Showing posts with label motivasi. Show all posts
Showing posts with label motivasi. Show all posts

Wednesday, July 26, 2017

Jangan Terlena, Waktumu Jadi Bumerang

Tahukah sobat semua, apa itu senjata bumerang? Yap, senjata khas suku pedalaman di Australia (Aborigin) ini terkenal dengan ciri khususnya yaitu kembali pada sang pemilik. Jika pada zaman dahulu, suku aborigin menggunakannya untuk berburu binatang, saat ini senjata bumerang banyak digunakan didalam cabang olahraga (dilombakan) maupun sekedar keahlian (hiburan). Bahan baku yang dipakai umumnya adalah kayu, ringan, dan senjata ini terbang dengan memutar (spin) kemudian kembali pada sang pemilik. Nah hubungannya dengan waktu, menurut penulis ada beberapa kemiripan. Pertama, waktu yang dimiliki manusia sehari 24 jam, waktu terus bergulir dan meninggalkan pemiliknya namun dampak dari waktu akan kembali pada sang pemilik, yaps benar, waktu berpeluang membuahkan karya (prestasi) maupun amal. Dengan amalan ini tentunya manusia mendapatkan keuntungan. Bumerang yang digunakan oleh pemilik yang ahli/skillful dapat mendatangkan keuntungan antara lain memperoleh hewan buruan. Namun jika sang pemilik terlena dan kurang hati-hati, bahkan jika pandir (bodoh) dalam menggunakannya maka itu kembali dengan membawa bencana yakni bisa mecelakai sang pemiliknya. Hal yang sama berlaku dengan waktu, 24 jam sehari jika dioptimalkan dengan kebaikan maka membawa keberuntungan, di dunia berupa prestasi dan karya, di akhirat berupa amal kebajikan. Sebaliknya menyia-nyiakan waktu dampak negatifnya kembali kepada sang pemilik. Hidup tiada prestasi, hampa dan hambar, lebih-lebih jika hanya terisi dengan aktivitas keburukan dan kemaksiatan. Maka menjadi pembawa malapetaka kelak di akhir hidupnya hingga di alam akhirat.
Waktu itu sendiri adalah bentuk potensi manusia, potensi yang dapat digali maupun hanya terpendam tertimbun tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada hal yang istimewa. Dan Al Quran sudah memberikan pedoman (panduan) pada umat Islam dalam QS Al Ashr 1-3 yang artinya:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan naseh-menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran."
Coba dipikir dan direnungkan deh, seharian online, fb enggak ketinggalan, wa selalu terpantau, bbm aktif, internet selalu terkoneksi, namun ternyata itu semua enggak ngaruh pada amalan kebaikan malahan justru kebanyakan remaja asyik kepada hal yang sia-sia. Wifi (internet) yang sejatinya berpotensi untuk menambah pengetahuan dan mengarahkan pada kebaikan justru memabukkan dan membuat terlena akan realita tugas dan tanggungjawab.
Setiap zaman selalu terdapat pengganggu khusus, artinya beda generasi, tantangan dan hambatanpun berbeda. Sehingga harus kreatif dan bijak menghadapi serta menggunakan segala fasilitas kemajuan teknologi. Gadis yang masih sekolah di jenjang SMP mengalami kehamilan di luar nikah adalah sebuah cela (aib). Sedangkan budaya freesex meski gak hamil itu induknya aib. Awalnya dari terlalu banyak hal sia-sia yang menghiasi kehidupan keseharian mereka, lambat laun kebosanan menghinggapinya dan galau itu didorong bisikan nafsu syetan maka terjerumus kepada kemaksiatan.
