melihat kondisi tersebut, ternyata kepekaan dan kepedulian sosial yang sejatinya harus didukung oleh masyarakat belum sepenuhnya terwujud. Anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki orang tua tanpa kejadian diatas saja sudah berat menjalani dan memikul beban kehidupannya, apalagi dengan tanggapan yang dingin dari beberapa pihak. Dalam ajaran Islam sikap dan perilaku yang dikedepankan terkait dengan para anak yatim adalah menunjukkan kasih sayang dan kepedulian bahkan jika memungkinkan menjadi orang tua asuh baginya. Minimal tidak bersikap kasar bahkan menyakiti mereka. Memang karena kurangnya kasih sayang dan bimbingan yang intensif beberapa dari mereka berperilaku usil dan nakal tapi sebetulnya mereka itu membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di sekeliling mereka. Saya kalau ingat dengan staf (baru sebatas staf bengkel) tersebut pengen sekali saya menceramahinya, mungkin dia tidak tahu kalau saya juga pandai ngomel. Bantu aja enggak malah ngata-ngatain, habis itu sok seperti bos melarang (menutup) pintu orang untuk beramal. Semoga semakin sedikit orang yang memiliki tabiat seperti dia, bikin muak saja.
Beberapa hal penyebab pengusiran tersebut bisa jadi tidak paham akan keutamaan mengasihi anak yatim piatu, atau dia mencurigai kami sebagai pengemis yang pura-pura mencari shodaqoh. Haha. Bro and sisters, jadikan diri kita ini melakukan aktivitas yang memiliki unsur "keakhiratan" paling tidak unsur "nilai-nilai kemanusian." Banyak gelandangan kaum tuna wisma, anak-anak terlantar, anak yatim, yang kadang hidupnya dan masa depannya suram disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan keberadaan mereka. Ingat bukan oknum tertentu yang memang khusus kerjaannya mengemis. Tapi mereka yang benar-benar belum mampu mandiri dan memperjuangkan hidupnya padahal menurut saya anak usia di bawah SMA/MA jika mereka itu anak yatim piatu, sekuat apapun mereka, tetap butuh uluran tangan kita apalagi terkait finansial. Tidak usah mengandalkan pemerintah yang ada seperti saat ini. Penulis lagi alergi pemerintahan si kodok yang gak becus dan gak amanah ngurus negara. Bangsa ini terlalu naif jika tergantung sama presiden selevel dia. Pemimpin dan guru bangsa serta tokoh ulama lainnya yang lebih kredibel masih banyak, kenapa si dia yang tidak cakap yang ngurus negara, bertanggung jawablah yang memilihnya hingga duduk di posisinya sekarang ini. Saya bertambah benci ketika ikut terjun di bidang sosial semacam terlibat dalam kegiatan di panti asuhan yatim piatu, melihat kondisi sehari-hari mereka. Ya, memang secara umum taraf hidup masyarakat saat ini kurang membaik, baik dari aspek pekerjaan (penghasilan), sisi daya beli masyarakat, hingga terkadang memunculkan masalah sosial lainnya seperti kriminalitas dan praktek-praktek asusila.
Ayolah mengawali aktivitas dengan merenungkan dimana akhir (ujung) dari kehidupan ini, apakah harta dunia ini selamanya mengikuti kita kelak ketika sudah di kubur hingga banyak orang yang kikir, tidak peduli dengan sesama, tetangga kelaparan saja kita hanya tinggal diam. Kurangnya belajar dari sejarah bangsa yang pernah mengalami masa suram selama penjajahan belanda jangan sampai terulang kembali. Kesejahteraan masyarakat merupakan cita-cita mulia yang harusnya pemimpin bangsa ini kedepankan. Presiden oh presiden, ngapain aja sih kok bangsa ini belum ada perubahan dari sisi ekonomi secara makro maupun mikro. Memang sudah ada menterinya sendiri, tapi mana slogan kerja nyata kerja nyata. Jujur ini realita terjadi di akar bawah, dan saya yakin terjadi pula di tempat lain. Maksudnya adalah perekonomian masyarakat yang kurang baik ini bukan hanya di daerah saya tinggal, melainkan di pelosok nusantara lainnya. Kalo nggak sepakat, buktikan daerahmu masyarakatnya secara mayoritas sudah sejahtera! Kaetgori sejahtera apa saja? Searching aja di google..hahaha.
Mengawali dari hal yang paling akhir disini menurut hemat penulis adalah penekanan bagaimana motivasi untuk ending bahagia (akhirat yang bahagia yaitu surga) menjadi pertimbangan dalam beraktivitas rutin setiap harinya. Akhir untuk sebuah awalan. Awali dengan target akhir yang bagus. Selama kita bernafas berarti masih ada peluang untuk berbuat baik (taqwa) atau sebaliknya berbuat buruk (fujur). Semoga dengan mengingat akhir (mati) maka awalan kerja, aktivitas, kegiatan harian kita menjadi lebih bijak sehingga tidak ada lagi perbuatan kita yang merugikan orang lain. Bantulah saudara-saudara kita yang kurang beruntung, terutama yang ditinggal oleh bapak ibu mereka baik sejak lahir atapun setelah mereka tumbuh besar. Akan lain ceritanya jika yatim piatu itu adalah mereka-mereka yang sudah mandiri, punya keluarga (suami-istri), itu beda persoalan. Tapi disini adalah para yatim yang masih butuh bimbingan dan bantuan (sekitar usia sekolah SD hingga SMA). Oke kawan semua, jika kita sendiri sebagai salah satu dari mereka cobalah berusaha untuk mandiri jangan terlalu tergantung dengan orang lain (tanpa menolak bantuan baik dari orang lain), yaitu asah kreativitas, belajar yang tekun, dan cobalah menjadi muslim dan muslimah yang taat. Insyaallah kita dibantu & ditolong oleh Nya, karena Allah Maha Kaya & Maha Penolong Hamba-Nya, Dia tidak pernah mengesampingkan doa-doa orang yang teraniaya, yang benar-benar membutuhkan. Belajar sepanjang hayat, jangan pernah merasa pintar karena ketika sudah puas maka dikhawatirkan kita menjadi stagnan dan akhirnya berhenti untuk berkarya dan beramal. Semangat bermal untuk berkhidmat pada bangsa dan negara ini, sekecil apapun bentuk kontribusi kita jika ikhlas niat karena Allah swt, believe that it makes worthy efforts for our future (jannah). Amiin.