Analogi bumerang dengan waktu yang mirip untuk hal kedua adalah terkait kompetensi si pemilik (kecakapan). Tidak semua remaja terpengaruh  dengan dampak negatif internet dan teknologi, masih banyak remaja muslim cerdas, sholeh penuh prestasi. Inilah pribadi yang kompetensinya (kecakapan/ muwashofatnya) standar dan layak disebut generasi penerus bangsa. Untuk menjadi ideal perlu tahapan dan latihan, hal ini persis agar mahir menggunakan bumerang perlu latihan yang berulang-ulang bahkan jika perlu setiap hari berinteraksi dengan alat tersebut. Maka sebuah keharusan bagi remaja yang sedang tumbuh kembang secara fisik, mental/ emosional, bahkan spiritual sering-sering berinteraksi dengan kebaikan agar efek pembiasaan baik itu menjadi watak sekaligus kepribadian.
Meninggalkan Hidup Yang Menipu (Melenakan)
Lalai dari tugas dan tanggungjawab adalah bentuk sikap pengecut dan imbasnya sangat merugikan. Seorang suami yang lalai akan kewajibannya mencari nafkah bagi keluarga (istri dan anaknya) adalah berdosa, seorang pelajar yang hura-hura kemudian cenderung hedonis sehingga lalai tugasnya belajar itu sangat merusak pribadi dan kemajuan bangsa, seorang pemimpin yang lalai memperhatikan hak-hak rakyatnya adalah penipu dan pengecut yang dzolim. Intinya sikap lalai itu membawa kepada keburukan. Dalam firman Allah swt QS Al Munafiqun ayat 9 disebutkan:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
Dari ayat Al Quran tersebut jelas disebutkan harta bisa melalaikan kita dari mengingat Allah, anakpun demikian. Apalagi sudah tidak punya harta, tidak bertanggungjawab pada keluarga (istri & anak), mentaati Allah pun tidak, maka sungguh kemalangan yang besar.
Orang yang rajin bekerja sehingga penghasilan dan hartanya melimpah saja masih diingatkan agar tidak lalai terhadap Allah. Maka prioritas utama muslim adalah Allah, rasulNya, kedua orangtua, kemudian prioritas dari tiap individu masing-masing.
Lihatlah sekeliling kita tinggal, kehidupan yang sudah sibuk mengurusi dunia, melulu dunia, terkadang hampir-hampir lupa pada akhirat. Lupa bahwa ia adalah hamba (makhluk) yang diciptakan dengan misi, yap misi utama manusia adalah beribadah (menyembah), mengabdi pada Tuhan, Allah yang Esa.
Maka meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak ada efek terhadap kebaikan dan perbaikan diri, dan tentunya meninggalkan hal-hal yang mubazir (sia-sia) adalah ciri seorang muslim yang berkualitas. Ini sesuai dengan isi dari hadits arbaain ke-12:
Dari Abu Hurairah ra dia berkata Rasulullah saw bersabda, merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.
(HR Turmudzi)
Paling tidak muslim itu termotivasi untuk menyibukkan hari-harinya (24 jamnya) dengan perkara-perkara yang mulia (baik) serta menjauhkan perkara yang hina dan rendah (buruk). Jika belum bisa berarti predikat muslim yang baik belum layak disematkan pada kita. Inilah karakter pemuda muslim penerus bangsa yang benar-benar layak memimpin negeri ini, generasi bangsa yang berkilau, bersinar, berprestasi di tengah-tengah kemunduran moral dan bobroknya mental baik itu orang dewasa maupun di kalangan pemudanya. Maka menjadi generasi pilihan adalah tugas semua pemuda muslim. Tentunya karena pilihan, maka kita tidak menjadi orang kebanyakan yang suka menghambur-hamburkan waktu, tenaga, harta untuk perkara yang sia-sia dan remeh temeh. Yups, semangat be greatest moslem generation. Dedikasikan waktu 24 jam sehari hanya untuk Allah swt, maknanya adalah apapun aktivitas kita dalam 24 jam sehari tersebut niatkan ibadah pada Allah swt. Itulah sumber utama motivasi yang harus dijaga agar jangan sampai padam dalam dada & jiwa setiap muslim. Berikut lirik nasyid yang memberi inspirasi bahwa manusia hidupnya itu milik Tuhan, harus didedikasikan, abdikan, dicurahkan hanya pada Allah swt, judul nasyid 'Ku MilikMu'

Kuberdoa
Dengan jiwa dan tubuhku
Setiap hari sepanjang hidupku
Dengan napasku
Aku berjanji pada-Mu
Untuk hidup hanya untuk-Mu
O Allah!
Kau bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hatiku
Hidupku,
Kupersembahkan pada-Mu
Ku milik-Mu
Ku milik-Mu

Chorus:
Kini kutahu rasanya
Hidup dalam cahaya kasih-Mu
Kini kutahu rasanya
Menemukan damai di hati
Seandainya semua tahu
Indahnya mengabdi pada-Mu
Seandainya semua tahu
Kasih-Mu lepaskan belenggu
Bebaskanku, kuatkanku

O Allah!
Kubersyukur pada-Mu
Walau kata tak sanggup ungkapkan
Kau buatku,
Mampu lawan keraguan
Dan tegar hadapi tantangan
Hanya Engkau
Sanggup bangkitkan jiwaku
Cahaya-Mu terangi hatiku
Dan hidupku,
Kupersembahkan pada-Mu
Ku milik-Mu
Ku milik-Mu

CHORUS

Cinta, hidup, siang, malam, harta, doa semua
untuk-Mu (x2)
Dan tiada satu pun dapat bersaing dengan-Mu di hatiku
Cinta, hidup, siang, malam, harta, doa semua untuk-Mu


Download lagu nasyid terkait pentingnya optimalisasi waktu & ghiroh Islam:


Thursday, July 6, 2017

Gapai Impian, Wujudkan Hal Yang Dianggap Mustahil

Menggapai impian perlu usaha dan tekad, plus doa. Mimpi memang adanya ketika tidur, namun mimpi yang satu ini beda. Mimpi yang terkait dengan cita-cita hidup atau berupa visi hidup. Ada baiknya mimpi (visi) itu harus dituliskan bahkan divisualkan agar terekam betul dalam otak kita. Tips guru SD saya dulu, tuliskanlah cita-citamu di kertas hvs/ karton dengan menggunakan huruf ukuran besar agar mudah dilihat, mudah dibaca, dan menarik lalu tempelkan di dindinng kamar tidur, tempat/ ruang tertentu yang mudah dilihat. Dan ternyata manjur untuk memotivasi saya, karena waktu SD saya punya keinginan menjadi seorang guru kelak. Kita juga menjumpai di beberapa instansi/ lembaga untuk visi dan misi terpampang jelas di ruang aula, ruang tamu, depan kantor, ruang kelas (jika instansi pendidikan/ sekolah), sehingga banyak warga/ karyawan/ pegawai instansi tersebut setiap waktu membaca yang pada akhirnya teringat terus menerus, dengan harapan termotivasi mewujudkannya.
Untuk tahapan pelecut atau memotivasi adalah dengan memvisualisasikan mimpi kita dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Dalam realisasinya membutuhkan langkah-langkah yang jelas dan detil yang disebut dengan misi. Diperinci lagi melalui program jangka pendek, jangka menengah maupun panjang. Jika jangka pendek berupa program mingguan, maka jangka menengah bisa berupa 6 bulan/ semester bahkan tahunan, sedangkan jangka panjang dapat diwujudkan berupa program 5 tahunan. Periodisasi tersebut sebetulnya memudahkan agar pemilik visi (cita-cita) semakin mendekati target dan agar tetap berjalan sesuai dengan rel/track yang benar.
Pelaksanaan di lapangan lebih kompleks dibandingkan hanya sebatas tulisan program/ tahapan di atas kertas sehingga tidak hanya butuh motivasi yang tinggi saja untuk menggapai cita-cita. Antara lain hambatan datang silih berganti, ancaman, kompetitor/ pesaing muncul menghalangi bisa juga terjadi, atau justru menemui musuh yang harus dikalahkan baru visi tercapai.
Layaknya dalam sebuah film berjudul "Mission Impossible", seorang Ethan Hunt yang diperankan oleh Tom Cruise memperlengkapi dirinya dengan senjata mutakhir, melatih ketrampilan bela dirinya, kebugaran fisik, hingga bekerjasama dengan sebuah tim, agar dia berhasil merealisasikan misi mustahilnya. Pada akhirnya kualitas dan integritas individulah yang menentukan sukses atau gagalnya menjalankan misi dan visi. Faktor senjata (fasilitas), anggota tim (keluarga, teman termasuk faktor eksternal), lingkungan terkadang mendukung untuk mensukseskan visi, tetap saja persentase terbesar terletak pada individu seseorang itu. Ada faktor keyakinan dan kebulatan tekad, doa dan kepasrahan, optimis dan istiqomah, daya tahan dan pantang menyerah, dan sikap positif lainnya.
Cobalah lihat dan tonton film Mission Imposible, lalu cari hikmah serta pelajaran positif dari film tersebut. Cara menghibur diri dengan memotivasi, memompa semangat, menyalakan gairah, membulatkan tekad dan azzam dalam dada. Sobat semua bisa unduh film mission imposible dengan link berikut:

Related Posts:
1. Download Game PC

Wednesday, March 16, 2016

Sejak Pertama, Totalitas untuk Hari Esok

 Waktu telah sore dan hampir posisi jam 5 petang hari, saya hari ini masih berada di lingkungan sekolah, sambil menunggu up load file yang belum selesai karena file yang di unggah ukuran 2 GB lebih. Saya mencoba menganalisa beberapa hasil penilaian evaluasi belajar beberapa murid kelas akhir yang masih belum cukup memuaskan tentunya untuk mapel Bahasa Inggris. Ada 2 hal yang ingin saya bagikan dalam situasi saat ini, yang pertama adalah dalam melakukan kegiatan dari awal niatannya haruslah bagus tidak boleh memiliki niat yang rusak. Niatan yang rusak sewaktu-waktu berubah wujud menjadi hasrat dan maksud yang salah, manakala mendominasi dalam perbuatan ditakutkan keistiqomahan yang dimiliki itu terganggu. Contohnya saja, saya memiliki beberapa agenda salah satunya memberi jam tambahan (biasa disebut les) yang hal itu tidak termuat dalam jadwal resmi sekolah, artinya murni karena melihat kondisi/ latarbelakang kemampuan anak didik yang butuh digenjot ekstra agar sesuai dengan standar minimal.  Saya merasakan sendiri kondisi ini sungguh menguras energi ketika waktu/jadwal kegiatan yang padat dan emosi psikologis, maka tips diawal yaitu sejak pertama kali dijalankan program ini harus memiliki kelurusan niat. Contoh kedua, yakni beberapa pekan lalu saya dengan beberapa sahabat alumni kampus mengadakan kegiatan outbond ke daerah Talun tepatnya di curug Bidadari, dari awal rencana jumlah peserta yang akan ikut adalah 12 orang ternyata ketika pelaksanaan hanya kurang dari setengahnya yaitu cuma 5 orang. Nah, saat itu antara berangkat dan tidak, kami menunggu siapa tahu ada teman lain yang akan berangkat, akhirnya pukul 10 pagi datanglah 1 orang teman lagi yang bergabung hingga genap 6 orang. Karena di awal sudah komitmen maka 6 orang ini termasuk saya berangkat ke lokasi pukul 10 pagi. Kami berenam melaksanakan kegiatan outbond hingga pukul 3 sore, sayangnya hujan deras sejak jam 12 siang hingga jam 3 sore. Saat itu terbersit pikiran mengeluh dan menyesal karena kegiatan berjalan kurang optimal. Namun karena awalnya memang sudah berkomitmen dan atas kesadaran masing-masing, maka kami mengambil hikmah dari peristiwa itu.
Jadi hal pertama yang mendasar adalah niatan yang tidak boleh rusak hanya dikarenakan oleh faktor eksternal yang bersifat insidental ataupun pragmatis. Hal kedua yang saya bagi adalah mengenai komunikasi yang tepat sasaran (efektif). Contohnya, saya memiliki kendala ketika menjalankan program hiking untuk kelompok les Bahasa Inggris sekitar bulan Desember lalu, kendalanya yaitu ketika beberapa murid yang tidak rajin berangkat les, mereka terlambat dalam mendapatkan info kegiatan ini, jadi informasinya baru sampai kepada mereka beberapa hari setelah pelaksanaan hiking. Akhirnya saya sedikit cross check dengan beberapa siswa yang berhalangan ikut, ternyata diantara mereka yang tidak ikut, yang benar-benar malas  (tidak ingin) mengikuti kegiatan hiking hanya berjumlah 1 orang, selebihnya murni karena faktor keterlambatan informasi. Hal inilah yang di kemudian hari lebih teliti dan bijaksana, oleh karenanya saya selalu menerapkan reward and punishment (imbalan dan hukuman poin/status), bertujuan untuk memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa kesungguhan itu harus ada dalam melaksanakan program apapun.
Dua alinea diatas adalah pengalaman riil pribadi, saya sudah melakukannya dan hingga saat ini beberapa diantaranya masih terus berlanjut. Saya pernah membaca sebuah hadits (yaitu hadist arba'in yang pertama) tentang segala amal tergantung dari kadar niatnya. Hanya niat baguslah yang membuat kita sanggup istiqomah (dalam hal ini adalah niat hanya karena tunduk dan beribadah pada Allah swt), menjadikan lebih tegar dalam medan pertarungan, bahkan yang terkadang mendatangkan pertolongan dari Allah swt yang tidak disangka-sangka. Alangkah baiknya, jika niat yang misalnya saja rusak, kita ganti dengan niat baru yang sungguh-sungguh murni karena tuhan kita Allah swt. Di posisi inilah perbedaan orang yang memiliki faith dengan orang atheis, ketiadaan unsur keyakinan dalam hati orang yang tidak meyakini adanya tuhan.
Harap-harap cemas, mungkin itulah ketika kita sedang berjuang dan sudah disertai dengan niatan yang benar. Kenapa harap-harap cemas? Karena tentunya yang bisa dilakukan adalah berusaha optimal, untuk hasil itu sudah menjadi bagian takdir (kata takdir disini adalah jika sesuatu itu sudah terjadi). Artinya misal saja saat ini 5 hari menjelang tes wawancara panggilan kerja, kemudian kita bilang, "ah buat apa menyiapkan sungguh-suingguh, toh yang melamar untuk posisi pekerjaan itu 1 : 30 orang, percuma saya berlatih dan menyiapkan segala sesuatunya, karena akhirnya tidak lolos juga dan takdir selalu buruk dalam diri saya jika berkaitan mencari lowongan pekerjaan. Hal ini bisa saja terjadi karena mungkin dia trauma sehingga akhirnya menjadi pesimis, atau memang dia tidak memiliki keyakinan yang besar akan diterima/ memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Hal lainnya bisa saja disebabkan dorongan dalam diri untuk beraktualisasi lebih baik tidak dimilikinya. Kadar mentalitas pejuang yang tangguh akan terbukti manakala persaingan yang terjadi begitu sengit, ujian yang dihadapi begitu sulit, halangan yang datang begitu bervariasi, namun semua itu ditaklukan dengan penuh totalitas, entah hasil akhir bicara lain dari keinginan, yang jelas inilah yang disebut takdir. Dan itupun jika kita menyadari takdir dari Allah swt kemudian kita ikhlas dan ridho maka yakinlah penggantinya yang lebih baik sudah menanti di akhirat kelak, dengan syarat luruskan dan perbaiki niat kita hanya segalanya untuk beribadah karena Allah swt. Oke, kebenaran hanya dariNya, marilah bantu diri kita menjadi orang yang memiliki totalitas dari awal menyusun, merencanakan target/ cita-cita ataupun tujuan hidup, hingga Allah swt dan Rasulnya beserta orang-orang mukmin yang melihat hasilnya.